BTemplates.com

Selamat Datang Di Website Majelis Al-Badar, Komunitas Online Para Pecinta Rasulullah...

Kamis, 21 September 2017

Kembalilah

Maha Suci Allah Penguasa Keabadian di bentangan jagad raya semesta, Maha Suci Allah Yang Maha Menghamparkan Angkasa Raya dengan Cahaya yang senantiasa berpijar mencerminkan keindahan Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Mengasuh dan mengayomi pengaturan segenap makhuk Nya dilangit dan bumi, “Maka Bertasbih Pada-Nya Seluruh Apa Yang di Langit dan bumi dan Dia Maha Perkasa dan Maha Menghakimi” [QS. Al Hasyr: 24].

Maka merugilah orang-orang yang bermaksiat kepada Nya, karena setiap dosa berarti pengingkaran atas Nya, dan Alam semesta ini tidak rela dengan pengingkaran atas Allah, sebagaimana firman Nya menceritakan bahwa Alam ini akan runtuh dan hancur karena dosa manusia yang menantang kemurkaan Nya, "Hampir Saja Langit Itu Pecah, dan Bumi Terbelah dan Gunung-Gunung Hancur, Ketika Mereka Mengatakan Bahwa Allah Mempunyai Putra". [QS. Maryam: 90-91]. Ayat ini menjelaskan bahwa alam semesta ini marah dengan pengingkaran manusia dimuka Bumi, namun Allah menghendaki agar alam ini bertahan dari kehancuran, maka ketika seorang hamba bermaksiat dengan anggota tubuhnya yang tentunya anggota tubuhnya itupun makhluk hidup yang milik Allah, sebagaimana kita ketahui bahwa tubuh kita ini merupakan rangkaian milyaran sel hidup yang masing-masing bertugas dengan tugasnya masing-masing, dan bila kita berdosa misalnya dengan lidah kita, maka berapa milyar sel yang kita libatkan dalam kehinaan?, bagaikan seorang pemimpin yang berbuat jahat dan kelicikan maka tentunya semua pegawainya yang terlibat turut mendapat tuntutan, demikian pula bila kita ingin minum, padahal tubuh kita yang perlu minum namun tangan kita terlibat untuk mengambil air. Maka terlibatlah milyaran sel tubuh kita dalam dosa.

Merugilah mereka yang wafat dalam dosa dan belum sempat bertobat, maka ia terkubur membawa seluruh dendam milyaran sel tubuhnya, terkubur membawa dendam Bumi, air, api, makanan, dan apa saja yang ia kotori dengan dosa dimasa hidupnya, setiap suap makan kita yang kita gunakan untuk maksiat akan menjadi dendam dan penuntutan mereka dihadapan Allah, demikian pula setiap debu yang kita injak, setiap teguk air, dan semua yang kita libatkan dalam dosa di alam Allah ini, bagaikan rakyat yang dilibatkan pengingkaran oleh seorang abdi raja, ditipu, didhalimi, mereka semua akan menuntut dihadapan Raja Alam semesta di hari Kebangkitan. Betapa menyedihkan mereka dihari kiamat, belum lagi dituntut oleh orang-orang yang mereka dhalimi dimasa hidupnya, orang-orang yang mereka gunjing, yang mereka caci, maka ketika seorang hamba menghadap dihadapan Allah membawa kitab amalnya, ia melihat dan berkata: "Wahai Tuhanku, aku pernah beramal ini dan itu namun mengapa catatannya tidak ada dalam kitab amalku?", maka Allah menjawab: "engkau mendhalimi fulan, mengumpat fulan, menggunjing fulan, mengambil harta fulan, mengganggu fulan, menipu fulan, maka amal-amalmu banyak yang tercabut dan dipindahkan untuk mereka", maka hamba itupun melihat-lihat lagi kitab amalnya dengan sedih, lalu ia berkata lagi: "Wahai Tuhanku, ini dosa-dosa banyak tercatat dalam kitabku dan ini tidak pernah kulakukan?", maka Allah menjawab: "itu dosa-dosa orang yang kau dhalimi dipindahkan pada kitab amalmu". Maka tercabutlah pahala-pahala yang telah mereka perjuangkan di masa hidupnya, tercabut sebab ucapannya, sebab caciannya, sebab dosa-dosanya.

Beruntunglah mereka yang selalu mensucikan dirinya dengan istighfar, sering hadir di majelis taklim dan majelis dzikir, maka mereka selalu dibersihkan dosa-dosanya oleh Yang Tunggal Memiliki Pengampunan, Beruntunglah para pecinta Nabi Muhammad.. Karena sabda Rasul: "Seseorang akan bersama orang yang ia cintai". [Shahihain Bukhari dan Muslim]. 

Beruntunglah mereka yang mengikuti jejak para sahabat radhiyallahu 'anhum, Betapa mulianya para sahabat dan betapa agungnya kecintaan mereka pada Nabi Muhammad, Bahkan wafat merekapun selalu ingin dekat dengan Nabi Muhammad, bagaikan anak manja yang tak ingin jauh dari ibunya dalam segala keadaan, sebagaimana diriwayatkan ketika Rasul baru saja mendapat hadiah selendang pakaian bagus dari seorang wanita tua, lalu datang pula orang lain yang segera memintanya selagi pakaian itu dipakai oleh Rasul, maka riuhlah para sahabat lainnya menegur si peminta, maka sahabat itu berkata: "aku memintanya untuk kafanku nanti". [Shahih Bukhari], demikian cintanya para sahabat pada Nabinya, sampai kain kafanpun mereka ingin yang bekas sentuhan tubuh Nabi Muhammad.

Para sahabat adalah orang-orang yang dicintai Allah, demikian pula dari zaman ke zaman para pecinta Rasul terus asyik dalam keluhuran, mereka tak mau pisah dengan Nabi sebagaimana anak dengan ibunya, bahkan Umar bin Khattab berwasiat untuk dimakamkan disebelah Rasul, dan ia berkata: "Tiada yang lebih penting bagiku selain dimakamkan berdampingan dengan Nabi". [Shahih Bukhari]. Demikian pula Abubakar shiddiq, yang saat Rasul wafat maka ia membuka kain penutup wajah Nabi lalu memeluknya dengan derai tangis seraya menciumi beliau dan berkata: "Demi ayahku, dan engkau wahai Rasulullah.., Tiada akan Allah jadikan dua kematian atasmu, maka kematian yang telah dituliskan Allah untukmu, kini telah kau lewati". [Shahih Bukhari].

Adakah kita ingin termuliakan bersama para sahabat dalam mencintai Nabi?, para sahabat bukanlah pasukan pembunuh yang hanya mengenal pedang dan perang, mereka bukan kelompok Barbar pemuja setan yang selalu ingin minum darah dan menikmati jeritan kesakitan, sebagaimana madzhab sempalan abad ke 20 yang hanya memahami para sahabat adalah pemuja perang, dan Nabi adalah Pimpinan yang haus darah orang kafir dan haus kekuasaan, Naudzubillah dari pemahaman sempit ini, mereka para sahabat adalah orang-orang yang selalu basah pipinya dengan air mata khusyu, dan mereka adalah orang yang manja pada kekasihnya, Muhammad Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam, semoga Allah jadikan aku dan kalian bersama para sahabat di hari kiamat, bersama Nabi Muhammad, kekasih dan idola yang dipilihkan Allah untuk seluruh orang-orang yang beriman.

[Oleh: Guru Mulia Kita Al Marhum Habib Mundzir Al Musawa, Pada 15 September 2006]