BTemplates.com

Selamat Datang Di Website Majelis Al-Badar, Komunitas Online Para Pecinta Rasulullah...

Selasa, 10 Oktober 2017

Jadilah Hamba-hamba Allah Yang Bersaudara

Hamdan li Robbin Khosshona bi Muhammadin, Wa anqodznaa bi dzulmatil jahli waddayaajiri, Alhamdu lillahil ladzii hadaanaa, bi ‘abdihil mukhtaari man da’aanaa, ilaihi bil idzni waqod naadaanaa, labbaika yaa man dallanaa wa hadaanaa, Shollallahu wa sallama wa baarok’alaih...

Alhamdu lillahil ladzi jam’anaa fi hadzal mahdhor, Limpahan puji kehadirat Allah yang Maha Luhur, Maha Raja langit dan bumi, Maha menguasai ruh dan jiwa, Maha mengundang mereka dalam keluhuran dan kebahagiaan yang abadi, Maha menerangi hari-hari mereka dengan cahaya keluhuran dan cahaya keridhoan.

Maha menemani hamba-hambanya di alam dunia dengan kemuliaan khusyu, Maha menenangkan jiwa hamba-hambanya yang dalam kesedihan dengan cahaya dzikrullah dan mengingat Nama-Nya yang dengan mengingat Nama-Nya, Allah mengangkat derajat hambanya dari kehinaan menuju keluhuran atau dari keluhuran menuju keluhuran yang lebih tinggi, demikianlah janji Rabbul ’alamin, memuliakan hamba-hambanya yang mengingat Allah, memuliakan bibir yang menyebut Nama-Nya, memuliakan jiwa yang memanggil Nama-Nya.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, Didalam bulan agung dan mulia ini, bulan yang digelari “Syahrullah”, bulan yang digelari bulannya Allah, tantunya untuk ummat Nabi Muhammad, umat yang paling di muliakan dan di manjakan oleh Rabbul ’alamin dari seluruh ummat, dengan kehendak Ilahi yang tiada kehendak mengatasi kehendak-Nya, dengan keluhuran dan keinginan Allah demi memuliakan Sayyidina Muhammad.

Maka sampailah kita di ummat yang terakhir ini didalam rahasia kemuliaan anugrah Allah, anugrah yang tiada diberikan kepada hamba-hamba dan ummat yang terdahulu selain para Nabi dan Rasul, anugrah yang hanya diberikan kepada para Nabi dan Rasul yaitu ibadah Shalat ialah ibadah yang paling luhur dari segenap ibadah, dimana didalam shalat seorang hamba adalah ia menghadap Allah, dibukakan baginya hijab bainahu wa baina jalla wa’alla, dibukanya baginya batas (tabir) yang menghalangi antara makhluk dengan al Khaliq, didalam rahasia Hadrot Ilahiyah, didalam penghadapannya kepada Rabbul ’alamin.

Ketika ia melakukan takbiratul ihrom hingga salam ia bukan berada dihadapan dunia, bukan di masjid, bukan di bumi akan tetapi di hadirat Allah, walaupun jasadnya berada di bumi dan di atas tanah atau di masjid atau ditempat lainnya akan tetapi hakikatnya ia dihadapan Allah, ruhnya dihadapan Allah, alam jiwanya terbuka untuk menghadap Rabbul ’alamin, demikian rahasia keindahan shalat.

Shalat adalah tanda kasih sayang Allah memanggil kita, rahasia kerinduan Allah yang melebihi segenap cinta dan kerinduan, kerinduan kepada hamba-hambanya, hingga memanggil mereka lebih dari 50 kali, memanggil mereka lebih 50 kali setiap harinya, undangan yang wajib dipenuhi oleh ummat ini untuk datang menghadap Allah 50 kali setiap siang dan malam, merupakan undangan yang sangat berat akan tetapi sangat menggembirakan bagi yang memahami dan mencintai Allah, bagi mereka 100 kali menghadap adalah hal yang kecil apalagi Cuma 50 kali.

Jika mereka memahami rahasia kehidupan triliunan tahun, dalam kebahagiaan yang kekal, dalam keindahan yang kekal hanya melewati 10, 20 tahun kehidupan dimuka bumi, bagi mereka shalat 50 waktu tiadalah hal yang berat karna mereka mencintai Allah, karena mereka mengagungkan Allah, bagi mereka shalat diatas bara api sekalipun, kecil dibanding cinta dan rindunya menghadap Allah.

Belum kita temukan seorang kekasih yang merindukan kekasihnya, hingga memanggilnya 50 waktu setiap harinya, kekasih yang paling rindu pada kekasihnya pun tiada akan sampai memanggil kekasihnya setiap hari 50 kali, barangkali satu hari belum tentu hari keduanya, barangkali hari kedua belum tentu hari ketiganya, bagaimana dengan sepanjang usianya ia terus dipanggil 50 kali kehadirat Sang kekasih, Dialah Allah Jalla wa’alla, satu-satunya Yang Maha Tunggal mencintaimu melebih semua yang mencintaimu, satu-satunya Yang Maha Tunggal dan Maha abadi merindukanmu untuk datang melebihi semua yang merindukanmu.

