BTemplates.com

Selamat Datang Di Website Majelis Al-Badar, Komunitas Online Para Pecinta Rasulullah...

Sabtu, 07 Oktober 2017

Ajaran Tarbiyah Rasulullah Untuk Umatnya

Hamdan li Robbin Khosshona bi Muhammadin, Wa anqodznaa bi dzulmatiljahli waddayaajiri, Alhamdulillahilladzii hadaanaa, bi ‘abdihilmukhtaari man da’aanaa, ilaihi bil idzni waqod naadaanaa, labbaika yaa man dallanaa wa hadaanaa, Shollallahu wa sallama wa baaroka’alaih...

Limpahan puji kehadirat Allah, Maha luhur, Maha menguasai kehidupan, Maha menguasai ruh dan menempatkannya di dalam jasad, Maha memilihkan tempat bagi ruh, untuk muncul di dalam jasad hambanya, sehingga ruh itu mempunyai alat untuk berbicara, sehingga ruh mempunyai alat untuk melihat, mendengar dan berbuat dengan panca inderanya, sehingga ruh diberi manqodzah dan derajat yang mulia oleh Allah untuk termuliakan, semakin dekat ke hadiratullah jalla wa’ala, sehingga dijadikanlah tubuhnya itu alat untuk mencapai keridhoan Ilahi.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, Ketika selesai izin Robbul ’alamin bagi seorang hamba untuk hidup di atas bumi Nya, selesai izin baginya untuk makan dan minum dari rizki di atas bumi-Nya, selesai izin dari Allah bagi bamba-Nya untuk memakai panca inderanya dalam hidupnya, maka Allah memisahkan ruh dengan jasadnya. Jasad dikembalikan kepada asalnya diperut bumi dan berpadu dengan tanah dan ruh mendapatkan pembawa kemuliaan yang dibawanya dimasa hidupnya ataupun membawa kehinaan yang ia lakukan dimasa hidupnya. Kembali ruh berpisah dengan jasad sebagaimana sebelum ia masuk ke alam dunia, ia pun kembali berpisah dan selesai di alam barzakh di dalam pertanggungan jawab atas setiap detik masa hidupnya dimuka bumi.

Ya Allah yang Maha membangkitkan ke alam penyeru ke jalan keluhuran, yang seruan sang Nabi ini dilangsungkan dan diteruskan dari zaman-kezaman dari generasi ke generasi cahaya hidayah dilangsungkan oleh Allah dari jiwa mulia menuju jiwa mulia, menerangi hati si fulan menularkan cahayanya kepada jiwa lainnya, demikian rahasia kemuliaan kebangkitan (yaitu) sayyidina Muhammad. Kemuliaan dari satu jiwa yang dipenuhi hikmah Ilahi, dipenuhi cahaya kemuliaan al-Qur’anul karim, lantas disampaikan kepada jiwa-jiwa suci Muhajirin dan Anshor, mereka menerima kemuliaan cahaya risalah dan bimbingan-bimbingan sang Nabi, mereka menerima budi pekerti terindah, menyaksikan makhluk yang paling indah, menyaksikan budi pekerti yang paling indah, menyaksikan akhlak yang paling suci, sehingga mereka tenggelam meninggalkan seluruh idolanya, mereka tidak mengenal idola yang lain, selain Nabiyyuna Muhammad, mereka lupa dengan semua yang mereka cintai, mereka asyik kepada manusia yang paling lembut dan berkasih sayang, manusia yang paling banyak tersenyum, manusia yang paling ramah, sehingga Allah memuji sang Nabi dalam Firman-Nya: “Waman ahsana qoulan mimman da’aa ilallah wa ‘amila sholihan wa qoola innanii minal muslimiin” “Adakah ucapan yang lebih indah kata Allah selain ucapan orang yang menyeru kejalan Allah dan kepada amal sholeh dan berkata sungguh aku adalah orang yang muslim”.

Maka jatuhlah pemahaman kita sedemikian banyak para penyeru kejalan Allah dan kepada amal yang sholeh, akan tetapi pemimpin mereka semua Sayyidina Muhammad. Pemimpin penyeru kejalan Allah.
“Innaa arsalnaaka syahidan wa mubasyiron wa nadziron wa daa’iyan ila Allah bi idznihi wa siroojan muniroo”
Pelita yang terang benderang adalah gelar dari Allah, untuk Nabi-Nya Muhammad. Alangkah indahnya gelar ini digelari oleh Allah “Siroojan muniroo” pelita yang terang benderang, yang para shahabat ketika dalam keadaan sedih maka mereka mencari-cara untuk sampai menghadap sang Nabi sehingga kesedihannya ketika memandang wajah manusia yang paling ramah, manusia yang. paling tidak ingin menngecewakan orang lain, (adalah wajah) Muhammad Rasululah.

