BTemplates.com

Selamat Datang Di Website Majelis Al-Badar, Komunitas Online Para Pecinta Rasulullah...

Senin, 09 Oktober 2017

Perumpamaan Orang Yang Hidup dan Yang Mati

Hamdan li Robbin Khosshona bi Muhammadin, Wa anqodznaa bi dzulmatil jahli waddayaajiri, Alhamdu lillahil ladzii hadaanaa, bi ‘abdihil mukhtaari man da’aanaa, ilaihi bil idzni waqod naadaanaa labbaika yaa man dallanaa wa hadaanaa, shollallahu wa sallama wa baaroka ’alaih...

Alhamdu lillahil ladzi jam’anaa fi hadzal mahdhor, Limpahan puji kehadirat Allah, yang telah mengundang hamba-hambanya, ketika mereka diturunkan kepermukaan bumi, Nabiyullah Adam dan isterinya sayyidatuna Hawa. Allah mengundang mereka dan terus keturunannya hingga akhiruz zaman, untuk mencapai keridhoan Ilaahi, untuk mencapai cinta Allah, ditawarkan kepada mereka cinta Allah, maukah hamba-hambanya menerima cinta Allah? Maukah hamba-hambanya dicintai oleh Allah? Sang kekasih abadi dan tunggal dunia dan akhirat, kekasih yang tidak pernah mengecewakan yang mencintai-Nya, Maha Suci Allah, yang tiada bertepuk sebelah tangan kepada hamba-hamba yang mencintai-Nya, kekasih terindah bagi setiap kehidupan, Allah.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, ketika diriwayatkan oleh al-Imam Ghazali ‘alaihi rahmatullah, didalam kitabnya “mukasyifatul-qulub” ketika Nabiyyallah Musa mempunyai seorang umat yang sangat jahat dan berbuat kerusakan dikampungnya, maka mereka sepakat untuk mengusir pembuat kerusuhan ini dari kampung halamannya, ia pun dibenci oleh kekasihnya, dibenci oleh teman, dibenci oleh seluruh masyarakat dikampungnya, maka Nabiyullah Musa pun mengusirnya, keluarlah hamba ini dengan kekecewaan, dalam tumpukan dosa, dalam kemiskinan, di dalam ketidak percayaan, dan ia lari menghindar telah terusir dari semua kekasih dan kerabat dan temannya, tidak lagi punya harta dan sudah jatuh miskin, sebatang kara dan penuh dosa, rasanya seburuk-buruk keadaan, penuh dosa, miskin pula, tidak punya keluarga pula yang mau mengakuinya sebagai keluarga.

Hamba ini berjalan dan tertatih-tatih didalam satu padang pasir, dan disitu tiada kehidupan, sehingga ia pun roboh karena putus asa dan sedih, dan karena lelah dan laparnya, saya bertaubat kepada Allah tapi semua orang yang mencintaiku telah meninggalkanku karena kejahatanku, aku mau berbuat baik, aku sekarang orang yang miskin, sebatang kara dan penuh dosa, kalau kita lihat keadaan seperti ini, orang sebatang kara, miskin, jahat, apakah kita terima sebagai kekasihnya?

Allah menerima taubatnya, Allah memuliakannya, ketika ia telah terusir sebagai penjahat, sebagai perusak, sebagai orang yang tidak berguna dimasyarakatnya, Allah menerima taubatnya, maka ia berkata; Robb, sekarang masihkah tersisa taubat padaku, jika semua orang meninggalkanku, jangan Engkau meninggalkanku Robbii, ia pun wafat, sebelum wafatnya ia berdoa kepada Allah dan mengeluh, Robbii, kalau seandainya ibuku ada disini, pasti ibuku akan menenangkanku, jika istriku dan anakku ada disini mereka akan menenangkanku, akan tetapi mereka semua pergi karena kejahatanku dan meninggalkanku bahkan membenciku, tinggallah Engkau Robbi yang Maha tunggal, Allah menurunkan para malaikat untuk menenangkan hambanya ini dan ia wafat, Allah memerintahkan pada Jibril untuk mendatangi Musa, Musa! Keluarlah engkau bersama masyarakat kampungmu, kuburkan salah seorang jenazah, wali-Ku, wali Allah, orang yang sangat dicintai Allah, Nabiyyullah Musa keluar bersama masyarakat mencari tempat yang ditunjukkan Jibril, wahai jibril ini perusak, pembuat kejahatan yang memang kami sudah usir dari kampung kami, Jibril menjawab; wahai Musa, Allah telah terima taubatnya dan Allah mencintainya. Inilah Robb, ketika semua orang meninggalkan para pendosa Allah tidak meninggalkannya, Allah tidak akan meninggalkan semua yang dicintai-Nya, walaupun ia dibenci, dicaci dan dimusuhi.

