BTemplates.com

Selamat Datang Di Website Majelis Al-Badar, Komunitas Online Para Pecinta Rasulullah...

Sabtu, 07 Oktober 2017

Menyerupai Lain Jenis

Hamdan li Robbin Khosshona bi Muhammadin, Wa anqodznaa min zhulmatil jahli waddayaajiri, Alhamdulillahilladzii hadaanaa bi ‘abdihil mukhtaari man da’aanaa, ilaihi bil idzni waqod naadaanaa, labbaika yaa man dallanaa wa hadaanaa, Shollallahu wa sallama wa baaroka ’alaih.

Limpahan puji kehadirat Allah yang telah mengawali iman dengan “Laa ilaaha illallah” inilah awalnya iman, dan inilah kesempurnaan iman, kalimat yang menjadi intisari segala doa, kalimat yang menjadi intisari segala ibadah, kalimat yang menjadi sumber kebahagian yang kekal, yang mengawali cahaya risalah dan keislaman setiap hamba Allah, maka terbitlah matahari kebahagiaan, yang Allah terbitkan dengan datangnya sang pembawa kalimat tauhid, sayyidina Muhammad, yang tuntunannya menuntun kepada rahasia keluhuran hidup, kepada beribu-ribu gerbang rahmat Ilahi, menuntun mereka kepada kesejukan, membuat jiwa yang gundah menjadi tenang, membuat jiwa yang sedih menjadi terhibur, membuat jiwa yang bergelombang menjadi sejuk dengan keagungan Allah.

Maha raja langit dan bumi, yang nama-Nya terpahat pada setiap benda dan hewan dan seluruh makhluk di alam, yang nama-Nya mengawali seluruh kehidupan, Allah, yang dengan mengingat-Nya terangkat derajat semakin dekat kehadirat-Nya, yang dengan menyebut nama-Nya semakin dekat seorang hamba kepada Allah, sekali engkau memanggil nama-Nya maka engkau selangkah lebih dekat kehadirat-Nya, “wa in taqorroba ilayya bi syibrin taqorrobtu ilaihi dziroo’aadan jika hambaku mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku mendekat kepadanya satu hasta, “wa in taqorroba ilayya dziroo’an taqorrobtu ilaihi baa’aajika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku mendekat kepadanya satu depa, “wa in ataani yamsyii ataytuhu harwalahjika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas” jawaban dari Maha raja langit dan bumi, bagi jiwa yang ingin dekat kepada-Nya, Ia lebih ingin dekat kepadanya, jika sanubari terpanggil ingin dekat kepada Allah dengan menyebut nama Allah, Allah lebih ingin dekat kepadanya, ia mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat padanya lebih dekat lagi, setiap seorang hamba mendekat kepada Robb dengan satu langkah perbuatan, Allah lebih mendekat kepadanya, lebih cinta kepadanya, lebih mengasihinya, ketika hamba rindu kepada Allah, Allah lebih rindu kepadanya.

Ketika hamba ingin menyesali dosa-dosanya kepada Allah, Allah lebih ingin menghapus dosa-dosanya, demikianlah Robbul ’alamin Ar-Rahman Ar-Rahim Maliki yaumiddin, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang melebihi kasih sayang hambanya, yang Maha lembut mengawali seluruh kelembutan hambanya, beruntunglah jiwa yang bersangka baik kepada Tuhan penciptanya, yang paling berhak untuk disangka baik dari semua yang disangka baik, Allah Jalla wa ‘ala subhanahu wata'ala, yang telah menciptakanmu dari tiada, dan mengumpulkan kita dimajelis yang diberkahi ini untuk dilimpahi rahmat-Nya dan harapan kita semakin tinggi, semakin dijawab oleh Robb: ”Ana ‘inda zhonni ‘abdibii” demikian riwayat Shohih Bukhori didalam hadits qudsi: “Aku bersama persangkaan hamba-Ku” jika kau ingin dekat, Allah lebih ingin dekat padamu, jika kau ingin meminta pengampunan dosa, Dia lebih ingin lagi menghapus dosamu, itulah Allah, itulah nama yang terindah, itulah nama yang paling bercahaya, itulah nama yang paling berwibawa, itulah nama yang memiliki seluruh sel tubuhmu, nama yang memiliki ruh dan jasadmu, sang pemilik matahari dan bulan, sang pemilik bintang dan lautan, sang pemilik kerajaan langit dan bumi, yang menciptakannya dari ketiadaan, Allah, nama yang paling agung di alam semesta, dan akan luhur mereka yang mengingat nama-Nya.