Ayat demi ayat turun, sehingga kemuliaan demi kemuliaan disampaikan. Kita lihat pada hadits mulia ini, dimana semulia-mulia tuntunan sang Nabi, seraya menjaga kita dengan budi pekerti yang indah “Iyyaakum wazzhon fa innazzhonna akdzabul hadiits”Hati-hati kalian dengan sangka buruk karena sangka buruk ucapan yang paling dusta”, disini sang Nabi membimbing kita untuk terhindar daripada permusuhan dan perpecahan, diteruskan oleh sang Nabi “walaa tajassasu“ jangan mencari-cari aib orang lain“walaa tahassasu” jangan berusaha mencari-cari kabar tentang buruknya aib orang lain“walaa tabaaghodhuu”jangan saling membenci satu sama lain “walaa yakhthub rojulun ‘alaa khithbati akhiihi hattaa yankiha au yatruk” akhlak sang Nabi, jangan melamar seorang wanita yang sudah dilamar oleh pria lainnya sampai ia menikahinya atau tidak jadi menikahinya.

Ini adalah tuntunan-tuntunan yang kalau kita lihat biasa saja tapi kalau dijalankan, orang yang melakukan ini akan menjadi pembuka kebahagiaan bagi masyarakatnya, akan dijadikan panutan, akan dijadikan idola, akan dicintai dan akan menjadi sebab terjadinya kebahagiaan dan kesejahteraan di masyarakatnya, muncul 2 orang seperti ini 3 orang , 4 orang 5 orang, dunia ini akan indah bila kita mengikuti makhluk yang paling indah (yaitu) Nabiyyuna Muhammad yang diciptakan oleh yang Maha Indah (yaitu) Allah.

Al-Hafizd al-Iman Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya fathul bari bi syarah Shahihul Bukhari, menukil (mengutip) makna dari hadits ini sekilas, bahwa yang dimaksud tidak boleh melamar wanita yang sudah dilamar oleh orang lain ini, ‘ala sabilil ikrohmakruh bukan haram, tapi dari jalan adab dan menjaga perpecahan, bukan tidak sahnya lamaran, lamarannya tetap sah, kalau seandainya hal itu belum menjadi pernikahan, akan tetapi hal seperti ini yang menjadi sebab perpecahan sehingga dilarang oleh Nabiyyuna Muhammad. Rasul selalu menjaga agar kita selalu di dalam kemuliaan, selalu dalam kedamaian, selalu dalam persatuan.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah. Dan (dialah) Rasul (yang) menyampaikan kepada kita cara-cara termudah dalam kehidupan. Rasul dari bentuk keindahan tuntunannya, untuk orang-orang dari pada pemuda yang akan melakukan pernikahan ada bimbingannya dari sang Nabi, dalam berumah tangga ada bimbingannya, dalam bermasyarakat ada bimbingannya, dalam bermu’amalah (berbakti) pada ayah dan bunda ada tuntunannya, dalam berbuat kepada anak-anak dan keturunan ada tuntunannya.

Kita lihat bagaimana sang Nabi bersabda riwayat Shohih Bukhori: “Tazawwajuu walau bikhootim min hadiid” nikahlah kalian walau dengan mahar cincin dari besi. Ini hadits yang tampaknya singkat saja, walaupun mengandung sedemikian banyak hikmah-hikmah mulia, disini sang Nabi mengangkat harga terbesar untuk kaum wanita, kalau kita membaca sekilas seakan-akan ini menghina kaum wanita, masak mahar dari cincin besi? Berapa harga cincin besi? di jalan juga banyak besi dibikin cincin. Justru disini Rasul ingin mengajarkan bahwa mahar bukan untuk membeli wanita, sebagian orang salah paham, mahar adalah untuk membeli dan menghalalkan wanita. Wanita tidak bisa dibeli kehormatannya, oleh sebab itu Rasul memberikan mahar yang demikian kecilnya dalam akad nikah, demi untuk apa? pertama menjaga perzinahan. Banyak pria dan wanita yang sudah ingin menikah tertahan gara-gara belum adanya harta yang banyak, terjadi pernikahan dan kehamilan sebelum menikah, ini yang pertama. Yang kedua menghargai derajat wanita tersebut, menghargainya dengan adab dan akhlak, bukan dengan harta atau emas dan perak, kalau yang menghargainya dengan emas dan perak yang mahar, maharnya sudah sedemikian mahalnya, selesai ia menikah ia berkata; engkau milikku, sudah besar-besar ku keluarkan maharnya, kan kira-kira begitu? tentunya tidak demikian. Islam menghargai kaum wanita. Ini mahar yang demikian tiada artinya, dalam hadiah dipersilahkan mahar semahal apapun.