Allah, kekasih terindah, dunia dan akhirat, kekasih yang kekal dan semulia-mulia kekasih, Allah memaafkan dosa-dosa hamba yang mencintai-Nya, ketika hamba itu mau menyambung hatinya dengan Allah, Allah maafkan dosanya, ketika Allah berfirman, didalam hadits qudsi, diriwayatkan didalam musnad imam Ahmad: ”yabna aadam innaka maa da’autanii wa rojautanii ghofartu laka ‘ala maa kaana minka falaa ubaalii” wahai keturunan Adam ketika kau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku (tentunya berdoa berharap berarti mencintai Allah) Ku hapus semua dosa-dosamu itu yang terdahulu dan Aku tidak peduli lagi pada dosamu”.

Demikian Allah melupakan dosa-dosa orang-orang yang berharap kepada-Nya, karena dosa itu bermasalah karena kepada Allah, tapi Allah menghapusnya bagi hamba yang ingin mencintai Allah, jangan putus asa mencintai Allah walaupun kita penuh dosa, karena Dia Allah menyeru kita: “qul yaa ‘ibaadiyalladziina asrofuu ‘ala anfusihim laa taqnathuu min rohmatillah”katakanlah wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas dalam berdosa, jangan putus asa dari rahmat-Nya Allah” “innallaha yaghfirudz-dzunuuba jamii’aa” sungguh Allah menghapus seluruh dosa, dan Maha mampu mengampuni semua dosa”.

Hadirin hadirot, sampailah kita pada hadits mulia dimalam hari ini, yang disampaikan semulia-mulia bibir yang diciptakan Allah, sayyidina Muhammad, “matsalulladzii yadzkuru robbahu walladzii laa yadzkuru robbahu matsalul-hayyi wal-mayyiti”, perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dengan yang tidak mengingat Tuhannya, bagaikan perumpamaan yang hidup dan yang mati”, kata Rasul, riwayat Shohih Bukhori, apa perbedaan yang hidup dan yang mati? sungguh sangat banyak, orang yang mati dan telah menjadi jenazah, ia tidak bisa melihat walau matanya masih ada, ia tidak bisa mendengar walau telinganya masih ada, ia tidak bisa bicara walau lidahnya ada, ia tidak bisa bergerak walau tubuhnya sempurna, tapi ketika ia hidup, ia bisa bicara, mendengar, bergerak dan berbuat, apa makna ini? Maknanya perbedaan jauh orang-orang yang banyak mengingat Allah dan berdzikir, dengan yang tidak mengingat Allah, bagaikan yang hidup dan yang mati, maksudnya apa? betapa tidak berdayanya orang yang tidak mau dzikrullah, betapa tidak bisa berbuat apa-apanya dan betapa tidak berguna apa-apa yang mereka perbuat, jika mereka tidak mengingat Allah dan tidak berdzikir kepada Allah, dibawa kesana ikut, dibawa kesini ikut, dilempar kejurang ikut, dibakar ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa, demikian keadaannya, namun orang yang hidup, ia bisa bicara, bisa mendengar, bisa melihat, mempunyai kekuatan, kekuatan Ilaahi tentunya, kekuatan dzikir, kekuatan lafzhul-jalaalah, kekuatan yang menundukkan seluruh kekuatan.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.
Demikian indahnya jiwa yang dipenuhi dzikrullah, dan kemuliaan dzikir itu bukan hanya dengan ingat saja, tapi juga dengan lafazh, sebagaimana firman Allah dalam hadits qudsi riwayat Shohih Bukhori: “Ana ma’a ‘abdi haytsu maa dzakaronii wa taharrokat bii syafataah”, Aku bersama hambaku dimanapun ia berada, saat dia mengingat-Ku dan saat bibirnya bergetar menyebut nama-Ku”.