Semua kekasih kita akan sirna dan fana terkecuali cintanya Allah yang akan Abadi dan semua cinta yang terbaur kepada cinta kepada Allah yang kekal dan abadi, pujian yang tiada henti-hentinya untuk sang kekasih tunggal yang tidak membeda-bedakan bagaimana keadaan hambanya walaupun hambanya dalam keadaan dosa dan kesalahan, walaupun bibir hambanya didalam kehinaan dan kegelapan, bibir yang penuh dosa dan kesalahan masih di perbolehkan memanggil Nama-Nya, jasadnya penuh dosa dan kehinaan masih diizinkan menghadapnya.

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah, Demikian cintanya Allah kepada kita dan betapa ruginya mereka yang menolak cintanya Allah, telah di undangnya seluruh sel tubuh kita untuk menghadapnya setiap hari 50 kali waktu, seluruh sel tubuh ini termuliakan dengan penghadapan kepada Allah Jalla wa’alla dan Allah memahami bahwa manusia ini tidak kesemuanya tenggelam dalam cinta dan rindu kepada-Nya, ada juga hamba-hamba-Nya yang masih berat untuk mencintai Allah.

Allah Maha Pengasih, maha penyayang memberi keringanan sampai 5 waktu, dan Allah Maha Tahu bahwa hakikatnya kewajiban adalah 5 waktu dan bukan 50 waktu, akan tetapi agar hambaku tahu betapa kerinduanku kepada mereka dan bagaimana jawaban kerinduan mereka terhadapku, lihatlah cintaku pada kalian dan bagaimana kadar cinta kalian kepada ku maka di wajibkan 50 waktu shalat lalu di ringankan dan diringankan dengan semua wasilah perantara Rahmat Ilahi sayyidina Muhammad.

Allah tidak mau mengurangi waktu ku dari 50 waktu bagi hambanya maka dikurangi hingga 5 waktu tapi pahalanya tetap 50 waktu, 5 waktu tapi tetap pahalanya 50 waktu, Allah tidak mau mengurangkan waktu-waktu kita menghadap kecuali 50 kali setiap harinya, demikian cintanya Rabbul ‘alamin dan rindunya kepada kita maka jawablah rindu Sang penciptamu yang memberikan kepada kita anugrah melebih segala anugrah, meminjamkan kepada kita jasad, meminjamkan dan memberi kepada kita air, daratan, matahari, cahaya dan segala-galanya yang ada di bumi tanpa kita membelinya hanya kita mengolahnya saja.

Allah tidak menjadikan kita membayar cahaya matahari, Allah tidak pula meminta upah atas sewa tubuh kita, Allah pula tidak meminta pajak untuk tinggalnya kita diatas bumi-Nya, Allah terus memayungi kita dengan siang dan malam, hewan dan tumbuhan dan segala apa yang ada di buminya dengan Cuma-Cuma, bukankah tidak cukup ini tanda cintanya kepada kita wahai hamba-hamba Allah..., semakin kita renungkan semakin tenggelam kita dalam kerinduan dan cinta Rabbul ‘alamin.

Sampailah malam mi’raj Sayyidina Muhammad, detik-detik teragung dari semua detik yang ada sepanjang alam semesta ini, ketika sang makhluk di izinkan menghadap Rabbul ’alamin belum pernah ada makhluk lain menghadap Rabbul ’alamin kecuali Sayyidina Muhammad.

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah.

Diriwayatkan didalam shahih Bukhari Rasul menceritakan kejadian mi’raj “wa kulli jaa salam alaik”, maka disaat itulah Allah mendatangkan Jibril, dan Rasul bersabda disaat itu Allah mendatangkan jibril dan terbelahlah atap rumahku kata sang Nabi “wa kulli jaa saqa baiti bil makkah” terbelahlah atap rumahku di kota makkah dan turunlah jibril alaihis sholatu wassalam, di malam itu lantas Jibril membelah dadaku, lantas ia membawa satu nampan emas berisi hikmah tidak di jelaskan didalam syarah hadits, hikmah disini bagaimana bentuknya bisa berada di atas nampan apakah berupa cahaya ataukah berupa cairan atau berupa apa, tidak satu syarah pun yang menjelaskanya hikmah bisa berada di dalam nampan, lalu hikmah itu di tuangkan ke dadaku kata Sang Nabi lalu Jibril menutup luka didadaku dan aku di bawa ke baitul Maqdis Masjidil Aqsho. Demikian riwayat shahih Bukhari dan kemudian di bawa ke makkah.

Diriwayatkan didalam shahih muslim Rasul ketika sampai ke palestina yaitu wilayah Masjidil Aqsho, beliau sebelumnya berziarah ke maqam Nabiyallah Musa dan aku lihat Musa, aku lihat Musa berdiri di atas kuburnya melakukan Shalat, lantas diriwayatkan pula didalam shahih Bukhari dan Shahih Muslim, “kalamun usholli wa ibrahim kalamun usholli” aku lihat Nabi isa berdiri melakukan shalat, lalu Nabi Ibrahim berdiri melakukan shalat, dari riwayat ini bisa di ambil kesimpulan bahwa para Nabi dan Rasul terus melakukan shalat setelah mereka wafat, salah satu ibadah tertinggi yang tidak di berikan kecuali kepada Nabi dan Rasul yaitu shalat dan telah sampai kepada kita setelah malam mi’raj Sayyidina Muhammad.