Rasul meneruskan lagi ”Aulim walau bi syaat” Riwayat Shohih Bukhori, adakan jamuan pernikahan “jamuan pernikahan itu sunnah, walau dengan seekor kambing yang disembelih saja”. Berfikir puluhan juta, ratusan juta, makin murah makin malu, justru makin mahal makin jauh dari sunnah Nabi Muhammad, semakin besar boleh-boleh saja, tapi yang sunnah adalah yang sederhana. Ini yang mesti dipahami oleh muslimin muslimah yang akan menikah atau yang putra-putrinya akan menikah atau yang kelak mempunyai anak yang akan menikah, perhatikan sunnah Nabi Muhammad hal ini membawa keberkahan.

Diriwayatkan dalam Shohih Bukhori: lewatlah seorang pemuda yang kaya raya non muslim, Rasul berkata: apa pendapat kalian tentang pemuda ini? maka orang yang disekitarnya berkata: orang kaya raya, orang merdeka, melamar siapa pun pasti diterima, kalau ia berbicara pasti didengar ucapannya, kalau ia minta tolong semua orang akan menolong, kalau dimintai pertolongan semuanya dia akan mampu memberikan pertolongan. Lalu lewat orang kedua, pemuda yang miskin muslim, pendapat kalian apa tentang pemuda ini? Maka mereka berkata: pemuda ini muslim tapi miskin, kalau seandainya ia dimintai bantuan belum tentu ia mampu membantu, kalau ia meminta bantuan belum tentu ada yang mau membantunya, kalau ia berbicara belum tentu orang mau dengar ucapannya, maka Rasul bersabda: “Ini (menunjuk kepada pria yang miskin tadi) lebih afdhol dari sepenuh dunia pria yang tadi. Pria yang tadi sepenuh dunia ini lebih afdhol”.

kita Tanya, kenapa Rasulullah berbuat seperti itu? Rasul ingin mengangkat derajat dan kemuliaan yang hakiki dalam kehidupan, inilah kemuliaan, inilah hal-hal yang sangat luhur, dan inilah hal yang hina dimata Allah. Ukuran kekayaan bukanlah ukuran, karena kehidupan dunia sementara, setelah itu ada yang kaya raya dengan istana megah yang kekal, merekalah orang yang bertaqwa kepada Allah. Kekayaan dan kemiskinan di dunia hanyalah sandiwara dan sementara saja, kesedihan dan kegembiraan di dunia adalah sesaat dan setelah itu akan muncul dua tempat bagi setiap orang yang hidup di atas permukaan bumi, dua tempat. Tempat yang orang-orang di ridhoi oleh Allah yaitu surganya dalam kebahagiaan yang kekal, atau dalam kemurkaan Allah dalam api neraka, hanya dua tempat, tidak ada tempat yang ketiga, kalau tidak disini ya disini, kalau tidak disurga pasti dineraka, kalau tidak di neraka pasti di surga, salah satu dari dua, kemana kita?.

