BTemplates.com

Selamat Datang Di Website Majelis Al-Badar, Komunitas Online Para Pecinta Rasulullah...

Kamis, 12 Oktober 2017

Tanda Dekat Datangnya Hari Kiamat

:قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيهَا الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ فِيهَا الْعِلْمُ وَيَكْثُرُ فِيهَا الْهَرْجُ
[صحيح البخاري]

Sabda Rasulullah: “Sungguh dekat dg hari kiamat akan datang padanya kejahilan, dan terhilangkannya ilmu, dan banyaknya terjadi pertikaian” [Shahih Bukhari]

Maha Suci Allah Jalla Wa 'Ala Yang Maha Membuka Segenap Kebahagiaan dunia dan akhirat, Yang didambakan segala apa apa yang diinginkan (hamba Nya) dari anugerah, Maha Memiliki segala apa-apa yang didambakan oleh hamba hamba Nya, Maha Menyimpan segala hal hal yang indah yang disiapkan bagi hamba hamba Nya, Matahari Kebahagiaan yang tiada pernah terbenam, Matahari Pengampunan yang tiada pernah padam pengampunan Nya, kasih sayang yang kekal dan abadi melebihi segenap kasih sayang Nya, Maha Membuka segenap rahmat dan kesejahteraan dengan doa dan munajat, Maha Mengundang hamba hamba Nya kepada kebahagiaan, pengampunan, kemuliaan, keluhuran dengan doa-doa dan pendekatan kehadirat Nya.

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, Allah telah menyampaikan kepada kita rahasia kebahagiaan yaitu dengan doa doa dan munajat kita dan pengikutan (ittiba') kita kepada Sayyidina Muhammad. Allah mengajarkan doa, mengajarkan munajat, doa dan munajat yang tiada taranya. Doa dan permintaan yang tidak akan bisa dikabulkan terkecuali oleh Allah. Allah mengajarkan doa-doa yang mengenalkan kita betapa kasih sayang-Nya, dan indahnya Allah.

Robbanaa laa tu-aakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naawahai Allah jangan Engkau murka dan jangan Engkau tulis jika kami lupa dan kami berbuat salah. Demikian indahnya doa dan keindahan bagi yang dikabulkannya. Betapa mudahnya cobaan ini, betapa indahnya, laa tuakhidznaa innasiinaa aw akhthonaa, jangan Kau tulis, jangan Kau perberat, jangan Kau bebani dan maafkanlah jika kami lupa dan kami salah. Ini doa yang mengajarkan adalah Allah, Allah ingin memberimu maaf dari yang kau lupa dan yang kau tidak lupa dari dosa. Maka diajarkan-Nya doa doa kepada kita agar Allah tidak lagi mempermasalahkan dosa-dosa kita. Bagaimana? Munajat dan doa. Allah mengajarkan gemuruh munajat di dalam jiwa ini membuka kebahagiaan.

Robbanaa laa tu-aakhidznaa in nasiinaa aw akhtho'naa, robbanaa wa laa tahmil ’alainaa ishron kamaa hamaltahu 'alal ladziina min qoblinaa, kulihat si fulan musibahnya berat, kulihat si fulan cobaannya dahsyat, wala tahmil 'alainaa ishron kamaa hamaltahu 'alal ladziina min qoblinaajangan bebani kami dengan beban yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kamiRobbana wa laa tuhamilnaa maa laa thoqota lana bih, dan jangan engkau pada kami apa-apa yang kami tak kuat menanggungnnya, wa’fu anna waghfirlanaa, maafkanlah kami, ampunilah kami, faanshurnaa ‘alal qaumil kaafiriintolonglah kami untuk menghadapi orang-orang yang kafir, dari kejahatan mereka, dari tipuan mereka.

Demikian indahnya seorang mukmin diajari oleh Allah untuk selalu mengadukan keadaannya bahkan dosa dosanya kepada Allah. Seindah indah tempat pengaduan segala hal dan tidak akan bisa yang menghapus dosa selain Allah. Allah mengundang kita dan mengenalkan Dzat-Nya dan mengenalkan betapa lemahnya kita di hadapan Allah. Manusia itu tidak tahu apa yang akan dikerjakannya esok hari, apa yang akan datang padanya esok dan bagaimana keadaan esok harinya, apa yang akan ia perbuat esok, ia tidak tahu. Betapa lemahnya manusia di hadapan Allah. Seandainya kita melihat, ini manusia esok akan begini atau akan begitu. Orang itu melihat betapa lemahnya dia. Sehebat hebatnya manusia, ia tidak tau ia akan wafat dimana. Entah di barat, entah di timur, entah di darat, entah di laut.