Ibadah khusus untuk pada Nabi dan Rasul ini lantas ketika sang Nabi diriwayatkan didalam shahih Bukhari beliau sampai di langit pertama dan disambut dengan sambutan yang terindah, berkatalah para malaikat “selamat datang wahai yang mulia, selamat datang untuknya semulia-mulia yang datang telah datang”, apa maksudnya kalimat ini, maksudnya belum ada yang menginjak langit pertama yang lebih mulia dari sayyidina Muhammad, makhluk yang paling mulia telah datang maka selamat datang atas kedatangannya, semulia-mulia yang datang telah datang, lantas beliau disambut oleh Nabiyallah Adam seraya berkata “selamat datang wahai saudaraku yang shaleh dan anakku yang shaleh”.

lantas beliau sampai ke langit kedua dengan sambutan yang sama “selamat datang untuknya semulia-mulia makhluk yang datang telah datang”. Demikian di semua lapisan langit sang Nabi disambut dengan ucapan “selamat datang wahai yang mulia semulia-mulia yang datang telah datang” demikian riwayat shahih bukhari dan shahih Muslim.

Pahamlah kita di setiap langit sang Nabi di sambut sebagai semulia-mulianya yang datang dan demikian pula di muka bumi, bagaimana di dalam jiwa kita? sambutlah semulia-mulianya makhluk yang datang dengan membawa sunnah dan risalah kedalam diri kita dan kehidupan kita, selamat datang sayyidina Muhammad oleh sebab itu kalimat marhaban digunakan untuk menyambut orang-orang yang dicintai.

Diriwayatkan dalam shahih Bukhari saat Rasul menyambut orang yang beliau cintai pasti dengan kalimat marhaban, kedatangan putrinya sayyidatuna Fatimah Azzahra disambut dengan kalimat marhaban, datang pula orang yang beliau cintai disambut dengan kalimat marhaban. Maka kalau kita renungkan tiada yang lebih pantas makhluk yang kita sambut dengan kalimat marhaban melebihi sayyiduna wa syafi'una Muhammad yang di sambut di dunia dan dilangit.

Sampailah ke “muntaha”, berakhirlah dari seluruh makhluk dan alam semesta beliau menembus batas dari seluruh makhluk yang tidak pernah ditembus oleh makhluk lainnya, dan disaat itulah di fardhukan pada beliau shalat 50 waktu lantas dimintakan keringanan kepada Nabiyallah Musa sebagaimana riwayat shahih Bukhari dan shahih Muslim, minta keringanan-keringanan dan keringanan sampai 5 waktu.

Allah Maha Tahu shalat ini akan menjadi 5 waktu bukan 50 waktu namun Allah jadikan kasih sayang-Nya yang terlihat oleh hamba-hambanya, mau Ku kalian itu 50 waktu menghadap wahai hambaKu. Demikian lihat cinta dan rinduku kepada kalian sebagaimana cinta dan rindu kalian kepada Ku, bagaimana jawaban cinta hamba-hambanya terhadap Allah? Ataukah setelah 5 waktu mereka masih merasa berat dalam melakukannya.

Demikian jawaban cinta dari hamba-hambanya kepada Allah “waidza kanuu lisshalah shalatan bi shalah” kalau mereka di undang untuk datang melakukan shalat mereka berdiri dengan malas-malasan. Wahai kita yang jika kita ketahui betapa agungnya Rabbul ’alamin menanti detik-detik kita melakukan shalat.

Hadirin-hadirat, di malam mulia itu pula dihadapkan kepada sang Nabi buah-buah dan minuman yaitu arak, dan yang kedua adalah susu, demikian riwayat shahih Bukhari dari riwayat ini kita bisa pahami bahwa perbuatan sang Nabi turut juga melindungi dan menjaga perbuatan kita, bagaimana? karna disaat dihadapkan kepada beliau dua minuman itu yaitu arak dan susu beliau memilih susu, maka berkata Jibril “kalau seandainya engkau memilih arak dan meminumnya tenggelam seluruh ummatmu dalam minum arak semuanya

Al imam ibnu hajar al-asqalani dalam kitabnya fathul bari bisyarah shahih Bukhari menjelaskan seandainya sang Nabi minum arak itu tidak di haramkan karena arak yang ada di surga bukan arak yang ada di dunia yang diharamkan, arak yang ada di sana adalah arak yang diperbolehkan dan tidak memabukkan ini yang pertama, yang kedua disaat itu arak belum di haramkan maka sama sekali mutlak tidak ada larangan bagi sang Nabi untuk meminumnya, disaat itu sama saja antara susu dan arak karena kedua-duanya halal, yang pertama karena arak belum di haramkan, yang kedua memang arak memang lain antara arak di dunia dan arak di akhirat, arak di alam surga diperbolehkan didalam alqur’anul karim memang minuman penduduk surga dan tidak memabukkan.