Diriwayatkan, dari pada bentuk indahnya budi pekerti sang Nabi oleh Shohih Bukhori: Rasul memerintahkan kami tujuh hal kata para shahabat: yang pertama “’iyaadatul mariidh” menjenguk orang yang sakit, Kita bertanya, ya ini hal sangat remeh, menjenguk orang sakit, tapi kalau kita dalami maknanya, diriwayatkan dalam Shohih Muslim, hadits qudsi Allah berfirman: “Wahai hamba-Ku Aku sakit dan kau tidak menjenguk-Ku”, maka hambanya bertanya: Robbii bagaimana kami menjenguk-Mu? Sedangkan Engkau Robbul ’aalamiin, maka Allah menjawab: "fulan, hamba-Ku sakit kau tidak menjenguknya" Lau’udtahu lawajad tani ‘indakkalau kau menjenguknya, akan kau temukan Aku (kata Allah) berada disebelahnya”, bukan berarti wujudnya Allah, tapi bentuk besarnya keridhoan Allah bagi orang yang menjenguk orang sakit. Orang yang menjenguk orang yang sakit disini ada bentuk kekuatan, kekuatan apa? Kekuatan shilah dan hubungan dengan orang itu dan keluarganya orang yang sakit, apabila ia dijenguk, ia tidak akan lupa selama-lamanya, saat aku sakit fulan yang menjengukku, seandainya ia wafat keluarganya pun tidak akan lupa, saat almarhum sakit yang menjenguk si anu si anu si anu, ini perbuatan satu dua menit, akan tetapi menyambung shilah sedemikian panjangnya seumur hidup, bahkan sampai yaumil qiyamah.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah. Demikian hebatnya sang Nabi mengajarkan satu dua menit perbuatan, bisa menyambung silaturrahminya dunia dan akhirat dengan orang tersebut dan keluarganya “‘iyaadatul maridh” bathinnya ia mendapat keridhoan Allah sebagaimana hadits qudsi tadi, dzohirnya ia menyambung hubungannya kepada yang sakit dan keluarganya. Yang kedua, adalah “Tasymitul ‘aathis” yaitu mengucapkan doa “Yarhamkallah” bagi orang yang bersin, masak sunnahnya Nabi hanya urusan bersin saja pakai di doakan, pakai diperintah. Disini tersimpan dahsyatnya rahmatnya Allah bagi orang yang memperbuatnya, karena ketika seseorang bisa mendoakan saudaranya, walau saudara hanya bersin saja, apalagi kalau saudaranya ditimpa sakit yang keras, bersin saja ini penyakit paling ringan sudah di ajarkan doa oleh Nabi Muhammad, doa itu muncul, melihat kesulitan saudaranya walaupun hanya besin, ini hebatnya sunnah Nabi Muhammad mendidik dan mentarbiyah jiwa, untuk sampai kepada rahmat-Nya Allah, karena Allah akan menyayangi orang-orang yang menyayangi makhluk-Nya.

Selanjutnya yang ketiga “Ittibaa’ul janazah” mengikuti dan mengantar jenazah, kita jadi Tanya, urusan apa dengan mengantar jenazah? Rasul bersabda, di riwayatkan dalam Shohih Muslim: “Barang siapa yang mengantar jenazah sampai mensholatkannya ia mendapat satu qiradh dan bila ia meneruskannya sampai menguburkannya ia mendapat pahala dua qiradh yang setiap satu qiradhnya bagaikan gunung uhud”, berapa menit kita mengantar jenazah? berapa menit mensholatkannya? berapa menit menguburkannya? barang kali paling lama dua jam saja, itu tersimpan pahala dua gunung uhud, lalu kita beribadah siang malam seratus tahun belum tentu terkumpul sebesar pahala dua gunung uhud, ini dijadikan oleh Allah, pahala besar karena apa? demi muslimin muslimah, menyambung silaturrahmi kepada saudaranya, walaupun saudaranya telah wafat, wafat masih dikejar oleh muslimin muslimah karena tersimpan rahasia keridhoan Allah, manfaat dari mayit, sekarang, bagaimana mayit memberi manfaat? Jelas hadits Nabi Muhammad, ikut mensholatkannya, ikut menguburkannya, rahasia kemuliaan Allah dan keridhoan-Nya demikian besar dan dahsyatnya.

Yang keempat, Rasul meneruskan sabdanya “wanashrul madzlum” dan menolong orang-orang yang teraniaya”, Menolong orang yang teraniaya, ini pahala besar, karena doa mereka tidak akan dihalangi oleh Allah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad yang telah kita baca beberapa pertemuan yang lalu: “Ittaquu da’watal madzlum fainnahu laisa bainahu wa bainallahi hijaab“ hati-hatilah kalian pada doa orang-orang yang didzolimi karena tidak ada batas yang membatasi doa mereka dengan Allah. Orang yang dianiaya doanya diijabah oleh Allah, Rasul mengajarkan apa, untuk membantu orang yang teraniaya, orang yang teraniaya, saat dibantu pasti berterima kasih dan mendoakan orang-orang yang membantunya, ijabah dari Allah muncul, berkat perbuatan ini. Ini siasat sang Nabi mentarbiyah umatnya untuk selalu mendapatkan keuntungan besar dalam pahala-pahala, dibuka oleh Rasul rahasia-rahasia kemuliaan.