Demikian hadirin-hadirat Allah mengingatkan betapa lemahnya kita di hadirat-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Luhur, Yang Membukakan kepada kita gerbang-gerbang doa dan munajat untuk mencapai keluhuran, untuk mencapai kebahagiaan, untuk mencapai kemuliaan, untuk mencapai keindahan, untuk mencapai keridhoan dan kedekatan kehadirat-Nya.

Dan itulah seindah indahnya anugerah, itulah semulia mulia anugerah setelah seluruh kenikmatan dunia akan berakhir dan setelah itulah kita memahami betapa agungnya sujud, betapa berharganya kalimat “Subhana rabbiyal a’la wa bihamdih”. Betapa mulianya langkah langkah menuju masjid dan majelis dzikir. Setelah kita selesai hidup di muka bumi dan diturunkan tubuh kita ke dalam kubur dan ditinggalkan oleh semua kekasih dan teman, baru kita memahami ternyata kekasih yang hakiki adalah Allah. Yang Maha Tidak Meninggalkan semua yang mencintai-Nya, karena semua kekasih meninggalkan kekasihnya di kubur dan tiada mau menemani kekasihnya di alam kubur.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, Semakin dalam ilmu dan pemahaman kita tentang Allah dan agama ini, semakin indah dan sempurna hari hari kita. Dan semakin sirnanya hal hal ini dari kita, semakin hancur kehidupan kita. Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa Rasulullah bersabda, “dekat waktunya nanti, waktunya hari kiamat, jika sudah dekat akan datang masa munculnya kejahilan”. Apa ini kejahilan? Kejahilan bukan hanya ketidaktahuan tapi yang tidak tahu merasa tahu, yang tidak tahu tapi tidak mau diberi tahu. Ini yang disebut “jahl”.

Kalau seandainya tidak paham saja, tidak sampai ke derajat jahl, tapi jahl adalah yang tidak tahu tapi tidak mau di beri tahu . Jika seandainya ia diberi pengetahuan ia tetap menolak. Ini yang akan muncul nanti kata Rasulullah di akhir zaman. Dan ilmu semakin sirna, syari'atul muthahharoh (syariat yang suci) semakin sirna. Dan disaat itulah banyak terjadi permusuhan, peperangan, pembunuhan.

Al Imam Ibnu Hajar Al 'Asqalani di dalam kitabnya Fathul Baari bi Syarah Shahih Bukhari menjelaskan makna dari hadits ini adalah tandzir (peringatan) dari Rasul untuk menjaga generasi ulama. Yang dimaksud munculnya kejahilan dan maksud terhapusnya ilmu adalah wafatnya para ulama. Ketika para ulama diwafatkan oleh Allah dan generasi muda tidak ada yang meneruskan perjuangannya maka terjadilah hal hal seperti ini.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, Sungguh kebahagiaan bagi satu lingkungan masyarakat adalah yang masih mempunyai ulama. Ulama adalah pewaris para Nabi dan penuntun mereka kepada keluhuran. Sebagaimana Rasul bersabda “Allah tidak mencabut ilmu dari dada yang memiliki ilmu itu, tapi Allah mencabut ilmu itu dengan mewafatkan ulama”, ini diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari. Kenapa? Karena muslimin muslimat tidak lagi menginginkan munculnya generasi ulama, maka dengan wafatnya ulama sirnalah ilmu sampai tidak lagi tersisa seorang ulama dalam satu lingkungan masyarakat. Maka mereka mengambil guru-gurunya adalah orang yang tidak mengerti syariah, lantas mereka itu ditanya dan menjawab dan berfatwa tanpa ilmu maka mereka sesat dan menyesatkan. [Shahih Bukhari]

Hadirin-hadirat, hadits ini adalah tandzir (peringatan) untuk membangkitkan generasi ulama. Sebagaimana riwayat Imam Tirmidzi, Rasul bersabda “sungguh orang yang paling mulia menginjak permukaan bumi adalah para ulama, mereka itu jika agama ini terkotori dan tercela, mereka itulah yang membenahinya”. Bahwa ketika seorang mualim, seorang guru mengajarkan kepada seorang anak mengucap “bismillahir rahmanir rahim” saja sampai anak itu bisa mengucapkannya, maka Allah mencatatkan bagi sang pengajar pengampunan, bagi sang anak pengampunan dan bagi ayah ibunya pengampunan. Demikian rahasia pengampunan dan rahmat ilahi yang dimunculkan dengan keberadaan ulama.