Akan tetapi sang Nabi tidak meminumnya kenapa? “lau akhodztal khommar ghawwat ummatuh” kalau kau mengambil arak seluruh ummatmu akan meminum arak, dari sini di ambil hikmah sang Nabi menyelamatkan sebagian besar amal ummatnya agar selamat dari minum arak berkat beliau minum susu tidak minum arak, dari perbuatan itu Allah jadikan sebagian besar ummatnya selamat dari arak, ada yang tidak selamat dari minum arak akan tetapi tidak keseluruhannya tentunya, sebagian besar selamat dari minum arak, karena apa? karena beliau memilih susu, kenapa bisa demikian? “laqod jaakum rasulummin anfusikum azizun alaihima anittum harishun alaikum bil mu’minina raufur rohim”.

Allah telah jelaskan telah datang pada kalian Rasul yang sangat berat memikirkan musibah yang akan menimpa kalian dan sangat menjaga kalian sangat menjaga kita jangan sampai terjebak kedalam arak, jangan sampai diterus sampai minuman disurga pun beliau menjaganya, demi ummatnya terjaga, maka dari perbuatannya Allah menjaga sebagian besar dari kita.

Demikan hebatnya hadirin hadirat keberkahan dari amal perbuatan Nabi kita Muhammad. Mi’raj sang Nabi kembali ke muka bumi membawa kemuliaan shalat, jadilah kewajiban bagi hamba-hambanya dari ummat ini sampai kepada ibadah para Nabi dan Rasul yaitu shalat, mulai takbiratul ihram hingga salam dipenuhi dengan nafas-nafas do’a dan dzikir, dipenuhi dengan kalimat-kalimat yang bercahaya melebihi kalimat lainnya yang ada di alam, kalimat dari firman-firman Allah dari ummul qur’an, induk dari Alqur’anul karim yaitu fatihatul kitab yang menjadi induk dan sumber dari seluruh do’a dan munajat.

Hadirin hadirat, mulai kita bertakbiratul ihram, haram kita bicara, haram kepada orang lain, haram kita berucap kalimat yang tidak di ajarkan oleh sang Nabi, tidak pula diperbolehklan makan dan minum, tidak pula diperbolehkan sembarang menghadap, tidak pula diperbolehkan sembarang bergerak kenapa? karena sudah ke hadiratullah, karena sudah dihadapan Allah, jasad kita tidak melihat akan tetapi ruh dan jiwa kita di hadirat-Nya.

Sebagaimana riwayat shahih Bukhari “barang siapa yang shalat di antara kalian sungguh dia itu sudah berhadapan dengan Allah dan berucap dan berkata-kata dengan Allah”.

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah, Jika kita berucap takbiratul ihram Allahu akbar dan disaat itulah kita menafikan seluruh nama selain nama Allah, Allahu akbar hapus seluruh nama dalam jiwamu selain nama Rabbul ‘alamin, Allah yang maha besar dari semua nama yang ada dalam jiwaku, lupakan semua ketika kau dalam shalat , lupakan semua urusan, sisakan yang maha tunggal dan maha abadi, jadikan jiwamu dipenuhi cahaya Allah, lalu masuklah dalam kalimat-kalimat tersuci yang tidak di ucapkan antara makhluk satu sama lain “Allahu akbar kabiro walhamdu lillahi katsiro wasubhanallahi bukrotan wa ashila” dalam do’a iftitah, dan masuklah kedalam samudra alfatihah dengan gerbangnya “bismillahir rahmanir rahim” dengan nama ‘Allah’, nama ‘Allah’ adalah induk dari semua nama-nama Nya, ‘Allah’ nama itu adalah yang mengawali seluruh kejadian alam semesta, kepada nama itulah kembali semua harapan dan kejadian apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi, semuanya berada di dalam samudra Nama Allah. Ketika kita mengucap Nama itu berarti kita telah mengucap satu nama yang mengawali seluruh penciptaan alam semesta dari tiada.

‘Allah’ sudah mencangkup semua langit dan bumi beserta isinya ‘bismillah’ Dengan Nama Allah dan seluruh makhluk bertasbih kepada Allah, dengan Nama Allah ‘Arrahman Arrahim’ arrahman kasih sayang Allah kepada seluruh makhluknya, mukmin, fasik, muslim, non muslim, hewan, tumbuhan “Rahmati wakulla syai” Rahmatku sampai kepada segala sesuatu, ini adalah dari kalimat Arrahman, seluruh kenikmatan dan kasih sayang Allah, yang Allah turunkan sejak alam ini dicipta hingga alam ini berakhir, kenikmatan melihat, kenikmatan mendengar, kenikmatan bicara, kenikmatan seluruh kenikmatan yang ada itu berawal dari kalimat Arrahman, diberikan kepada seluruh hamba-Nya.

Lantas Arrahim kenikmatan khusus bagi mu’minin mu’minat, kenikmatan yang abadi, ketika semua mereka berakhir, hewan tumbuhan berakhir, makhluk-makhluk lain berakhir terkecuali keturunan Adam kenikmatan berlanjut dari samudra Arrahim, samudra Arrahim ini tidak berakhir kenikmatannya karena abadi, terus miliaran triliunan tahun tidak akan pernah menemui kematian, tiada ada istilah lanjut usia dan tua, tiada istilah keriput, tidak ada istilah sakit, tidak ada istilah bingung, tidak ada gundah, tidak ada sedih, yang ada gembira dan keridhoan Allah, yang ada cahaya Allah, yang ada keagungan dan keindahan Allah yang Maha Megah, ini samudra Arrahim.