Diriwayatkan pula dalam riwayat yang tsiqoh (riwayat yang kuat dan jelas sanadnya), ketika salah seorang rahib dari Bani Israil, ia beribadah memisahkan dirinya dari keluarganya dari semua orang, memisahkan diri disebuah lembah tak kenal siapa pun, tidak mau berteman dengan siapa pun, membangun rumahnya sendiri, ada kebunnya, ada danaunya ada segalanya, ia tidak mau kenal dengan orang lain, hanya ibadah, lantas syaithan tidak puas melilhat orang ini, maka syaithan pergi melihat kampung terdekat dari pada rahib ini, syaithan melihat ada wanita yang sakit jiwa, ayahnya mencari obat tidak sembuh, kakaknya, ibunya sudah membawanya berobat kesana kemari, tidak ada penyakit dan tidak ada kesembuhan, syaithan berkata: ini, akan kujadikan cara untuk merusak rahib tadi, rahib seorang pemuda, ini wanitanya sakit jiwa, syaithan datang melalui mimpi kepada ayahnya, ini... berhati-hati terhadap mimpi, mimpi walaupun melihat wajah orang suci, terang benderang, hati-hati kalau mengajak kepada kemunkaran, bisa jadi syaithan, kecuali mimpi saiyyiduna Muhammad, pengecualian, sabda Rasulullah “Man ro’aani fil manaam faqod ro’aani walaa yatamatssalusyaithoonu bih“, barang siapa yang melihat aku dalam tidur sungguh ia telah melihat aku dan syaithon tidak bisa menyerupaiku. indah sekali dan mulia satu ciptaan yang tidak bisa diserupai syaithan, saiyyuduna Muhammad. Kembali kepada hikayah tadi, syaithan masuk dengan bentuk orang yang sholeh, wajah bercahaya, berkata kepada orang itu: “mau putrimu sembuh? Pergi kerahib itu, disana ada rahib ahli ibadah, taruh disana, titipkan disana, sembuh!” (lalu) Ia (syaitan) datang kepada kakak wanita yang sakit, pada ibunya, dengan mimpi yang sama, dimalam yang sama, keesokan harinya, ayah bercerita semalam aku mimpi begini-begini, istri berkata aku juga mimpi, kakaknya berkata aku juga mimpi, kalau begitu kita titipkan disana, (lalu) rahib menolak, aku tidak mau teman, jangankan wanita, pria saja aku tidak mau, karena akan menggangguku dari ibadah, apalagi wanita yang bukan muhrim, maka setelah dibujuk dan dibujuk, syaitan pun membisikkan dalam hatinya terima saja, barangkali ibadah,  hati-hati dengan khali, khali itu adalah wanita dan pria yang sudah dewasa berada ditempat yang menyendiri dari orang lain. Ini bahaya (kalau) menyendiri, kalau ditempat ramai maka akan terhindar dari fitnah tapi kalau ditempat yang sepi?. Maka rahib pun menerimanya, “silahkan, tapi jangan dirumahku, disebelah, kau bangun rumah khusus untuknya, aku tidak akan berbuat apa-apa selain membawakan makanan untuknya dan mendoakan”, (kata rahib) maka ditinggalah mereka berdua dilembah ini, ini yang sangat berbahaya, karena yang ketiganya syaithan, betul saja syaithan membujuk, “jangan cuma diberi makan, ajak bicara, ini cuma berdua tidak ada orang lain, tidak ada walinya, tidak ada tetangganya, tidak ada saudara, tidak ada teman” (kata Syaitan) rahib itu mulai mengajak bicara, duduk bersamanya, dan akhirnya menghamilinya, tidak ada yang lihat, syaithan masuk lagi kedalam hatinya, “perempuan ini sudah hamil, sebentar lagi keluarganya datang, habis kau nanti, bagaimana cara yang terbaik? Cara yang terbaik bunuh saja! Bunuh, kuburkan, tidak ada yang tahu, katakan saja wanita ini wafat, sakit, semua percaya padamu, kau kan rahib”, (kata Syaitan), ia (rahib) pun membunuhnya. Orang yang tidak pernah berbuat dosa ini terjebak pada zina, syaithan tidak puas dijebak dengan pembunuhan, setelah terbunuh, syaithan belum puas, ia datang lagi kepada keluarganya, ayahnya, ibunya, lewat mimpi lagi, putri kalian dihamili oleh rahib itu, dia akan memungkiri, kalau tidak percaya gali kuburnya, buktikan putri kalian hamil atau tidak. Masyarakat keluar beramai-ramai mendatangi rahib, rahib ditanya betul kau telah menghamilinya? mana putri kami? wafat, dimana kuburannya? disini, kau menghamilinya? tidak, bongkar makamnya buktikan, terbukti hamil, rahib lari kerumahnya, dikejar oleh masyarakat sekitar dan syaithan muncul dengan wujud manusia, teriwayatkan dalam beberapa riwayat Shohih Bukhori, pada para shahabat syaithan muncul dengan wujud manusia, lalu syaithan berkata; “wahai rahib aku yang membuat ini semua, aku cemburu melihat kau berbuat baik, ku datang kesana lewat mimpi, aku yang membisikanmu untuk berbuat zina, aku yang membisikanmu untuk membunuh, sekarang mereka sudah diluar, sebentar lagi mereka masuk, kau dibunuh sebagai pezina dan sebagai pembunuh, kalau kau mau mengikuti syarat yang kuberikan, akan kututup kau, orang tidak akan melihatmu, setelah itu, kamu boleh ibadah sepanjang hidupmu, satu syarat padaku”, “apa syaratnya” kata rahib, sekarang kau sujud padaku dan yakini akulah berkuasa atas segala sesuatu, rahib tidak tahan melihat ini, ia pun sujud kepada syaithan dan berkata “kau berkuasa atas segala sesuatu” Pintu terbuka, masyarakat masuk dan membunuhnya, rahib ini, yang tidak pernah berbuat dosa, tenggelam didalam perzinahan, tenggelam dalam pembunuhan, wafat dalam kekufuran.