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, Hingga semakin sirnanya ulama ini, mulailah muncul kegelapan dan ketidak pahaman dan muncullah aliran aliran yang sesat, muncullah tuntunan tuntunan yang keluar dari syari'atul muthahharoh (syariah yang suci). Dan demikianlah kerusakan umat semakin terjadi dan sampailah pada puncak kerusakan umat dengan terbitnya matahari dari barat. Sebagaimana sabda Nabiyyuna Muhammad di dalam riwayat Shahih Bukhari “seburuk-buruk dan sejahat-jahatnya adalah mereka yang ketika masih hidup sampai saat merasakan terbitnya matahari dari barat karena disaat itu tidak tersisa lagi seorangpun di muka bumi”.

Kesemuanya adalah mereka yang menyembah selain Allah sehingga Rasul bersabda yang diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, beliau terbangun di tengah malam seraya berseru dengan keras “Subhanallah, betapa banyaknya anugerah yang Allah turunkan di malam ini dan juga betapa banyaknya fitnah akan segera turun, seraya berkata siapa yang bisa membangunkan keluargaku kesemuanya untuk orang-orang dari tetangga beliau untuk melakukan shalat malam seraya mengalirkan airmata dan berkata bisa saja orang-orang yang berkecukupan di muka bumi akan terbuka dan terhinakan dari kecukupannya di yaumil qiyamah. Orang-orang yang berkecukupan di dunia akan merasakan kekurangan di yaumil qiyamah seraya mengalirkan airmata yang mengundang para tetangganya untuk melakukan qiyamul lail”.

Demikian hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, Maka dalam kesempatan ini, saya akan kembali mengulas lagi sedikit tentang bagaimana sejarah pejuang para ahlul hadits yang meneruskan hadits-hadits Rasul dari para ulama. Karena hal ini telah disampaikan tetapi banyaknya sebagian hadirin masih ada yang belum mendengarnya dan sebagian saudara kita memintanya maka saya kembali memperjelaskannya. Bahwa kita semua Ahlussunnah wal jamaah adalah mengambil dalam satu sanad walaupun dalam madzhab yang berbeda. Madzhabnya yang ada pada ahlussunnah wal jama'ah yang masih ada hingga saat ini adalah 4 Madzhab besar, yaitu Madzhab Imam Malik, Madzhab Imam Hanafi, Madzhab Imam Syafi’i dan Madzhab Imam Hanbali.

Dan keempatnya ini bukan terpecah-belah sanadnya tapi merupakan satu sanad. Sanad adalah mata rantai guru atau rantai periwayat. Al Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali) adalah murid Imam Syafi’i dan Imam Syafi’i adalah murid Imam Malik dan Imam Malik hidup satu zaman dengan Imam Hanafi. Dan Imam Hanafi ini adalah tabi’in bersama Imam Malik yang berguru kepada para Sahabat Rasulullah Muhammad. Jadi keempat Imam Madzhab ini adalah satu rumpun bukannya berpecah pecah dari sanad yang berbeda. Sama rumpunnya walaupun fatwa mereka berbeda.

Oleh sebab itu hadirin-hadirat berbeda dengan mereka yang diluar ahlussunnah wal jama'ah karena rumpunnya berbeda. Entah mengambil jalur guru dari mana, karena keempat madzhab ini berasal dari satu rumpun, karena mengambil dari satu rumpun dari tabi’in dari sahabat Rasul dari Rasulullah Muhammad. Dan di dalam ilmu hadits kita mengenal derajat ahli hadits yang diantaranya di sebut Al Hafidh, Hujjatul Islam, Al Hakim. Dan kita perlu menjabarkan sebagaimana diperjelas oleh Al Imam Ibnu Hajar Asqalani di dalam kitabnya Nukhfathul Fiikar bi Syarah Nukhfathul Fiikar beliau menjelaskan bahwa derajat para pakar hadits terendah adalah Al Hafidh.

Al Hafidh adalah orang yang telah menghafal 100.000 hadits beserta sanad dan hukum matannya. Mereka yang sudah hafal 100.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya maka mereka sudah mencapai gelar Al Hafidh. Al Hafidh di dalam ilmu hadits bukan seorang yang hafal alqur’an, kalau Al Hafidh di dalam ilmu hadits adalah yang hafal 100.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya. Padahal kalau haditsnya panjangnya 1 baris, kalau disertakan dengan sanad dan hukum matannya bisa menjadi 2 halaman panjangnya. Mereka inilah orang-orang jenius yang dipilih oleh Allah untuk menjaga syari'atul muthahharoh (syariah yang suci) sebagaimana mereka-mereka itu tidak bisa percaya kalau ada jutaan hadits atau jutaan kalimat masuk ke dalam microchip yang kecil seperti ujung ibu jari maka di masa sekarang kita sulit percaya pada orang yang hafal 100.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya.