Hadirin hadirat, sampailah kita pada perkumpulan mulia ini, dalam tuntunan yang paling agung, tuntunan Muhammad Rasulullah, yang setiap tuntunannya mengandung beribu makna dan hikmah, didalam hadits yang baru saja kita baca ini, terkesan seakan-akan sang Nabi ini kejam, “La’ana Rasulullahi shollallahu ‘alaihi wasallama al-mutasyabbihiina minarrijaali binnisaa-i wal-mutasyabbihaati minannisaa-i birrijaali” Riwayat Shohih Bukhori, Rasul dikatakan oleh ibnu Abbas, bahwa beliau itu melaknat pria yang meniru-niru adat atau perbuatan atau tingkah laku kaum wanita, dan wanita yang meniru tingkah laku dan adat istiadat atau perbuatan pria” kita bertanya: betapa kejamnya sang Nabi?

Akan tetapi inilah kesucian tarbiyah, inilah keindahan pendidikan sang Nabi, karena dengan perbuatan pria yang meniru-niru perbuatan wanita, dari berbuatnya, dari tingkah lakunya, dari suaranya, maka ini akan memulai daripada penyakit-penyakit yang timbul pada sifat manusia, muncullah homo seksual, muncullah lesbian, ini semua muncul daripada pria yang ikut-ikut gerak-gerik wanita, dan wanita yang ikut-ikut gerak-gerik kaum pria, muncullah penyakit aids, dan penyakit-penyakit berbahaya yang tidak disembuhkan, awal sebabnya adalah dari pria yang mengikuti gerak-gerik wanita dan wanita yang mengikuti gerak-gerik pria, oleh sebab itu sang Nabi mengucapkan laknat atas mereka dimasa itu, agar para sahabat segera mundur dan memberi peringatan kepada pria yang barangkali meniru-niru gaya wanita, dalam berbicara, dalam berpakaian, atau wanita yang meniru-niru gaya pria dalam berbicara, dalam berpakaian, agar jangan sampai muncul homo seksual, jangan muncul lesbian, karena ini semua muncul dan berawal dari ini.

Demikian indahnya sang Nabi, dimasa sekarang dimana sulitnya umat dan masyarakat untuk mengobati penyakit homo seksual dan lesbian ini, mereka tidak menemukan cara, padahal caranya telah disampaikan oleh Nabiyyuna Muhammad, cara yang paling otentik dan paling mudah menyembuhkan ini adalah; pria yang tidak mengikut-ikut cara gerak-gerik wanita dan wanita yang tidak mengikuti gerak-gerik pria, dengan cara seperti ini, sunnah akan membatasi dan mengikis penyakit-penyakit seperti itu.

Dan ketika muslimin dan masyarakat mulai meninggalkan sunnah, mulai mundur dari tuntunan sang Nabi, maka semakin buruklah hari-hari mereka, muncul aids, muncul lesbi, muncul homo dan lain sebagainya, ini semua sebenarnya obatnya satu saja, ikuti sunnah Nabi Muhammad, sang pembawa rahmat lil ‘alamin, sang pembawa kasih sayang Allah kepada alam semesta, maka akan tenanglah alam ini, akan sejahtera masyarakat, akan sejahtera keluarga, karena apa? yang Maha memberi kesejahteraan akan menumpahkan kesejahteaan-Nya kepada orang yang mengikuti Nabi-Nya Muhammad.

Hadirin hadirat, demikian tajamnya dan dalamnya kemuliaan sunnah, menjaga keseimbangan masyarakat, menjaga hal-hal yang buruk yang muncul pada masyarakat, demikian indahnya Nabi kita Muhammad, oleh sebab itu sang Nabi mengajarkan kita untuk berjihad melawan hawa nafsu, dan perlu kita ketahui bahwa jihad itu bukan hanya dengan pedang dan senjata, tapi jihad itu dengan menahan hawa nafsu.