Demikian perbuatan syaithan, hal seperti ini bukan merisaukan kita, merisaukan sayyidul wujud Nabi Muhammad, beliau tidak diam, beliau berikan kepada kita azimah untuk menjaga dari ini.

Di riwayatkan dalam Shohih Bukhori, Barang siapa yang mengumpuli isterinya dan membaca: “Bismillah wa jannibnisyaithon wa janniibisyaithon maa rozaqtanaa”, maka ketika ia memiliki keturunan, “Lam yadhurrahus syaithonu abadaa”. Orang yang ketika akan mengumpuli isterinya mengucap: bismillah wahai Allah jauhk
an syaithon dariku dan jauhkanlah syaithon dari apa yang akan Engkau berikan, jika ia mempunyai keturunan maka tidak akan bisa dimudhorotkan dan dicelakakan oleh syaithan selama-lamanya.

Ada azimat yang bisa membentengi dari godaan syaithan? Tidak ada, kecuali azimat sayyidina Muhammad, demikian hebatnya sunnah sang Nabi menjaga umatnya jangan terjebak dengan kekuatan syaithan. kita bertanya, lalu bagaimana mereka yang terlepas dari kemuliaan itu? Rasul mengajak lagi, diriwayatkan dalam riwayat yang tsiqoh dan shohih “Barang siapa yang membaca bissmillahil ladzi laa yadhurru ma’a ismihi syaiun fil ardhi walaa fissamaa wa huwas samii’ul ‘aliim tiga kali setiap harinya Allah akan menjaganya daripada kecelakaan godaan syaithon”, demikian hebatnya sang Nabi menjaga kita, dibentengi jangan sampai terjebak syaithan, jangan sampai terkena tercelakakan oleh musibah.

Riwayat lainnya dalam Shohih Muslim dikatakan; seorang sahabat mengadu kepada Rasulullah, ya Rasulullah semalam aku digigit kalajengking, Rasul berkata jika engkau membaca setiap hari “a’uudzu bikalimaatillaahi taammaati min syarri ma kholaq” ia tidak akan digigit hewan berbisa, jaminan dari Nabiyyuna Muhammad, sampai digigit hewan berbisa pun Rasul menjaga kita, jangan sampai digigit hewan berbisa, jangan sampai dicelakakan oleh syaithan, ini penjagaan sang Nabi kepadaku dan kepada kalian dan kepada seluruh umatnya.

Telah benar Firman Allah yang telah berfirman “Laqod ja'akum rosulun min anfusikum ‘aziizun ‘alaihi maa ‘anittum hariisun ‘alaikum bil mu’miniina rouufurrohiim” telah datang kepada kalian seorang rasul yang menjaga kalian dan sangat berat memikirkan musibah yang menimpa kalian dan kepada orang-orang beriman itu sangat berlemah lembut. Dijaga lebih dari ayah dan ibu, jangan kena hewan berbisa jangan terkena godaan syaithan, jangan sampai wafat dalam su’ul khotimah, ini sunnahnya, ini sunnahku, jangan berbuat ini, jangan berbuat itu, dijaga lebih dari ayah dan bunda kepada anak-anaknya, inilah idola kita, Nabi kita Muhammad.