Oleh sebab itu bila kita menyebut “bismillahir rahmanir rahim”, dengan Nama Allah mencakup seluruh nama orang-orang yang dilimpahi kenikmatan didunia dan akhirot hingga akhir zaman, hingga tiada akhirnya zaman yang kekal dan abadi didalam syurga, itu kenikmataanya sudah berpadu dengan kalimat ‘Arrahman Arrahim’, kalau kita sebut nama itu tenggelam kita, kalau kita renungkan dan indahnya keagungan Allah dialam semesta ini.

Baru satu ayat “bismillahir rahmanir rahim, Alhamdu lillahi rabbil ’alamin, arrahman arrahim, maliki yaumidin, iyaaka na’budu waiyyaka nasta'in” ketika mengucap ayat-ayat itu Allah menjawabnya sebagaimana diriwayatkan didalam shohih muslim “hammadin ’abdi, majjadanii abdi, adzdzana alaiya abdi” Hambaku memujiku, hambaku menyukaiku, hambaku memuliakanku, hambaku meluhurkanku, kenapa Allah menjawab? Allah suka dipuji, kenapa Allah suka dipuji? Karna puji datangnya dari cinta, kenapa Allah suka dicintai? Karna Allah mencintai hambanya, Allah tidak membutuhkan segenap hambanya, seluruh hamba ini bila berkumpul sebagaimana hadits qudsi “ketika berkumpul seluruh Jin dan Manusia dari yang pertama hingga yang terakhir semuanya dalam jiwa yang bertaqwa, tidak bertambah dari kerajaan-Ku sedikitpun, Allah”. Lalu untuk apa kecintaan hamba kepada-Nya, karna cintanya Allah kepada hambanya, Allah ingin hambanya dicintai oleh-Nya mendapat kebahagiaan yang kekal maka Allah suka dipuji karna puji datangnya dari cinta.

Allah berkata “hamba-Ku memuji-Ku” tidak penah ada namanya ibadah dijawab oleh Allah terkecuali dalam shalat, yang mengucap Al fathihah dijawab oleh Allah, kalau kita teruskan lagi “Ihdinas shirothol mustaqim, shirothol ladzina an'amta alaihim ghairil maghdhu bi 'alaihim waladhdhoolliin” Allah menjawab hadza lil abdi wa lil abdi masa’an hadza lil abdi wa lil abdi masa’an hadza lil abdi wa lil abdi masa’an ini sekarang untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku, apa yang dia minta ada apa dengan kalimat “Ihdinas shirothol mustaqiim shirothol ladzina an'amta alaihim” itu ayat menyatukan dan memadukan seluruh kebutuhan kita dunia dan akhirat.

Tunjukan kami kejalan yang lurus, hujjatul islam Al Imam Khatiyah mengatakan salah satu tafsir, jalan yang lurus adalah Nabi Muhammad, karna tidak ada jalan yang lebih lurus dan istiqomah melebihi jalannya Nabiyuna Muhammad, tunjukan kami kejalan yang benar, maksudnya apa? Agar hari-hari kami selalu dibimbing yaa Rabb oleh sunnah dan kemuliaan, kenapa kata ditunjukan kejalan yang benar? Tidak cukupkah dengan jalan islam? Tentunya kita selau terjebak dalam dosa, setiap shalat kita minta ditunjukan kejalan yang benar, jika dalam jalan yang sesat agar ditunjukan oleh Allah jalan yang benar, jika kita dalam maksiat agar ditunjukan jalan untuk segera bertaubah dan beristiqfar, jika kita dalam kesalahan dibangkitkan keinginan untuk merubah kesalahannya, jika kita tidak khusyu' dalam ibadah ditunjukan cara agar mencapai kekhusyu'an, jika kita salah dalam berbuat, Allah tunjukkan yang benar, "Ihdinas shirothol mustaqiim" adalah meminta petunjuk dari Allah untuk ditunjukkan selalu dalam kebenaran, kenapa selalu diulang-ulang karna manusia ini terbolak balik selalu hatinya, sebentar dalam kemuliaan, sebentar berbalik kepada kehinaan, sebentar dalam ibadah sebentar berbalik pada dosa, mita terus bimbingan Illahiyah agar kita selalu berada dalam sunnah Nabi Muhammad.

“Shirothol ladzina an'amta 'alaihim” jalan yang lurus dan benar tapi jalan yang telah Kau beri kenikmatan, jalan orang yang Kau beri kenikmatan atas mereka, ini mau apalagi manusia hidup dimuka bumi, dituntun kejalan yang lurus agar mencapai kebahagiaan yang kekal, lalu dilimpahi kenikmatan sebagaimana orang yang dilimpahi kenikmatan oleh Allah, adakah lagi cita-cita melebihi ini? Adakah lagi kebutuhan manusia melebihi kenikmatan? Bukankah akhir dari pada seluruh kebutuhan manusia adalah kenikmataan dan kenikmatan dari segala keinginan kita sudah berada didalam surat Al Fatihah.

