BTemplates.com

Selamat Datang Di Website Majelis Al-Badar, Komunitas Online Para Pecinta Rasulullah...

Kamis, 21 September 2017

Idolaku Muhammad, Bagian 3

Penjelasan Bolehnya Membawakan Syair Pujian pada Nabi di Masjid dan Kemuliaan Makam Rasulullah

Maha Suci Allah, Yang Membentangkan Kerajaan Alam Semesta dengan Cahaya Kemegahan Nya, maka tegaklah Angkasa Raya Langit dan Bumi sebagai Lambang Kesempurnaan Nya Yang Maha Tunggal dalam Pengaturan, Maha Tunggal dalam Keabadian Maha Tunggal dalam Kesempurnaan.

Maka Gemuruhlah Kerajaan Alam Semesta sepanjang masa bertasbih Kehadirat Nya, Menggema Angkasa Raya Mensucikan Nama Nya Yang Maha Luhur dari zaman ke zaman, Dicipta Nya keturunan Adam untuk mencapai kehidupan yang Abadi, maka akan musnahlah kerajaan Alam semesta menemui kefanaan, lebur dibawah Kehendak Nya Yang Maha Menentukan, dan tersisalah Benua Kemewahan nan Abadi dan Benua Kehinaan.

Dibangkitkan Nya Pemimpin dari para Duta Nya dimuka Bumi, Sayyidina Muhammad, sebaik-baik makhluk dan dipenuhi Nya dengan akhlak yang sempurna, satu-satunya makhluk yang menjadi pemimpin bagi pembawa Cahaya Keridhoan Nya yang Abadi, Maha Suci Allah yang menjadikan kecintaan pada Sang Nabi merupakan kesempurnaan Iman kepada Nya, sebagaimana sabda beliau: "Tiada Sempurna Iman Kalian, sebelum aku lebih dicintainya dari anak-anaknya, ayahnya dan seluruh manusia". [Shahih Muslim].

Betapa besar kecintaan para sahabat Radhiyallahu 'anhum kepada Nabi, sebagaimana makna cinta, berarti selalu rindu pada yang dicintainya, selalu ingin bersama kekasihnya, selalu tak ingin berpisah dengan kekasihnya, mencintai segala miliknya, bahkan apa-apa yang disentuh oleh Rasul menjadi mulia dimata mereka, sebagaimana riwayat Sa'ib: “aku diajak oleh bibiku kepada Rasul, seraya berkata : Wahai Rasulullah.., keponakanku sakit.., maka Rasul mengusap kepalaku dan mendoakan keberkahan padaku, lalu beliau berwudhu, lalu aku meminum air dari bekas wudhu beliau, lalu aku berdiri dibelakang beliau dan kulihat Tanda Kenabian beliau”. [Shahih Muslim hadits no.2345]. Riwayat lain ketika dikatakan pada Ubaidah bahwa kami memiliki rambut Rasul, maka ia berkata: "Kalau aku memiliki sehelai rambut beliau, maka itu lebih berharga bagiku dari dunia dan segala isinya". [Shahih Bukhari hadits no.168], Diriwayatkan pula, bahwa Abu Talhah adalah yang pertama kali mengambil rambut Rasul saat beliau bercukur. [Shahih Bukhari hadits no.169]

Tentunya seorang yang dicintai akan selalu dipuji, tentunya seorang pecinta akan selalu memuji kekasihnya, dan pujian bagi sang nabi boleh dimana saja, tidak terkecuali di masjid, karena kecintaan pada Utusan Allah adalah kecintaan kepada Allah, dan beliau sendiri yang bersabda bahwa cintailah aku karena cinta kalian kepada Allah, dan dalam hadits beliau bersabda: "tiada sempurna iman kalian sebelum aku lebih dicintainya dari anak-anaknya, dari ayahnya dan dari seluruh manusia". [Shahih Muslim, hadits no.44]. bahkan Imam Muslim mengatakan bahwa, "Secara Mutlak seseorang itu tidak disebut beriman kalau ia tak mencintai Nabi". [Shahih Muslim, Juz 1 hal 67].

Hasan bin Tsabit selalu memuji Rasul didalam masjid Nabawiy, maka ketika ia sedang asyik bernasyid (nasyid, syair, qasidah, sama saja dalam bahasa arab, yaitu puji-pujian pada Allah dan Rasul), ia sedang melantunkan syair puji-pujian pada Rasul, tiba-tiba Umar mendelikkan matanya kepada Hasan, maka berkatalah Hasan bin tsabit: "Aku sudah memuji beliau ditempat ini (masjid) dan saat itu ada yang lebih mulia dari engkau (Rasul melihatnya dan tidak melarang)?, lalu berkata pula Hasan kepada Abu hurairah yang juga ada bersama mereka: Demi Allah bukankah Rasul telah berdoa untukku : WAHAI ALLAH BANTULAH IA (hasan ketika membaca syair dihadapan Rasul) DENGAN JIBRIL???. Maka Abu Hurairah berkata : Betul, maka Umar pun tak lagi berani mengganggunya". [Shahih Bukhari hadits no.3040]. Riwayat yang sama pada Shahih Muslim hadits no.2485.

Maka jelaslah sudah bahwa Rasul tidak melarang puji-pujian atas Allah dan Rasul Nya di masjid, bahkan diriwayatkan, bahwa Rasul menaruh sebuah Mimbar khusus untuk Hasan bin Tsabit di Masjid, untuk ia membaca Syair memuji Allah dan Rasul. [Mustadrak Ala Shahihain, hadits no.6058, 6059], dan ketika ada orang yg tak menyukai Hasan, maka marahlah Ummul mukminin A'isyah, seraya berkata: "Jangan kalian menghina Hasan, karena ia selalu memuji Rasulullah". [Mustadrak Ala Shahihain, hadits no.6063], berkata Imam Hakim bahwa ucapan ini shahih memenuhi syarat Shahih Bukhari dan Muslim.

Fahamlah kita bahwa Puji-Pujian pada Rasul, yang diantaranya Qasidah, Maulid dll merupakan hal yang dimuliakan oleh Rasul, bahkan Sayyidatuna Aisyah marah ketika ada orang yang menghina orang yang memuji Rasul, maka ketika di akhir zaman ini muncul kelompok yang mengharamkan puji-pujian pada Rasul dan nasyid/qasidah di masjid, ini menunjukkan kesempitan pemahaman mereka dalam Syar'iah Islamiyyah, memang betul ada hadits Rasul yang melarang membaca syair-syair di masjid, namun itu adalah syair-syair keduniawian yang membuat ummat lupa kepada Allah, bukanlah syair pujian atas Allah dan Rasul yang memberi semangat kepada ummat untuk semakin taat kepada Allah.

[Oleh: Guru Mulia Kita Al Marhum Habib Mundzir Al Musawa, Pada 03 Juli 2006]