Besarnya cinta beliau kepada umatnya, terlepas dengan ucapan “Syafa’atii li ahlil kabaair min ummatii” syafa’atku akan kuberikan kapada umatku yang berdosa besar. Adakah orang yang lebih baik dari ini? Adakah orang yang lebih lembut dan lebih mulia dan berhak untuk dicintai melebihi ini?, dimasa itu kita harus bertanggung jawab atas segala dosa, dimana ayah dan ibu ingin mencelakakan anaknya, dan anak ingin mencelakakan ayah dan ibunya, suami ingin menjerumuskan isteri dan isteri ingin menjerumuskan suaminya asalkan selamat dari siksa Allah, disaat itu ada yang berkata “Syafa’atii li ahlil kabaair min ummatii” idolaku dan idola kalian idola muhijirin (para sahabat yang hijrah dari Makkah ke Madinah) dan anshor (para sahabat yang sudah tinggal diMadinah sebelum Rasulullah hijrah), idola para wali Allah, Nabiyyuna Muhammad.

Camkan, renungkan, ini akhir dari pembahasan dan pembicaraan kita dimalam ini, renungkan, suatu saat, jika aku dan kalian beruntung, melewati sedemikian banyak medan-medan yang aneh, yang setelah itu sampailah kepada istana-istana megah, surganya Allah, itu akan sampai kepada kita dan disaat itu ada majlis-majlis, tempat-tempat duduk perkumpulan-perkumpulan, di mana orang-orang bisa berjumpa dengan Nabi Muhammad, jika engkau masuk ke dalam surga kau pasti berjumpa dengan beliau, disaat itu bebas, kamu ingin mencium tangannya, ingin memeluknya, ingin mengadu; Ya Rasulullah aku dahulu terkena musibah ini dan itu dan lain sebagainya, silahkan, disaat itu kita bebas bertemu dengan Rasulullah, Rasul menjamu para umatnya untuk jumpa dengan beliau di istana yang termegah tentunya, di surga Allah tidak ada istana yang lebih megah dari istana Nabi Muhammad, dan para tamu berdatangan menyalaminya dan terus dan terus demikian, apakah ini akan datang kepada kita? satu dari dua, kalau tidak kenikmatan hidup maka kobaran jeritan api neraka.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, tentunya kita berharap ya Robbii kami bersangka baik Engkau masukan seluruh kami kedalam surga-Mu Robbi, "ana ‘inda zdonni ‘abdi biiAku berada dalam sangkaan hamba-Ku”. Robbi kami semua yakin, bahwa Engkau akan memasukan kami kedalam surga-Mu, dan mengampuni kami. Seorang hamba dipanggil oleh Allah dan telah dihitung amal-amal ibadahnya, dan lebih berat dosanya, ia digiring masuk kedalam api neraka, dan ia berhenti seraya berbalik, Robbii, dimasa hidup aku kira Kau tidak akan memasukanku kedalam surga, Allah berkata; masuk surga sekarang dengan sangka baikmu kepada-Ku, akankah sangka baikmu kepada Allah akan memastikanmu masuk kedalam surganya Allah, ya Robb jangan salahkan kami bila bersangka baik Engkau akan memasukkan kami kedalam surga, ya Robb didalam surga itulah kami berjumpa makhluk yang paling indah dan paling Kau cintai, disaat itu pastikan kami jumpa dengan idola kami (yaitu) Nabiyyuna Muhammad, ya Robb kami mendengar sabda beliau “akan kalian lihat hal-hal yang kalian ingkari dari musibah dan kesulitan dalam hidup, “Fashbiruu hatta talqounii ‘alaa haudh” bersabarlah sampai kalian jumpa dengan aku ditelaga haudh”. Ya Robb pastikan kami dalam kelompok yang bersabar dalam hidup, pastikan kami jumpa dengan beliau ditelaga haudh, Robbii kami terjebak dalam dosa dan kesalahan dan hanya Engkaulah yang bisa mengangkat kami dari jebakan dosa dan perangakap syaithan, Robbi demi kemuliaan sunnah NabiMu Muhammad selamatkan kami, hingga wafat dalam husnul khotimah, selamatkan kami untuk mencapai lezatnya khusyu’ selamatkan kami dari kobaran api neraka ya Robb, jangan ada satu nama pun dari kami yang hadir, yang akan menginginkan api neraka, ya Allah, haramkan semua dari kami dari kobaran api neraka ya Robb, dari dahsyatnya siksa kubur, dari rintihan di alamvbarzah, ya Allah ya Rahman ya Rahim ya dzaljalaali wal Ikrom, kami menjerit memanggil-Mu, dimajlis ini agar tidak terjadi jeritan kami di api neraka kelak ya Robb ya dzaljalaali wal ikrom ya dzat thouli wal in’aam, ketika Engkau bertanya kepada kami atas perbuatan kami, maka tentunya kami akan Kau adili dan masuk kedalam kemurkaanMu dan neraka, tapi jika Kau adili kami dengan rahmat-Mu dan syafa’at nabi-Mu, maka kami akan sampai kedalam surga, ya Robb ya Rahman ya Rahim pastikan kami mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad, pastikan kami bebas dari api neraka, ya Allah ya Rahman ya Rahim, bebaskan kami dari siksa kubur, bebaskan kami dari jeritan di alam kubur, bebaskan kami dari lolongan di alam barzah, ya dzaljalaali wal Ikrom dan bebaskan kami dari musibah dan kesulitan didunia, Robbi Robbi ya dzaljalaali wal Ikrom, telah berjanji Nabi kami Muhammad “Almar'u ma’a man ahabb” seseorang bersama dengan orang yang ia cintai. Ya Rahman ya Rahim, walaupun kami terbenam dan terperosok dalam jebakan dosa, tapi ada kecintaan dalam jiwa kami kepadaMu dan kepada NabiMu, ya Rahman ya Rahim, jika kami mengingat keindahan perjumpaan dengan Nabi kami maka disaat itu tidak ada lagi kenikmatan yang lebih, terkecuali berjumpa dengan dzatMu yang Maha Indah ya Allah ya Rahman ya Rahim “Allahummarzuqnan nadzor ilaa wajhikal kariim” wahai Allah beri kami kesempatan memandang dzatMu yang Maha Indah. Ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah..., “Allahummarzuqnan nadzor ilaa wajhikal kariim” wahai Allah beri kami kesempatan memandang dzatMu yang Maha Indah, yang Maha Indah, yang Maha Indah, “Allahummarzuqnan nadzor ilaa wajhikal kariim” “Allahummarzuqnan nadzor ilaa wajhikal kariim” “Allahummarzuqnan nadzor ilaa wajhikal kariim”, halalkan mata ini memandang dzatMu yang Maha Indah “Allahummarzuqknan nadzor ilaa wajhikal kariim” “Allahummarzuqnan nadzor ilaa wajhikal kariim” “Allahummarzuqnan nadzor ilaa wajhikal kariim” ilaa wajhikal kariim” ilaa wajhikal kariim” ilaa wajhikal kariim” nadzor nadzor nadzor´ memandang memandang memandang dzatMu yang Maha Indah.