Hadirin hadirot, Allah bersamamu saat kau mengingat Allah, dan Allah bersamamu dan memuliakan kita saat bibir bergetar menyebut nama-Ku kata Allah, ketika bergetar bibirnya menyebut nama-Ku, Allah, Robbii, ternyata getaran bibir ini masih Kau perhatikan jika menyebut nama-Mu ya Allah, pahamilah keagungan menyebut nama Allah, disabdakan oleh Nabiyyuna Muhammad riwayat Shohih Bukhori: “inna lillah tis’atun wa tis’uuna isman man yahfazh-ha dakholal-jannah”, Allah itu punya 99 nama, siapa yang menghafal-Nya masuk surga”, demikian janji Allah bagi jiwa yang dipenuhi nama-nama-Nya, bagi alam pemikiran yang dipenuhi nama-nama Allah, maka Allah janjikan baginya kebahagiaan yang kekal, demikian berharganya jika seseorang menyimpan nama Allah dalam jiwanya, 99 nama yang jika dihafal membuat ia masuk surga, menunjukkan jaminan hidayah akan dilimpahkan padanya, anugerah dan rahmat akan terus turun hingga ia tidak akan wafat terkecuali dalam husnul khotimah, demikian sabda sang Nabi riwayat Shohih Bukhori, warisi kemuliaan yang telah diwariskan oleh sang Nabi.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.

Allah berfirman, diriwayatkan didalam Shohih Bukhori dalam hadits qudsi: "man ahabba liqooii ahbabtu liqoo-ah, wa man kariha liqoo-ihi karihtu liqoo-ah", demikian firman Allah dalam hadits qudsi riwayat Shohih Bukhori, “barang siapa yang rindu jumpa dengan-Ku Akupun rindu jumpa dengannya” undangan ini sampai dalam jiwamu malam ini, akankah engkau terima kerinduan Allah, akankah kau tidak ingin dirindukan Allah, saat namamu dipanggil dihadapan Allah, fulan bin fulan maju dihadapan Allah, hamba yang rindu kepada Allah, Robbii pastikan kami wafat dalam kerinduan kepada-Mu ya Rahman, sejukkan jiwa kami untuk selalu rindu pada-Mu ya Rahim, getarkan bibir kami untuk selalu menyebut-Mu ya Allah.

Hadirin hadirot, semulia-mulia makhluk yang paling mencintai Allah adalah sayyidina Muhammmad, cahaya rahmat Ilaahi yang menuntun semua hamba untuk mencintai Allah, yang dengan mencintai beliaulah sempurna iman kepada Allah, yang dengan mengikuti sunnah beliau maka kita dicintai Allah, demikian indahnya Nabi ku dan Nabi kalian, idola ku dan idola kalian, sayyidina Muhammad, bibir beliau itu tidak ingin mencaci orang lain dan beliau berdoa kepada Allah: “Allahumma ayyumal-mu'min sababtuhu faj’al dzalika lahu ghurbatan ilaika yaumal-qiyamah”, riwayat Shohih Bukhori, wahai Allah jika kelepasan bibirku mencaci seorang yang beriman kepada-Mu, jadikan itu balik menjadi kedekatan kepada-Mu untuknya di hari kiamat”, ini akhlak Nabiyyuna Muhammad, warisi barangkali diantara kita pernah mencaci orang-orang yang beriman kepada Allah, cinta kepada Allah, itu orang yang pernah ku caci Robbii dekatkan dia kepada-Mu dihari kiamat, ini akhlak Nabi Muhammad, menunjukkan puncak kesucian jiwa, menunjukkan jiwa yang polos dan bersih dari pada benci kepada makhluknya Allah, “Allahumma ayyumal-mu'min sababtuhu faj’al dzalika lahu ghurbatan ilaika yaumal-qiyamah”, wahai Allah jika aku pernah mencaci seorang mu’min, jadikan itu kedekatan baginya dihari kiamat” demikian perbuatan sang Nabi, barangkali pernah mencaci seorang dan belum pernah mencaci siapa pun, ketika orang bertanya apakah Rasulullah pernah mencaci orang? Tentunya tidak, karena apa, karena beliau juga beristighfar dan bertaubat padahal beliau tidak punya dosa, demikian tuntunan beliau untuk diwariskan kepada kita, maka warisilah....

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.

Rasul bersabda diriwayatkan didalam Shohih Bukhori; “ada diantara seorang hamba yang menyampaikan satu ucapan yang diridhoi Allah, satu ucapan, ucapan itu mengangkatnya berderajat-derajat dihadirat Allah, satu ucapan, dan ada juga hamba yang mengucap satu ucapan yang dimurkai Allah, menjadi penyebabnya jatuh ke dalam api neraka, hati-hati dengan bibir ini, seindah-indah bibiir “taharrokat bii syafatah”, ketika bibirnya bergetar menyebut nama-Ku kata Allah, inilah indahnya tuntunan Nabi kita Muhammad.