Kalau seandainya kita mendalami dan memahami maknanya seluruh kenikmatan mau ditumpahkan Allah kepada kita, kita bertanya apa iya bisa? Apa iya bisa dengan mengucap “ihdinas shirothol mustaqiim, shirothol ladzina an'amta 'alaihim” kita mendapatkan kenikmatan selalu dunia dan akhirat, telah dijawab oleh Allah dalam hadits qudsi riwayat shohih muslim, “hadza lil abdi wa lil abdi masyaa” bagi hambaku apa yang dia minta.

Demikian indahnya Rahmat Ilahi ditawarkan setiap kali kita berdiri dalam shalat membaca suratul Fathihah ghairil maghdhu bi alaihim waladhdholin bukan jalan-jalan oaring-orang yang Kau murkai tentunya didunia dan akhirat, dicabut dari segala hal-hal yang dimurkai Allah digantikan dengan hal-hal yang dilimpahi kenikmatan dan benar dimata Allah.

Inilah jalan kehidupan, inilah jalan kebahagiaan, inilah jalan kenikmatan yang kekal dunia dan akhirat. Telah ada didalam shalat kita seluruh hajad kita berpadu dalam suratul Fatihah.

Hadirin hadirot dilantunkan kalimat-kalimat Illahi dari firman-firman Allah demikian kepada ruku', kepada sujud terus dalam kemuliaan demi kemuliaan dan Allah Maha Tahu hambanya akan dipenuhi dosa hari-harinya, Allah jadikan shalat penghapus dosanya, kalau kita dengar musibah-musibah adalah penghapusan dosa sebagaimana riwayat Shohih Bukhori dan shohih Muslim, bahwa semua Musibah bagi muslimin muslimat adalah penghapus dosanya, ada juga penghapusan dosa yang tidak pakai musibah, apa itu? Shalat kita.

Tidak pakai musibah dosa kita di kikis oleh Allah, Rasul bersabda “Shalat 5 waktu itu Allah menghapus dengannya banyak dosa-dosa”, dihapus oleh Allah, semakin khusyu dan sempurna shalat kita, semakin banyak dosa yang terhapus, demikian hebatnya Allah siapkan penghapusan dosa tidak pakai musibah, shalat sudah menghapus dosa, untuk menghapus dosa.

Riwayat Shohih Bukhori ketika salah satu seorang sahabat melakukan wudhu dengan perlahan-lahan lantas ia melakukan shalat sunnah 2 rakaat, ditanya oleh sahabat lainya: “wahai engkau (Sayyidina Utsman bin Affan) bagaimana engkau berbuat seperti ini”, berkata Sayyidina Utsman bin Aff


an: “aku melihat Rasulullah berbuat ini” dan Rasul berkata: “barang siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini lalu melakukan shalat sunnah 2 rakaat setelahnya Allah hapuskan dosanya walau sebanyak buih lautan", dalam riwayat lain, Allah maafkan seluruh dosanya yang terdahulu, hebatnya kemuliaan wudhu dan shalat sunnah, lebih-lebih lagi shalat fardhu.

Mengenai waktunya shalat, diriwayatkan didalam shohih Bukhari: waktunya shalat telah ditentukan oleh Allah. Sering bertanya diantara kita waktunya shalat itu datangnya dari mana? Maka datang Dari ijtihad ulama ataukah datangnya dari Allah? diriwayatkan didalam Shahih bukhari, malaikat Jibril dihari pertama diwajibkannya shalat memulai mengajari Sang Nabi shalat dhuhur diawal waktu dhuhur, lantas mengajari waktu shalat Ashar diawal waktu Ashar, lalu mengejari shalat Maghrib 3 rakaat diawal waktu maghrib, demikian sampai subuh.

Lalu dhuhur dihari ke 2 diajari di akhir waktu shalat dhuhur, lantas waktu shalat Ashar diajari waktu akhir shalat Ashar, dan demikian maghrib di akhir waktu dan isya diakhir waktu dan subuh diakhir waktu, lantas berkata Jibril fainna hatain ya rasulullah diantara 2 ini tadi yang kemarin dhuhurnya awal yang sekarang dhuhurnya terakhir, diantara 2 itulah waktunya dhuhur, demikian magrib, Isya dan seluruh waktu, Demikian riwayat shohih bukhari.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.

Kemuliaan shalat dan kemuliaan ini tumpah ruah dibulan Rajab, dan ini tumpah kepada kita dalam rahasia mi'raj, kita tidak jumpa dengan Allah sama seperti Sang Nabi, tetapi kebahagiaan dan keberkahan dan Sang Nabi selalu menuntun kita kepada keluhuran, sebagaimana hadits yang kita baca tadi iyyakum wadhdhon hati-hati dengan prasangka wa inna dhon ahsamul hadits sungguh sangka menyangka itu adalah ucapan yang paling dusta, ucapan yang dusta kata Rasul.

Ucapan yang paling dusta adalah sangka menyangka tanpa ada bukti, fa inna ma ahsamul hadits wala tajassasu wala tahassasu dan jangan kalian mencari-cari aib orang lain, dan jangan menyuruh orang lain untuk mencari aib orang lainnya, cukup-cukup jangan mencari-cari aib orang lain kata Rasul.