Manusia yang terakhir keluar dari api neraka, berpuluh ribu tahun ia terus diteropang dan melolong di dalam neraka, ketika ia dipanggil oleh Allah, Allah menyingkapkan tabir keindahan dzat-Nya, sehingga hampir melihat indahnya Allah, lalu Allah bertanya; hamba-Ku pernahkah kau merasakan siksa neraka? Hamba itu berkata; tidak pernah ya Allah, dari indahnya memandang dzat Allah, hadirin hadirot jadikan malam-malam, malam doa dan munajat, mari kita akhiri perjumpaan ini dengan munajat, memanggil nama-Nya yang Maha Indah, ya Rahman ya Rahim ya dzaljalaali wal ikroom, demi keindahan dzat-Mu, demi kerinduan kami kepada-Mu padamkan seluruh dosa-dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, halalkan seluruh dosa kedua orang tua kami, jangan sisakan sebutir dosapun pada mereka terkecuali telah Kau hapuskan, ya Robb ya dzaljalaali wal ikroom ya dzat yhouli wal in’aam ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah, hadirin hadirot nikmati indahnya nama Allah, sejukkan jiwamu dengan nama-Nya, padamkan seluruh musibahmu dengan menyebut nama-Nya, singkirkan segala kesulitanmu dengan memanggil nama-Nya, Ya Allah ya Rahman ya Rahim.

[Oleh: Guru Mulia Kita Al Marhum Habib Mundzir Al Musawa, Pada Senin 25 Februari 2008]