Hadirin hadirot, Rasul adalah idola sempurna bagi kita untuk kesejahteraan dimuka bumi, diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, bagaimana budi pekerti beliau terhadap orang-orang yang susah, dan bagaimana tarbiyah beliau kepada orang-orang yang dekat dengan beliau, orang yang dekat dengan beliau itu, disertakan dan dirangkul oleh beliau, tapi biasanya paling akhir mendapatkan sesuatu.

Diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, ketika Abu Hurairah, sudah lama tidak makan dan lapar, mencari kepada Abu Bakar Asshiddiq, bertamu tidak mendapatkan apa-apa, datang kepada Umar, belum dapat jawaban apa-apa dan belum dapat makanan, Rasul jumpa dengannya, Rasul melihat wajah Abu Hurairah, senyum, tahu, lapar engkau ini wahai Abu Hurairah, Rasul memanggilnya dengan ucapan yang akrab, yaitu ya Aba hir, disingkat oleh Rasul, jadi Rasulullah juga suka menyingkat nama, kalau kita misalnya nama Budi, Rasul panggil Bud begitu, dengan ucapan akrab, menunjukkan betapa akrabnya sang Nabi dengan Abu Hurairah, seraya berkata; (tidak mengatakan); ya Abu Hurairah, beliau berkata: ya Aba hir, “singkat saja”, ikut denganku, maka Abu Hurairah berkata; aku ikut dengannya, sampai lagi kerumah beliau, memang dari rumah beliau, sampai kerumah beliau diizinkan masuk, Rasul lihat ada satu bejana susu, tanya pada istri beliau; ini dari mana bejana susu? tadi tamu datang bawakan untukmu, Rasul melihat wajah Abu Hurairah, wajah orang yang sudah menahan lapar dan melihat bejana susu, Rasul berkata; ya Aba hir, panggilan singkat lagi, kita punya ahlus shuffah ada berapa orang disebelah? Sebelah rumah Rasul itu Masjid Nabawi, disitu tinggal ahlus shuffah, ahlus shuffah itu orang yang tidak punya keluarga, tidak punya kerjaan, tidak punya apa-apa, sebatang kara tinggal  di masjid, yang menafkahinya Rasul, makan kalau ada makanan, tidak makan kalau tidak ada makanan, dan mereka belajar bersama Rasul, Abu Hurairah menjaga mereka, coba lihat ahlus shuffah sudah pada makan belum? Belum ya Rasulullah, panggil kesini! Abu Hurairah yang meriwayatkan hadits ini berkata dalam hatinya; masya Allah, ahlus shuffah bukan satu orang, ini bejana cuma segitu, kira-kira begitu” kalau aku ini lemah, akhirnya nanti aku tidak bisa diperintah oleh Rasul, kalau Rasulullah suruh apa-apa, aku tidak mampu karena aku lemah, karena lapar, mestinya aku dulu minum bejana itu, ini riwayat Shohih Bukhori, Abu Hurairah mengatakan demikian, maka ia memanggil ahlus shuffah, maka Rasul terus memberi tarbiyah kepada Abu Hurairah untuk mendahulukan orang lain, Rasul berkata; ya Ababhir (nama ringkas lagi) Aba hir, ini bejana bagikan pada mereka! Rasul tidak langsung berikan kepada ahlus shuffah, Abu Hurairah yang disuruh bagi, Rasul tahu ini yang paling mau terhadap air susu ini, Rasul bilang; engkau yang bagi, Abu Hurairah bagikan kepada orang pertama, orang pertama minum sampai puas, dikembalikan lagi pada Abu Hurairah, Abu Hurairah berikan pada orang kedua, terus sampai selesai, semua ahlus shuffah sudah minum, Abu Hurairah kembalikan kepada Rasul, Rasul pegang bejana, beliau berkata; sekarang tinggal aku dan engkau wahai Aba hir, senang lihat akhlak Nabi Muhammad, isyrob ya aba hir! sekarang engkau minum! ya Rasulullah, tidak, isyrob ya aba hir! minum! Abu Hurairah tahu ini perintah, perintah Rasul kalau tidak dilakukan dosa besar, maka diminumlah, selesai, minum lagi Abu Hurairah ! minum lagi, minum lagi ! hingga ia berkata; cukup ya Rasulullah tidak ada tempat lagi, baru Rasulullah minum, orang yang terakhir minum, dari semua orang yang lapar dan susah, demikian indahnya Nabi kita Muhammad, dan beliau memberi didikan kepada Abu Hurairah, justru disaat kesusahan itu, perhatikan juga orang lain, orang lain dulu sudah selesai, baru orang yang dekat dengan Rasul, baru Rasul, demikian semulia-mulia pemimpin, semulia-mulia panutan sayyidina Muhammad.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.