Akan tetapi Allah menjaga syariah ini dengan keberadaan mereka dan jumlah mereka bukan hanya 1 atau 2 tapi ribuan para huffadh dimasa itu, masa kejayaan para tabi’in, para tabi'ut tabi’in dan orang sesudahnya. Dan kita mengenal 7 nama dari periwayat hadits terbesar, karena para muhaddits itu banyak orangnya, banyak ahli hadits yang mengumpulkan hadits dan mencatatnya tapi diantaranya terdapat 7 Imam Besar yang terkuat riwayatnya diantara lainnya, yaitu Al Imam Ahmad bin Hambal, Al Imam Nasa’i, Al Imam Tirmidzi, Al Imam Ibnu Majah, Al Imam Abi Dawud, Al Imam Muslim dan Al Imam Bukhari. Ketujuh imam ini lebih kuat riwayatnya daripada yang lainnya. Yang lainnya masih banyak, ada Imam Daruquthni, Imam Hakim dan lainnya. Yang ketujuh ini diklasifikasikan lagi yaitu menjadi “Imam Kutubus sithah” yaitu 6 Imam Besar yang tadi disebutkan terkecuali Imam Ahmad bin Hambal.

Imam Ahmad bin Hambal peringkat yang nomor 7 dan yang terakhir. Ia pun tidak termasuk dalam klasifikasi 6 imam besar. Yang terbawah Imam Ahmad bin Hambal dari 7 periwayat hadits terbesar, beliau ini hafal 1 juta hadits beserta sanad dan hukum matannya. Dan Imam Ahmad bin Hambal terkenal dengan gelar “Sayyidul Huffadh”, salah seorang dari yang paling banyak hafalan haditsnya. Ini derajat yang ketujuh, bagaimana dengan imam-imam besar yang diatas beliau?.

Dan Imam Ahmad bin Hambal ini adalah murid Imam Syafi’i, Oleh sebab itu, jika masa sekarang muncul orang yang menghina, meremehkan fatwa Imam Syafi’i, semata karena ia tidak mengerti siapa Imam Syafi’i. imam Syafi’i mempunyai murid yang banyak diantaranya Imam Ahmad bin Hambal dan beliau hafal 1 juta hadits beserta sanad dan hukum matannya.

Ketika salah seorang datang kepada Imam Ahmad bin Hambal bahwa ia ingin menjadi muridnya, Imam Ahmad bin Hambal memberikan 1 tumpukan hadits seraya berkata “ini ada 10.000 hadits, kau hafalkan dulu kalau sudah hafal baru bisa jadi muridku”. Demikian syaratnya menjadi murid seorang imam besar, seorang muhaddits besar dan orang semacam Imam Ahmad bin Hambal tidak akan menerima seorang murid terkecuali ia telah menghafal lebih dari 10.000 hadits, maka orang tersebut menghafal hadits-hadits tersebut, ketika ia lulus dan mampu ia datang kepada Imam Ahmad bin Hambal seraya berkata “aku sudah hafal wahai imam, 10.000 hadits yang kau berikan”. Imam Ahmad bin Hambal berkata, “itu 10.000 hadits adalah hadits palsu, bukan hadits yang shahih, bukan pula hadits hasan bukan pula hadits dhaif derajatnya tapi terkecuali itu adalah hadits palsu”. Maka berkata muridnya “wahai imam, kau beri aku 10.000 hadits palsu?”, dan Imam Ahmad menjawab “itu untuk memperkuat hafalanmu”.

Demikian hadirin hadirat, cara mereka menjaga ilmu hadits, kenapa? Jika kau menghafal hadits shahih dan salah, kau akan menipu umat hingga akhir zaman. Oleh sebab itu diberi hadits palsu, kalau salah tidak berdosa, tidak menipu umat. Jika kuat hafalannya baru diberikan hadits-hadits shahih dan dimasa itu hadits tidak ditulis tapi dihafal. Berbeda dengan masa sekarang, di masa itu sangat sedikit sekali hadits yang ditulis, semacam Imam Ahmad bin Hambal yang hafal 1 juta hadits beserta sanad dan hukum matannya dan beliau hanya sempat menuliskan 20.000 hadits saja di dalam Musnadnya. Dan 980.000 hadits itu sirna dengan wafatnya beliau dan wafatnya murid-muridnya. Ada yang terjaga pada murid-muridnya jika murid-muridnya tiada menulisnya maka akan sirna. 980.000 hadits dari sanubari Imam Ahmad bin Hambal (hanya 20.000 hadits yg tertulis).