Al Imam Ibnu Hajar Asqalani dalam kitabnya fathul bahri bisyarah shahih Bukhari menjelaskan “Tahassasu” Adalah dia sendiri mencari-cari aib orang lain “Tajassasu” menyuruh orang lain mencari aib temannya atau aib orang lain, orang lain yang disuruh untuk memata-mata ini “Tajassasu” kalau “Tahassasu” Dia sendiri yang mencari-cari sendiri aib orang lain “la tahassasu wala tajassasu”.

Kata Rasul tinggalkan itu, mencari-cari aibnya orang lain agar Allah tidak mencari-cari aib kita, semakin kita mencari-cari aib orang lain, semakin kita membongkar aib orang lain, Allah akan membongkar pula aib kita dihadapan orang lain.

Wala tabaghodhu” Jangan saling membenci satu sama lain wala tadabarru jangan saling bermusuhan, Subhanallah tuntunan Nabi kita Muhammad wa “kulli mannallahi ikhwana” jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, sama-sama di wajibkan shalat, sama-sama didalam “Laa illaaha illallah Muhammad Rasulullah” ini seruan yang diserukan kepada seluruh ummatnya, yang mengaku ummat Nabi Muhammad untuk tidak selalu menjadikan sangka menyangka sebagai patokan dalam menghukumi saudaranya dan tidak pula menjadikan saudaranya itu tempat dicari-cari aibnya, jangan menyuru orang lain mencari aib orang lain, jangan pula saling membenci, jangan saling bermusuhan, bersatulah dan jadilah kalian bersaudara diantara hamba-hamba Allah.

Ini kalau kita amalkannya, selesai semua permasalahan muslimin, tidak ada saling benci, tidak ada saling musuh, tidak ada perpecahan antar muslimin, satu kalimat seperti ini saja selesai seluruh masalah yang ada dipermukaan bumi, karna apa? Karna kita sudah bersatu muslimin muslimat, jiwa mereka satu, satu bermaksiat, yang lain menasehati dengan kasih sayang.

Demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.

Ambil keberkahan dari hadits mulia ini, tuntunan semulia-mulia tuntunan dari Nabi kita Muhammad, dari kelembutan-kelembutan yang disampaikan oleh sang Nabi kepada kita, ketika terjadi salah seorang tua renta berjalan tertatih-tatih dipegangi oleh kedua anaknya, Rasul berkata: “ini kenapa orang tua ini memaksakan diri untuk berjalan, kenapa dia tidak dibawa atau dibopong saja atau ditanduh”, maka orang lain berkata “ya Rasulullah dia sudah nazar, nazar untuk tidak mau ditandu maunya berjalan untuk melakukan Haji, Rasul berkata, kenapa ia tidak mau ditandu karna dia sudah nazar, tentunya dia takut di azab oleh Allah bila tidak jalankan nazarnya walaupun ternyata ia tidak mampu, Rasul berkata: “Wallah, Allah tidak akan tega menyiksa orang ini, hanya karna nazarnya kepada Allah, biarkan dia duduk dan ditandu”, yaa Rasulullah dia telah bernazar, Rasul berkata : “selesaikan kafarat nazarnya dengan berpuasa, jangan dia memaksakan dirinya untuk menjalankan nazarnya, Allah tidak tega menyiksanya orang tua ini dipegangi oleh kedua anaknya harus menjalankan nazarnya” alangkah indahnya tuntunan Nabi kita Muhammad.

Diriwayatkan didalam shohih bukhari: satu orang berdiri ditengah-tengah matahari, Rasul bertanya lagi. “ini kenapa lagi?” kata Rasul, yaa Rasulullah dia nazar kalau hajatnya terkabul ia mau berdiri dan tidak mau duduk, dia mau berdiri dibawah matahari tanpa berteduh, tidak mau bicara dan ia berpuasa, Rasul berkata: “perintahkan dia untuk berteduh, perintahkan dia untuk duduk sebagaimana biasa, perintahkan di berbicara, dan teruskan puasanya”, dari sini haririn hadirot dipahami, nazar tidak boleh terkecuali dengan ibadah, kalau bukan dengan ibadah maka tidak sah nazarnya demikian dalam mazhab Syafii didalam pendapat yang mu’tamad.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.

Sudah tidak mau berbicara dan rasul berkata biarkan dia berbicara, sudah janji kepada Allah bila hajatnya terkabul mau berdiri tidak mau duduk, mau berdiri dibawah matahari, Rasul berkata: “biarkan dia berteduh, dan biarkan duduk bicara, puasanya boleh teruskan” demikian indahnya Nabi kita Muhammad, tidak mau menghukumi ummat ini. “yassiru wala tu'assiru bassyiru wala tunaffiru” permudahlah janganlah dipersulit, berikan kabar gembira dan jangan sampai mereka berlari dan berpaling dari agama Allah, demikian indahnya.

Hadirin hadirot malam ini kita berkumpul dihadirot Allah dalam masjid yang diberkahi ini dan juga kita menemukan rahasia kemuliaan Mi’raj Nabi kita Muhammad, mengenai dzikir ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan, karna banyak yang bertanya tentang puasa di bulan rajab ini di ingkari, dikatakan hal ini bid’ah.

