BTemplates.com

Selamat Datang Di Website Majelis Al-Badar, Komunitas Online Para Pecinta Rasulullah...

Kamis, 21 September 2017

Kebangkitan Sunnah

Dimasa mulai redupnya cahaya syari'ah maka para pembela sunnah segera memperbaharuinya, sebagaimana ketika wafatnya Rasulullah dan Mahkota Dakwah pada Khalifah Abubakar Asshiddiq, mulailah terjadi hal-hal yang mesti dimunculkan yang sebelumnya belum pernah dilakukan.

Khalifah Abubakar Asshiddiq memerangi muslimin yang tak mau mengeluarkan zakat, sebagaimana sabda Nabi, "bahwa aku diperintahkan memerangi manusia hingga mereka bersaksi tiada tuhan selain Allah, melakukan shalat, mengeluarkan zakat, bila mereka melakukan itu maka amanlah darah mereka dariku dan harta mereka, dan perhitungan mereka atas Allah". [shahih Bukhari dan Muslim]. Rasul belum pernah memerangi orang muslimin dimasa hidupnya, namun dengan hadits ini Khalifah Abubakar Shiddiq beristinbat dan memerangi kaum muslimin yang tak mau berzakat, maka Khilafah islamiyah selamat dari kehancuran.

Kemudian terjadilah pembantaian pada Ahlul Yamamah, yaitu para sahabat yang hafal alqur’an, maka berkata Umar bin Khattab agar Alqur’an ditulis dan dikumpulkan dalam satu jilid, maka Abubakar berkata: Bagaimana aku berbuat hal yang tak pernah diperbuat oleh Rasulullah?,(tak pernah ada hadits atau ayat yang memerintahkan untuk membukukan Alqur’an dalam satu kitab sebagaimana sekarang, Alqur’an masih bertebaran di hafalan sahabat, tertulis di tembok-tembok dan di kulit onta), namun Umar terus membujuknya demi maslahat muslimin, akhirnya Khalifah Abubakar setuju dan ia memerintahkan Zeyd bin tsabit untuk mulai menulis dan menjilid Alqur’an [Shahih, Bukhari hadits no.4402 dan 6768]. Penulisan Alqur’an dan penjilidannya diresmikan dimasa Khilafah Usman bin Affan, hingga kini Mushaf Al Qur’an disebut Mushhaf Utsmaniy.

Di zaman Umar bin Khattab ia mengeluarkan fatwa shalat tarawih berjamaah, dan ini tak pernah diperintahkan di zaman Rasul, walaupun pernah diberlakukan namun kemudian dibubarkan dan tak pernah diperintahkan Rasul untuk dilakukan kembali, dan tak pernah dilakukan lagi hingga beliau wafat, baru dimasa Umar shalat tarawih dilakukan berjamaah, seraya berkata: “inilah sebaik baik bid’ah”. [shahih Bukhari, hadits no.1906].

Khalifah Usman bin Affan merubah Adzan pada shalat jumat menjadi dua adzan, maslahat bagi muslimin karena muslimin mulai berdatangan dari tempat yang jauh, dan hal itu tak pernah dilakukan dimasa Rasul, dan dimasa khalifah-khalifah sebelumnya.

Kemudian selesai masa Muhajirin dan Anshar, wafatlah para sahabat radhiyallahu’ anhum, wafatlah kesemua wajah mulia yang menyaksikan hadits dan turunnya ayat, maka mulailah para Tabi’-Tabi’in risau hadits-hadits Rasul akan dilupakan, atau dipalsukan, maka mereka mulai menulis hadits-hadits itu, serta mulai mentashihkan hadits dengan Ilmu Musthalahul Hadits, yang sebelumnya tak pernah diperintahkan oleh rasul untuk memilah-milah hadits beliau, namun hal ini diada-adakan oleh para Ulama demi terjaganya syari'ah Islamiyah dan Sunnah Nabawiyyah.

Kemudian mulailah timbul Ikhtilaf dalam pemahaman hadits dan ayat, maka demi menyelamatkan ummat terbentuklah Madzhab, agar muslimin bisa berpedoman pada satu Imam dalam pengamalan Ibadahnya.