Hadirin-hadirat inilah derajat yang ketujuh, diatasnya ada lagi derajat klasifikasi 6 imam besar. Dari 6 imam besar ini diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu “Shaikhain yakni Imam Bukhari dan Imam Muslim”. Dan sisanya yang 4 adalah imam lainnya yaitu Imam Nasa’i, Imam Tirmidzi, Imam Abi Dawud dan Imam Ibn Majah. 4 imam besar ini dikalahkan oleh mereka tertinggi yaitu Imam Muslim dan Imam Bukhari. Dan daripada yang tertinggi dari 7 periwayat hadits adalah Imam Bukhari dan kedua adalah Imam Muslim.

Oleh sebab itu Imam Bukhari paling dipegang riwayat haditsnya, kalau sudah diriwayatkan oleh Imam Bukhari tidak ada lagi ahli hadits yang mempermasalahkannya. Hadits riwayat Imam Muslim masih banyak dipermasalahkan kalau Imam Bukhari tidak ada lagi yang mempermasalahkannya. Beliau adalah seorang pemuda jenius, beliau itu bernama Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Bardizbah Al Bukhari, beliau adalah seorang yang sangat mencintai Sayyidina Muhammad.

Imam Bukhari di dalam tadzkiratul huffadh dan siyar a’lamun nubala dijelaskan saat usianya 17 tahun beliau sudah hafal 200.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya. Di usia 17 tahun, seorang yang sangat jenius yaitu Imam Bukhari sehingga imam-imam lainnya di masa itu melihat bocah kecil ini sudah hafal puluhan ribu bahkan ratusan ribu hadits, mengungguli mereka, diantara (yg mengaguminya) adalah Imam Muhammad bin Salam, salah seorang senior ahli hadits di masa itu, ia berkata “aku kalau meriwayatkan hadits tidak pernah gemetar kecuali jika ada bocah ini yaitu Imam Bukhari, kalau ia ada disini aku gemetar karena ia lebih tinggi hafalannya dari aku”. Demikianlah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Bardizbah Al Bukhari.

Derajat yang kedua adalah Imam Muslim. Al Imam Muslim suatu waktu mendapatkan permasalahan dalam hadits dan ia tidak mampu menjawabnya. Mencari jawaban tidak jumpa dan tidak ketemu akhirnya ia mendatangi Imam Bukhari dan ketika ia menyampaikan permasalah haditsnya maka Imam Bukhari menjawabnya seperti membaca surat al ikhlas, dengan gampangnya dan mudahnya Imam Bukahri menjawab, demikian diriwayatkan di dalam tadzkiratul huffadh. Maka berkata Imam Muslim “ijinkan aku mencium kedua kakimu wahai raja ahli hadits”.

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Bardizbah Al Bukhari. Beliau lahir tahun 194 H, jauh setelah lahirnya Imam Syafi’i, setelah Imam Syafi’i jadi Imam baru lahir Imam Bukhari. Oleh sebab itu bukan levelnya kalau Imam Bukhari dibandingkan dengan Imam Syafi’i, karena jauh sebelum Imam Bukhari, Imam Syafi’i sudah jadi imam besar dan Imam Bukhari baru lahir ke muka bumi. Akan tetapi Imam Bukhari adalah orang tertinggi yang diakui ilmunya di dalam hadits.

Dan hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, Imam Bukhari adalah orang yang sangat mencintai Rasul seraya menulis Shahih Bukhari sebanyak kurang lebih 7000 hadits, yang beliau tulis diantara makamnya Rasulullah dan mimbarnya Rasulullah di Masjid Nabawiy. Beliau berwudhu lalu shalat sunnah 2 rakaat kemudian menulis 1 hadits, dan kembali berwudhu lalu shalat sunnah 2 rakaat dan kembali menulis hadits sampai mencapai lebih dari 7000 hadits yang sampai saat ini dikenal dengan “Shahih Bukhari”. Dan inilah Ashahhul Kitab, kitab yang paling shahih dari semua hadits-hadits yang shahih.