Sebagaimana muncul riwayat yang mengatakan bahwa jihad dengan diri dan hawa nafsu itu lebih afdhol dari jihad yang besar, yaitu jihadul akbar yaitu jihad dijalan Allah, memang riwayat itu dhoif, tapi riwayat itu benar, karena jihad dijalan Allah itu tidak akan disebut jihad kalau dia belum berjihad dengan hawa nafsunya, karena berperang itu bukan mengumbar emosi, bukan mengumbar hawa nafsu, bukan mengumbar nafsu syaithan, tapi perang itu justru menahan hawa nafsu, tidak memukul wajah, tidak menyerang orang yang tidak bersenjata, dan masih banyak lagi aturan-aturan dalam perperangan, yang kesemuanya juga menahan hawa nafsu.

Sebagaimana diriwayatkan didalam Shohih Bukhori: ketika seorang anak datang kepada Rasul, “afala ujaahid ya Rasulullah”, izinkankah aku berjihad? Maka Rasul bertanya: laka abawan? kau punya ayah bunda? Lalu dia berkata: na’am, ya aku punya ayah bunda, maka Rasul berkata: “fabiihimaa fajaahidmaka pada mereka itulah berjihadlah engkau, untuk bersabar, untuk berbakti, untuk menyenangkan ayah bundamu, “fa jaahidberjihadlah dengan hawa nafsumu, dengan berbakti kepada ayah dan ibumu, kita semua ini bisa berjihad dalam setiap waktu, dengan bakti kepada ayah dan bunda kita, fahamlah kita, jihad itu bukan hanya didalam peperangan, tapi bisa dirumah kita, menahan hawa nafsu kita, berbakti kepada ayah dan bunda kita, bakti kepada ayah bunda itupun merupakan jihad, dengan “nafsusharih” riwayat Shohih Bukhori: alaka abawan? ia berkata: “na’am”, “fabiihima fajaahid” maka pada ayah bundamu itulah, kau juga berjihad kepada Allah, demikian indahnya tuntunan Nabi Muhammad.

Dan Rasul ini adalah “masdarur rahmahlambang rahmatnya Allah, dan semua orang-orang yang sholeh dan orang-orang yang mulia, juga merupakan rahmatnya Allah, tidak terkecuali para Nabi dan Rasul, tidak terkecuali para sholihin, apa-apa yang mereka sentuh, bisa juga membawa rahmat dan keberkahan, buktinya firman Allah yang menceritakan tentang kejadian Nabi Yusuf, ketika Nabi yusuf berkata kepada kakak-kakaknya: datanglah kalian kepada ayahku, maka berikanlah jubah ini kewajahnya, “faya'ti bashiiro” maka akan kalian lihat, ayahku bisa melihat lagi, dengan apa? dengan menyentuhkan jubahnya Nabiyyullah Yusuf, menunjukkan barang-barang yang disentuh dari pakaian para Nabi dan Rasul membawa keberkahan bagi orang-orang yang menyentuhnya dan mengambilnya, menjadi kesembuhan baginya, hal seperti ini di abadikan oleh para shahabat, sebagaimana diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, bahwa Ummu Salamah, ia menyimpan beberapa helai rambutnya Rasulullah, jika ada orang yang sakit, maka mereka datang kepada Ummu Salamah, meminta keberkahan dari rambutnya Rasul, maka rambut itu dimasukkan kedalam air, lantas dikeluarkan kembali, air itu dibawakan kepada yang sakit, dan mereka sembuh, demikian perbuatan para shahabat, bertabarruk dengan bekas-bekas Nabi Muhammad.

Hadiran hadirat, demikian riwayat-riwayat yang shohih, demikian riwayat-riwayat yang jelas, dari perbuatan para shahabat, mengambil barokah dari Rasulullah, dan berkata al-Imam ibnu Hajar al-Asqolani didalam kitabnya fathul baari bi syarah shohih bukhori, bahwa setiap pengambilan barakah para shahabat kepada Rasul merupakan dalil yang jelas, diperbolehkannya bertabarruk kepada para ulama, kepada para sholihin, dan tentunya juga bertawassul kepada Nabi Muhammad dan kepada para sholihin, karena ini perbuatan para shahabat, sebagaimana riwayat Shohih Bukhori, bahwa sayyidina Umar bin Khattab, bertawassul (pengambilan barakah) kepada pamannya Rasul yaitu Abbas bin Abdul Muthalib, ini menunjukkan tawassul bukan hanya kepada Rasul, tapi boleh kepada orang-orang yang sholeh dari umat ini.