Kemudian mulai redup pula lah semangat ummat untuk perduli pada sunnah, semakin banyak orang yang meninggalkan shalat, semakin banyak orang yang hanya berfikir dunia dan dunia, maka barat dan timur dipenuhi Fasad (kerusakan) dan kedhaliman, maka para pejuang sunnah mulai mencari cara untuk Kebangkitan sunnah dan Medan Dakwah Akbar yang dapat memadukan muslimin dalam satu perkumpulan, demi silaturahmi, demi mereka mendengarkan Tabligh dan demi bangkitnya semangat baru, namun kebangkitan semangat ini butuh lambang pembangkitnya, bukan Ramadhan, bukan Idul Fitri, bukan Idul Adha, karena hari-hari itu sudah umum, maka mereka mengambil kesimpulan bahwa simbol kebangkitan Ummat adalah hari kelahiran Rasul, hari mulia yang mengawali kebangkitan Risalah, karena Rabi’ul awwal bukan hanya bulan kelahiran nabi, namun juga bulan Hijrahnya Rasul ke Madinah, sebagaimana dijelaskan dalam semua kitab sejarah bahwa Hijrah Rasul bukanlah pada bulam Muharram, namun Umar bin Khattab memulai penanggalan Hijriah pada 1 Muharram karena di bulan itulah sahabat mulai berhijrah ke Madinah, namun Hijrah Rasul adalah pada Rabiul awal, maka dibulan itu pula wafatnya Rasul.

Kejadian-kejadian agung yang merupakan kebangkitan risalah kesemuanya berpadu pada hari kelahiran Rasul, yaitu kelahiran beliau adalah lambang seluruh kebangkitan islam, lalu hari hijrah beliau yang merupakan lambang semangat tersuci dalam islam, yaitu berpadunya semangat Muhajirin yang meninggalkan kampung halamannya yang tercinta ke negeri asing, dan semangat Anshar yang menerima tamu-tamu asing untuk dibagi dua harta mereka, dan rumah mereka. Dua semangat agung dari penegak Risalah ini berpadu pada hijrah Rasul yaitu yang juga pada senin 12 Rabiul awwal. Kemudian hari wafatnya Rasul yang juga pada senin 12 Rabiul awwal, saya menamakan hari wafatnya Rasul adalah hari kebangkitan semangat terdahsyat setelah wafatnya Rasul  yg mana para sahabat berpecah belah dan putus asa, Namun di hari 12 Rabiul awal saat jenazah rasul masih terbujur, maka bangkitlah Da’i Agung, Sayyidina Abubakar Asshiddiq yang berpidato membangkitkan semangat muhajirin dan anshar agar tak putus asa, maka bangkitlah semangat mereka.

Tiga kejadian besar berpadu pada 12 Rabiul awwal, yaitu Kelahiran sang Nabi saw yang mengawali kebangkitan Risalah, peristiwa Hijrah yang mengawali penyebaran risalah dan kekuasaan Islam, dan peristiwa wafatnya Rasul yang melambangkan kebangkitan semangat para sahabat untuk terus berjuang dan setia pada perjuangan Nabi mereka. Maka para pembesar ulama mengambil munasabah 12 Rabiul awal dengan perayaan, Medan Tabligh, Medan pembangkit semangat muslimin, untuk kembali pada Panji Rasulullah, nama beliau di elu-elukan, dipuji, dimuliakan, sejarahnya dibacakan, kesemuanya demi menyemangati muslimin agar kembali beridolakan Sang Nabi sebagaimana para sahabat radhiyallahu ’anhum. Maka hal ini berhasil, Medan Dakwah dan Tabligh terbesar didunia sepanjang tahun adalah pada Rabiul awal, tak ada medan dakwah terbesar didunia melebihi perayaan hari kelahiran Rasul, dimana hampir setiap masjid, majelis taklim, musholla, bahkan perkantoran, sekolah, bahkan rumah-rumah masyarakat, dipenuhi dengan kesibukan merayakan Maulid Nabi, merupakan adat istiadat agung yang diajarkan para salafus shalih demi bangkitnya cinta ummat ini pada Nabi mereka.

[Oleh: Guru Mulia Kita Al Marhum Habib Mundzir Al Musawa, Pada 08 Maret 2007]