Dan hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, Ketika Imam Bukhari ditimpa banyak fitnah maka para murid-muridnya berkata, “wahai imam, kenapa tidak kau jawab dengan fatwa-fatwamu, mereka-mereka yang memfitnahmu?”. Imam Bukhari menjawab “aku teringat hadits Rasul, akan kalian lihat hal-hal yang tidak kalian sukai daripada fitnah dan permasalahan kelak dan bersabarlah kalian sampai kalian berjumpa dengan aku di telaga haudku”. Jika aku mendengar dan teringat hadits ini aku tenang dan tidak perduli dengan fitnah yang datang menimpaku.

Demikian Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Bardizbah Al Bukhari dan juga imam-imam besar lainnya, mereka para pecinta Rasulullah dan sangat memuliakan Rasul, sebagaimana Imam Ahmad bin Hambal diriwayatkan di dalam tadzkiratul huffadh dan siyar a’lamun nubala, jika Imam Ahmad bin Hambal ini wafat maka jenazahnya dishalatkan lebih dari 800.000 muslimin-muslimat dan ia pun berwasiat pada putranya, jika aku wafat aku menyimpan 3 helai rambutnya Rasulullah, maka 1 helai rambut taruh dibibirku, yang 2 helai taruh di kedua mataku dan makamkan aku dengan itu. Demikian cintanya Imam Ahmad bin Hambal sehingga ia tidak ingin dikebumikan kecuali dengan terus mencium rambutnya Rasulullah. Demikianlah Mahabbah, demikianlah cinta sang Imam kepada Nabi Muhammad.

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, Demikian pula Imam Syafi’i, Imam Malik bin Anas bin Malik, seorang yang sangat mencintai Rasul. Imam Malik ini kalau ditanya, maka ia berkata “kau mau tanya soal hadits atau soal hukum. Kalau bicara hukum, aku jawab. Kalau Tanya soal hadits, tunggu dulu”. Jika orang bertanya hadits, beliau berwudhu, setelah berwudhu lalu memakai minyak wangi, memakai siwaknya, memakai sipat matanya (celak) lantas memakai jubahnya baru berkata “Qaala Rasulullah...”. Demikian Imam Malik bin Anas bin Malik Alaihi Rahmatullah, beliau adalah seorang imam di Madinah Al Munawarrah dan menjadi pemimpin para ahli hadits di zamannya seraya menulis kitab hadits yang dinamakan: Almuwattha’, (yg menginjak). Kenapa kitab haditsnya ini dinamakan kitab "yang menginjak"? Karena menundukkan seluruh kitab hadits di masanya, demikian Imam Malik bin Anas bin Malik.

Hadirin-hadirat ketika generasi mereka semakin sirna, Al Imam Ibnu Hajar mengklasifikasikan bahwa derajat ahli hadits yang pertama Al Hafidh yaitu yang hafal 100.000 hadits beserta sanad dan hukum matannya dan diatasnya terdapat lagi Hujjatul Islam yaitu yang hafal lebih dari 300.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya. Maka kita mengenal Hujjatul Islam Al Imam Ghazali, beliau ini telah sampai derajat haditsnya melebihi 300.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya. Jika orang di masa sekarang meremehkan fatwa Imam Ghazali, hati-hati beliau itu hafal lebih dari 300.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya. Demikian juga Hujjatul Islam Al Imam Nawawi dan masih banyak lagi para perawi hadits dan para muhadditsin dari masa ke masa. Tinggallah kita di masa kini yang mesti harus terus membangun generasi para ulama.

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, Allah terus memuliakan umat ini dari zaman ke zaman, walaupun mereka sudah semakin hari semakin kekurangan ilmu tapi mereka masih mempunyai sanad, mereka masih mempunyai pertalian guru, mereka berguru pada gurunya, gurunya berguru pada gurunya sampai kepada ahli hadits sampai kepada Rasulullah.

Demikian hadirin-hadirat hingga masa kini sangat berharga kita mencari guru yang mempunyai sanad, yang mempunyai hubungan pertalian dengan guru-guru para ahli hadits, para ahli alqur’an, para ahli fiqh dan para ahli syari'atul muthahharoh sehingga ilmu kita jelas mengikuti guru yang mempunyai guru yang jelas sanadnya. Berbeda dengan orang yang sembarangan mengambil guru, tidak mengetahui gurunya hanya mempunyai buku dan setelah itu fatwanya hanyalah terikat pada huruf-huruf di bukunya. Ketika dimintai pertanggung jawaban di yaumil qiyamah, ia tidak bisa membawa pertanggung jawabannya karena sanadnya bersambung kepada hal yang terputus.