Allah membukakan kepada kita banyak jalan untuk mendekat kehadiratNya, namun jalan yang paling dicintai dan paling cepat untuk mencapai kedekatan kepada Allah, adalah apa-apa dari tuntunan Nabi Muhammad, ketika seseorang mengikuti tuntunan sang Nabi, dalam budi pekertinya, maka budi pekertinya itu menjadi perantara baginya untuk dekat kepada Allah, ketika seseorang mengikuti cara makannya sang Nabi, maka makannya itu mendekatkannya kepada Allah, minumnya, gerak-geriknya, hari-harinya, semua perbuatannya, yang ia mengikuti sang Nabi, maka itu menjadi perantara, mendorongnya semakin dekat kepada Allah, oleh sebab itu, teruslah kita ikuti sunnah Nabi Muhammad, kita dalami sunnah beliau semampunya, teruslah gali dan pelajari sunnah-sunnah Nabi Muhammad, dan jangan melupakan jiwa, jiwa yang merindukan Allah adalah jiwa yang paling bercahaya, karena ketika jiwa itu merindukan Allah, maka ia bercahaya dengan cahaya Allah, karena apa? karena saat ia mengingat Allah, Allah sedang bersamanya, “wa Ana ma’ahu idza dzakaronii” riwayat Shohih Bukhori, dalam hadits qudsi: Aku bersama hambaku saat hambaku mengingat-Ku, menunjukkan disaat itu, disaat jiwanya berpadu dengan dzikrullah, saat ruhnya sedang mengingat Allah, disaat itu ia sedang dekat, sedekat-dekatnya dengan yang Maha Kuat, dengan yang Maha mengatur segala kejadian, dengan yang Maha menghapus dosa, dengan yang Maha memiliki seluruh ruh dan jiwa.

Kita, misalnya sedang dekat dengan seorang raja, umumnya kita akan merasa aman, sekarang aku sedang duduk dekat dengan raja, siapa bisa ganggu aku? Karena aku sedang dekat dengan raja, demikian orang yang jiwanya sedang dzikir kepada Allah, yang jiwanya sedang mengingat Allah, disaat itu ia sedang bersama Allah, beruntunglah jiwa yang memahami, bahwa sebenarnya ia hidup di dunia ini sendiri, keluarga, teman, kekasih, musuh, semuanya ini semu, semuanya ini bukan hak kita, semuanya ini akan fana dan sirna, orang yang paling kita cintai dalam sekejap bisa berubah menjadi orang yang benci kepada kita, orang yang paling benci kepada kita dalam sekejap bisa berubah menjadi orang yang paling cinta kepada kita, orang yang paling dekat dengan kita, tiba-tiba wafat jauh dengan kita, lalu mana yang sebenarnya ada? Hakekatnya engkau sendiri, hanya Allah, hanya Allah, hanya Allah yang Maha Ada, dalam segala keadaan, hanya Dia Allah, yang tiada akan pernah sirna, tiada akan pernah berubah, dan ketika kita berubah menjauh, dalam sekejap engkau kembali kepada-Nya, maka Dia semakin dekat kepadamu.

Hadirin, bagaimana caranya kita mendekat kepada Allah dari kejauhan, ketika kita didalam dosa yang paling jauh, taubah! Taubah adalah perbuatan yang paling mudah, ada yang lebih mudah dari taubah? Taubah tidak perlu gerakan tubuh, tidak perlu ucapan lisan, tidak perlu berbuat apa-apa, tapi getaran jiwa yang menginginkan Allah, yang menghendaki Allah, yang mendambakan Allah, yang menyesal kepada Allah, yang minta pengampunan kepada Allah, dalam sekejap Allah menghapus seluruh dosa-dosanya, adakah yang lebih ramah dari Allah, seratus tahun seseorang dalam perbuatan dosa, tidak pernah berbuat baik sekecilpun, tiba-tiba dalam satu detik ia bertaubat, ia mengadu kepada yang Maha Pengampun dan meminta pengampunan, Ku hapus seluruh dosanya, seratus tahun ia tidak pernah berbuat pahala, balik seluruh dosanya itu menjadi pahala, demikian indahnya Allah, yang Maha Indah, yang mengawali segala keindahan, yang mengawali segala kemuliaan, yang mengawali segala kasih sayang, yang mengawali seluruh sifat ramah, yang Maha memiliki kemuliaan, yang Maha memiliki diriku dan kalian.