Rasul adalah sosok yang paling indah, doa-doa beliau seindah-indah doa, sehingga diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, doa yang paling banyak diucapkan oleh Rasul adalah: “ aatina fiddunia hasanah wa fil-aakhiroti hasanah waqinaa ‘adzaaban naar”, ini doa Nabi yang paling banyak dan paling sering beliau sebut apa?, Robbii... datangkanlah kebahagiaan di dunia, kebahagiaan di akhirat dan lepaskan dari siksa neraka” demikian indahnya akhlak, Nabiyyuna Muhammad, demikian indahnya jiwa dan tuntunan beliau.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.

Kita bermunajat kepada Allah, agar Allah menenangkan keadaan muslimin dan meredam api fitnah yang ada pada muslimin, saudara-saudara kita yang berjuang dengan ketegasan yang masih terlibat dipihak yang berwajib, semoga Allah bebaskan dan Allah selesaikan daripada segala kesulitannya, dan jika telah dibebaskan agar dipadamkan dari segala fitnah, dan juga semua saudara kita yang dalam kesesatan aqidah, dari ahmadiyah, dari lia eden, dari ahmad mushodiq dan semua kesesatan aqidah, agar dihujani hidayah oleh Allah, agar diseru kembali kepada majelis-majelis mulia.

Hadirin hadirot, Rasul bersabda: “bahwa satu dari tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah, (rojulun dzakarollaha khooliyan fafaadhot ‘ainaahorang yang ketika mengingat Allah diwaktu sunyi lantas mengalirlah air matanya” itu salah satu kelompok orang yang akan dinaungi Allah (yauma laa zhilla illaa zhilluhhari dimana tidak ada naungan selain naungan Allah, siapa mereka? mereka yang ketika mengingat Allah “faadhot ‘ainaah” mengalirlah air matanya
Dengan rindu, dengan ingin jumpa, dengan terharu atas kebaikan Allah.

Hadirin hadirot, kita kembali kepada firman Allah yang kita dengar tadi, didalam hadits qudsi riwayat Imam Bukhori dalam Shohihnya “Ana ma’a ‘abdi haytsu maa dzakaronii wa taharrokat bii syafataah”, Aku bersama hambaku ketika hambaku mengingat-Ku dan bergetar bibirnya menyebut nama-Ku”.

Hadirin kita berdzikir dalam Lafdzul-Jalalah, ingat seluruh hajatmu dalam jiwa kita, sucikan jiwa kita dengan keagungan nama Allah, faquuluu: Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Rahman Rahim Ya Dzal-jalali wal-Ikrom, Ya Allah, halalkan air mata kami untuk merindukan-Mu Robbii, jadikan air mata ini saksi agar kami dinaungi rahmat-Mu di yaumil-qiyamah, Robbii saat pendosa dipanggil dengan kelompoknya, dimana para pezina? para pezina bangkit menunjukkan dirinya, dimana para pengumpat? para pengumpat berdiri menunjukkan dirinya, dimana para penjudi? para penjudi berdiri menunjukkan dirinya, demkian saat itu. Rasul bersabda riwayat Shohih Muslim, seraya berkata: Allah mengangkat ahlul-karom, para shahabat bertanya; siapa ahlul-karom ya Rasulullah? Mereka yang dikatakan oleh Allah, ya’lamu ahlul jama’ man hum ahlul karom? Sekarang waktunya mengangkat, memperlihatkan wajah ahlul-karom, maka berkatalah para shahabat; siapa mereka? Rasul berkata; adzzaakiruunallah wadzzaakiroot” mereka yang banyak menyebut nama Allah dari pria dan wanita, mereka yang Allah banggakan wajahnya diyaumil-qiyamah, hadirin hadirot semoga Allah mengumpulkan kita diantara mereka, Amin Allahumma Amin.

[Oleh: Guru Mulia Kita Al Marhum Habib Mundzir Al Musawa, Pada Senin 09 Juni 2008]