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, Di malam hari yang diberkahi Allah ini, kita telah mendengar bagaimana Rasul memberi semangat kepada kita untuk membangkitkan kembali generasi ulama, membangkitkan kembali generasi sunnah Nabi kita Muhammad.

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, Oleh sebab itu mari kita benahi umat, kita benahi diri kita kalau seandainya kita sibuk dengan pekerjaan, niatkan keturunan kita kelak menjadi ulama, menjadi pewaris para Nabi, menjadi pejuang syari'atul muthahharoh.

Hadirin-hadirat yang dimulikan Allah, Waktu semakin dekat dengan malam nisfu sya’ban, malam yang agung dan luhur. Sebagaimana riwayat Imam Thabraniy, Rasul bersabda “Allah mengampuni seluruh dosa-dosa di malam nisfu sya’ban, terkecuali orang yang menyembah selain Allah dan orang-orang yang suka bermusuhan”. Telah benar tadi ucapan guru kita tadi, fadhilatul ustadz da'i ilallah KH. Syafi’i Ahmad untuk memaafkan muslimin-muslimat memaafkan semua kesalahan orang yang berbuat salah pada kita. Untuk apa? Agar Allah mengampuni dan memaafkan kesalahan kita.

Hadirin-hadirat yang dimulikan Allah kita bermunajat kepada Allah di malam sya’ban yang diberkahi Allah ini, di malam-malam mulia ini kita berdoa kepada Allah agar Allah memunculkan generasi ulama pada muslimin-muslimat dan memilih dari sulbi-sulbi kita muncul generasi para ulama.

Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzal Jalali Wal Ikram jangan Kau jadikan dari sulbi kami keturunan-keturunan ahlus su’ (jahat), keturunan-keturunan fasiq (ahli maksiat), keturunan-keturunan dholim (pendosa). Jadikan dari tubuh kami munculnya sulbi para shalihin shalihah. Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzal Jalali Wal Ikram jangan Kau jadikan dari keturunan kami pengikut pasukan dajjal atau pengikut ya’juj wa ma’juj, jadikan dari keturunan dan sulbi kami ahlus sujud, orang-orang yang banyak bersujud, orang yang banyak diberkahi yang menjadi kebanggaan kami dunia dan akhirat. Ya Rahman Ya Rahiim sucikan diri kami, sucikan dosa-dosa kami, sucikan ayah bunda kami, sucikan rumah tangga dan anak-anak kami, sucikan seluruh keluarga dan kerabat kami dari dosa-dosa dan kesalahan.

Ya Rahman Ya Rahiim Robbanaa laa tu-akhidznaa in nasiinaa aw akhtho'naa Ya Dzal Jalali Wal Ikram Ya Dzatthouli Wal In’am Ya Rahman Ya Rahiim Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzal Jalali Wal Ikram Ya Dzaththouli Wal In’am.

Hadirin-hadirat, Allah berfirman ketika di hari kiamat nanti manusia telah berakhir izinnya untuk hidup di muka bumi, semua manusia yang pernah hidup di muka bumi dibangkitkan dan dipanggil oleh Allah. “Disaat itu mereka berdiri dan mereka memandang saja”, memandang nanti apa keputusannya? Selamat dalam kebahagiaan atau masuk ke dalam penjara yang menghinakan. “Dan disaat itu ketika mereka berdiri menanti keputusan, terbitlah cahaya keagungan Allah, menerangi padang mahsyar” dan disaat itulah hamba-hamba beriman bersujud, mereka bersujud kepada Allah yang dahulu mereka selalu bersujud pada-Nya di muka bumi. Dan ada diantara mereka yang tidak mampu bersujud. Allah berfirman “dulu di dunia mereka diseru untuk bersujud, mereka tidak mau bersujud, mereka tidak mau melakukannya, maka di hari kiamat mereka tidak mampu bersujud dan disaat itulah berjatuhan kulit wajah mereka karena malunya di hadapan Allah. Ketika teman dan kerabatnya bersujud, ia tetap tegak berdiri di hadapan Rabbul 'Alamin, tubuhnya kaku tidak bisa sujud”.