Hadirin hadirat, dalam perkumpulan ini, tiada bosan-bosannya kita bermunajat, tiada henti-hentinya kita menyebut nama-Nya, tiada henti-hentinya kita selalu ingin menerangi bibir kita dengan nama Allah, ingin menerangi jiwa kita dengan nama Allah, ingin menerangi telapak tangan kita dengan bermunajat kepada Allah, terangi seluruh sel tubuhmu dengan cahaya Allah, terangi jiwamu dengan cahaya Allah, terangi niat dan cita-citamu dengan keinginan jumpa dengan Allah, terangi masa depanmu dengan masa depan terindah, yaitu berjumpa dengan Robbul ’alamin.

Hadirin hadirat, serulah Allah, rindukanlah Allah, yang telah bersabda Nabiyyuna Muhammad, diriwayatkan didalam Shohih Bukhori: “man ahabba liqoallah ahabballah liqooahbarangsiapa yang rindu jumpa dengan Allah, Allah pun rindu berjumpa dengannya” maukah engkau dirindukan Allah wahai yang hadir, wahai yang hidup didalam kehidupan, wahai yang hidup dimuka bumi yang milik Allah, wahai yang setiap siang dan malam dibawah naungan matahari yang milik Allah, wahai yang menginjak bumi yang milik Allah, wahai yang makan dan minum dari rizki yang diciptakan Allah, wahai yang bernafas dengan izin Allah, wahai yang hidup dengan anugerah Allah, wahai engkau yang melihat dengan pemberian Allah, bisa mendengar dengan kehendak Allah, bisa berbicara dengan anugerah Allah, bisa bergerak dengan anugerah Allah, diberi-Nya kau tangan dan kaki, diberi-Nya kau lisan, pandangan dan pendengaran.

Hadirin hadirat, lampiaskan jiwamu untuk merindukan yang paling dermawan kepadamu, yang Maha dermawan kepada kita, yang Maha menyantuni kita, dan DIa akan tetap menyantuni kita dalam hari esok kita, ingatlah hari esok akan datang kepadamu dan akan muncul hal-hal yang sangat kau dambakam, sebab kau selalu ingin dekat kepada Allah, mereka yang memanggil nama Allah, yang berdzikir kepada Allah, yang bermunjat kepada Allah, tertumpah ruah kepada mereka rahasia rahmat dan kebahagiaan yang milik Allah untuk mereka, faquuluu: Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah....

Hadirin hadirat, akan engkau lihat hari esok banyak limpahan keberkahan dan kebahagiaan akan tumpah ruah kepadamu, hadiah yang Maha Memberi dan Dia yang Maha Dermawan, akan kau lihat hajat-hajatmu yang tersendat muncul dari rahasia kebahagiaan, yang hanya milik-Nya, hanya Dia yang mampu memberikan kemudahan sempurna dunia akhiroh, panggillah nama-Nya, yang Dia gembira atas semua yang memanggil nama-Nya, panggillah Dia, rindukanlah Allah, Dia akan semakin rindu padamu, kau berbuat apa yang Allah sukai maka Allah akan berbuat dan memberi apa yang kau sukai dan kau dambakan, faquuluu: Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya rahman Ya rahim Ya Dzal Jalali wal Ikrom Ya dzat thouli wal in’am, akan kau lihat bagaimana Allah memanjakan orang-orang yang menyebut nama-Nya, saat mereka menjumpai sakaratul maut, mereka akan menjumpai kemanjaan yang terindah dari semua kasih sayang, semoga Allah menghalalkanku dan kalian untuk selalu merindukan-Nya siang dan malam, sehingga kita selalu dirindukan oleh Allah siang dan malam. Amin Allahumma amin.

[Oleh: Guru Mulia Kita Al Marhum Habib Mundzir Al Musawa, Senin Senin 14 April 2008]