Hadirin hadirot, berkata hujjatul islam wabarokatul anam Al Imam Nawawi dalam kitabnya syarah nawawi ala shahih muslim, bahwa memang betul tidak ada satu hadits shahih pun yang mendukung puasa di bulan rajab, akan tetapi Rasul menyukai puasa di bulan haram dan puasa di bulan haram, rajab adalah salah satu dari bulan haram, maka berpuasa di bulan rajab adalah “amrun mustahab”.

Demikian dikatakan hujjatul islam al imam nawawi karena riwayat Abu Dawud dalam shahih riwayat yang shahih karena Rasul suka berpuasa di bulan haram. Bulan haram itu 4 tentunya yaitu dhulqaidah, dzulhijjah, muharram dan rajab. 4 bulan ini Rasul suka berpuasa padanya. Tidak ada hadits shahih yang mengkhususkan Rasul berpuasa dibulan rajab tapi bulan Rajab adalah bulan haram berarti sunnah berpuasa di bulan rajab. Demikian disebutkan al imam nawawi dalam syarah nawawi ala shahih muslim, demikian juga hujjatul islam Imam Ibnu Batthol  dengan pendapat yang sama maka jelaslah sudah berpuasa di bulan rajab bukan hal yang bid’ah akan tetapi justru memang Rasulullah melakukannya.

Hadirin hadirot, yang dimuliakan Allah, maka di bulan mulia ini kita memperbanyak doa dan munajat kita berdoa pada Allah semoga Allah menjadikan malam-malam kita dan hari-hari kita dipenuhi dengan rahasia kemuliaan shalat.

Ya Rahman, Ya Rahim, kami bermunajat kehadiran-Mu meminta kepada-Mu rahasia keagungan shalat, rahasia keagungan sujud, rahasia keagungan ibadah, Ya Rahman, Ya Rahim, Ya dzal jalali wal ikram telah kau limpahkan kepada kami kasih sayang-Mu dan mengundang kami dengan cinta dan rindu-Mu, Ya dzal jalali wal ikram bangkitkan jiwa kami untuk menjawab cinta dan rindu-Mu.

Ya Rahman, Ya Rahim, Ya dzal jalali wal ikram hangatkan jiwa kami selalu dalam dzikir dan cinta kehadhiratMu, hangatkan jiwa kami selalu dalam shalat, ketika kami melakukan shalat curahkan keberkahan dan kekhusyu'an, dan jadikan shalat kami gerbang anugerah zhohiran wa bathinan, jadikan setiap kami shalat Kau bukakan rahmat-Mu seluas-luasnya jadikan shalat kami meruntuhkan seluruh musibah dan kesulitan.

Wahai yang mengundang seluruh sel tubuh kami untuk dicintai didalam shalat kehadiratMu, Wahai yang mengundang ruh dan jasad kami untuk menghadap lima waktu setiap harinya Wahai yang merindukan para pendosa untuk sampai kepada pengampunan inilah nama–nama hamba-hamba Mu yang penuh dosa dan kesalahan akan tetapi kami ingin menjawab cinta-Mu tapi kami mengadukan kelemahan kami.

Ya Rahman, Ya Rahim, Ya dzal jalali wal ikram Ya dzatthauli wal in’am beri kami kemuliaan hingga kami menyadari betapa agung-Nya cinta-Mu, Ya Rahman, Ya Rahim sejukkan jiwa kami dengan cinta dan rindu kehadirat-Mu, sejukkan hari-hari kami dengan pengampunan-Mu, sejukkan nafas kami dengan doa dan munajat.

Faquuluu jami’an: Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah. Wahai Yang Maha Abadi, Wahai Yang Maha Bercahaya, Wahai Yang Maha Kaya, Wahai Yang Maha Luhur, Wahai Yang Maha Mengawali Seluruh Kejadian.

Hadirin hadirot, yang dimuliakan Allah, hadirkan jiwamu dalam memanggil Nama-Nya dalam menyebut Nama-Nya jika dikehendaki-Nya satu kali kau menyebut nama-Nya terangkat seluruh kemuliaan sepanjang usiamu hingga wafatmu dalam kemuliaan dalam kehendak Allah dituntunnya kita dari segala kemaksiatan kepada kebahagiaan dan taat, dituntunnya kita dari kesulitan menuju kemudahan

Hadirin hadirot, sekali kita memanggil NamaNya terbuka semakin mulia keadaan dan derajat kita ke hadirat-Nya, Faquuluu jami’an: Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah yaa Rahman yaa Rahim yaa dzal jalali wal ikram.

Akan kau lihat kesejukan dan ketenangan di hari esok setelah kita bersama-sama berdzikir memanggil Nama-Nya yang Maha Luhur, terlimpah ruah dengannya pengampunan kepada kita semua yang hadir.

Wassalallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa’ala alihi washohbihi wassallam, walhamdu lillahi rabbil ’alamin.

[Oleh: Guru Mulia Kita Al Marhum Habib Mundzir Al Musawa, Pada Senin 28 Juli 2008]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maaf, jika anda berkomentar tolong sertakan nama dan alamat apabila anda pakai "anonymous" (tanpa identitas), terima kasih...