Kita berdoa kepada Allah, semoga Allah mengumpulkan kita bersama ahlus sujud, Ya Rahman Ya Rahiim terangi malam-malam dan siang kami dengan cahaya lezatnya sujud, Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Rahman dosa-dosa kami Ya Rabb, kesalahan kami Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah

Hadirin, sekali kau menyebut Nama Allah semakin dekat derajatmu dengan Allah, semakin jauh dosa kita, semakin sirna musibah kita Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah semakin dekat dengan surga, semakin jauh dengan neraka Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzal Jalali Wal Ikram Ya Dzaththouli Wal In’am

Ditanyakan kepada Guru Mulia kita Al Hafidh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh tentang bagaimana menyelesaikan permasalahan yang muncul di Indonesia dengan berbagai macam permasalahan, dengan berbagai macam fitnah, berbagai macam musibah. Beliau menjelaskan salah satunya adalah dengan mengumpulkan orang-orang dalam majelis-majelis besar untuk berdoa bersama. Hal seperti itulah yang menyingkirkan bala dan musibah dari wilayah kita. Dan perkumpulan besar terus kita makmurkan dengan doa-doa bersama untuk menyingkirkan bala dan musibah.

Hadirin-hadirat berikut saya akhiri perjumpaan ini dengan Ijazah Sanad Al Imam Bukhari
  1. Dari Guru Mulia kita Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidh yang mengambil sanad Shahih Bukhari
  2. Dari Al Habib Ibrahim bin Umar bin Aqil bin Yahya Al Hafidh
  3. Dari Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi (Kwitang) Al Hafidh
  4. Dari Al Habib Umar bin Idrus Al Habsyi Al Hafidh
  5. Dari Al Habib Abdullah bin Husein bin Thohir Al Hafidh
  6. Dari Alhabib Umar bin Segaf Assegaf Al Hafidh
  7. Dari Al habib Segaf bin Muhammad bin Umar Assegaf Al Hafidh
  8. Dari Al Habib Segaf bin Muhammad bin Umar Assegaf Al Hafidh
  9. Dari Alhabib Abdurrahman bin Abdullah Balfaqih Al Hafidh
  10. Dari Alhabib Abdullah bin Alwi Alhaddad shohiburratib Al Hafidh
  11. Dari Alhabib Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad Baharun Al Hafidh
  12. Dari Alhabib Abubakar bin Abdurrahhman Ibn Shihabuddin Al Hafidh
  13. Dari Alhabib Abdurrahman bin Shihabuddin Ahmad bin Abdurrahman bin Syeikh Ali Al Hafidh
  14. Dari Al Imam Muhammad bin Ali Khird Al Hafidh
  15. Dari Al Imam Muhammad bin Abdurrahman Al Asqa’ Balfaqih Al Hafidh
  16. Dari Al Imam Abdullah Alaydrus Al Akbar bin Abubakar Al Hafidh
  17. Dari Al Imam Umar Al Muhdhor bin Imam Abdurrahman Assegaf Al Hafidh
  18. Dari Al Imam Abdurrahman Assegaf bin Muhamad Al Hafidh
  19. Dari Al Imam Muhammad bin Alwi shohibul ‘Amaa’im Al Hafidh
  20. Dari Al Imam Abdullah bin Alwi Al Hafidh
  21. Dari Al Imam Alwi bin Faqihil Muqaddam Muhammad bin Ali Al Hafidh
  22. Dari Al Imam Faqihil Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawiy Al Hafidh
  23. Dari Al Imam Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Jadiid Al Hafidh
  24. Dari Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Ibn Abi Shaif Alyamaniy Al Hafidh
  25. Dari Assyeikh Al Musnid Abil Hasan Ali bin Humaid bin Ammar Al Athrabalsiy Al Hafidh
  26. Dari Assyeikh Al Musnid Abu Maktum Isa bin Abi Dzarr Al harawiy Al Hafidh
  27. Dari Assyeikh Abu Dzarr bin Abd bin Ahmad Al harawiy Al Hafidh
  28. Dari Abu Ishaq Ibrahim bin Amad Al Balakhiy Almustamaliy Al Hafidh
  29. Dari Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Matharr AL Firabriy Al Hafidh
  30. Dari Hujjatul Islam wa Barakatul Anaam Al Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Bardizbah Al Bukhari rahimahullah.
Dan saya Ijazahkan ijazah Shahih Bukhari kepada hadirin-hadirat semuanya yang sanadnya sampai kepada Imam Bukhari. Beliau menyampaikan sanad-sanad haditsnya dari Rasulullah. 

[Oleh: Guru Mulia Kita Al Marhum Habib Mundzir Al Musawa, Pada Senin 11 Agustus 2008]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maaf, jika anda berkomentar tolong sertakan nama dan alamat apabila anda pakai "anonymous" (tanpa identitas), terima kasih...