BTemplates.com

Selamat Datang Di Website Majelis Al-Badar, Komunitas Online Para Pecinta Rasulullah...

Sabtu, 07 Oktober 2017

Tujuh Pesan Rasulullah

Hamdan li Robbin Khosshona bi Muhammadin, Wa anqodznaa bi dzulmatiljahli waddayaajiri, Alhamdulillahilladzii hadaanaam bi ‘abdihilmukhtaari man da’aanaa, ilaihi bil idzni waqod naadaanaa, labbaika yaa man dallanaa wa hadaanaa, Shollallahu wa sallama wa baaroka ’alaihi

Limpahan puji kehadhirat Allah, yang memuliakan kita dengan undangan agung, berkumpul dalam bangunan yang paling agung, dari segenap yang dibangun dibumi Allah, yaitu bayt min buyutillah (rumah dari rumahnya Allah).

Hadirin-hadirot yang dimuliakan Allah, Maha suci Allah, yang memberikan kesejukkan kepada jiwa hamba-hambanya yang beriman, Maha suci Allah, yang selalu mengundang hamba-hambanya kepada taubah, dan ketahuilah, dengan seseorang bertaubah itu, terangkatlah derajatnya, dari hamba yang dimurkai menjadi hamba yang dicintai, dalam sekejap berbalik keadaannya, dari maghdub ila mahbub (dari hamba yang jauh dari rahmatnya Allah, menjadi hamba yang sangat dicintai Allah).

Taubah tidak harus dengan dosa, karena idola kita panutan kita sayyidina Muhammad, diriwayatkan didalam shohihain Bukhori dan Muslim, bertaubat setiap hari lebih dari 100 kali, padahal beliau tidak pernah berbuat dosa, karena apa? karena beliau tahu cintanya Allah kepada orang yang bertaubat, cintanya Allah kepada orang yang bertaubat inilah, yang dikehendaki oleh sang Nabi, beliau makhluk yang paling dicintai Allah, tapi ingin selalu dicintai Allah dan selalu mengejar rahasia kemuliaan taubat.

Hadirin hadirot, ketika seorang hamba sering bertaubat kepada Allah, maka ia diangkat semakin dekat kepada Allah, semakin dekat ia kepada Allah, semakin jauh ia dari dosa-dosa kepada Allah, ketika muncul kerinduan kepada Allah, maka cahaya iman akan menerangi jiwanya dan teranglah jiwanya dengan nama-nama Allah, teranglah sanubarinya dengan cahaya nama-nama Allah, ketika jiwa terang benderang dengan cahaya nama Allah, maka mengalirlah rahasia keagungan nama-Nya, kepada jiwanya, kepada dirinya, ia mengenal Allah sehingga terbit matahari keindahan Allah dalam jiwanya, akan muncul rahasia kemuliaan nama-nama Allah, dalam sifatnya, dalam ucapannya, dalam gerak-geriknya, dalam hari-harinya, muncul sifat kasih sayang pada seluruh hambanya Allah, tiba-tiba sirna kebenciannya kepada musuhnya, berganti dengan doa untuk mereka, ini bukan hal yang kecil, tapi memuncul dari cahaya Allah yang ada didalam jiwa, ketika ia berubah menjadi lembut dan berkasih sayang kepada sesama, ketika ia menjadi pemaaf, ketika ia menjadi dermawan, ketika ia jadi idaman Allah, ketika terus dan terus sifat-sifat mulia dari cahaya kemuliaan Allah muncul dalam hari-harinya, ini semua datang dari cahaya khusyu’, berawal dari taubat, berawal dari shobba (Rindu kepada Allah), berawal dari sholat, yang setiap ibadah sholat itu merupakan cahaya kerinduan kepada Allah, bukankah sholat itu adalah pelampiasan rindu kepada Allah?...

Kita tidak bisa jumpa kepada yang kita rindukan, tapi kita telah berizin menghadapnya, walau belum dengan panca indra, dengan jiwa. Ada orang-orang yang rindu kepada Allah, mereka melampiaskannya dengan sholat, demikian Nabiyyuna Muhammad seraya bersabda: “ Ji’lah qurrotu’ain sholah” dijadikan hal yang paling kucintai adalah sholat, hal yang paling kucintai adalah shalat kata sang Nabi, karena apa? Karena beliau ini orang yang paling mencintai Allah, dan paling dicintai Allah, Allah jadikan yang paling ia cintai dalam perbuatannya adalah sholat, karena sholat adalah pelampiasan ruh Muhammad kepada Allah.

Hadirin hadirot yang dimulaikan Allah, Allah yang sangat merindukan hamba-hambanya ini, sehingga mengundang hambanya 50 kali setiap hari untuk menghadapnya, demi Allah inign dekat kepada hamba-hambanya umat Nabi Muhammad, maka ketika sang Nabi meminta keringanan, maka Allah mengurangkannya sampai 5 waktu, tapi sama dengan 50 waktu, padahal Allah Maha Tahu, bahwa sholat ini akan 5 waktu nantinya, tapi Allah jadikan 50 waktu terlebih dahulu, agar mereka tahu setiap raka’at ini, bagaimana cintaKu dan rinduKu kepada mereka, agar mereka yang Kuberi penglihatan, pendengaran, kehidupan, dan hari-harinya itu dimuka bumi, memahami betapa rinduKu kepada mereka, lantas Allah mengurangkannya menjadi 5 waktu, tapi sama dengan 50 waktu, merugi mereka yang mengecewakan cintanya Allah, yang memutus cintanya Allah, karena dalam setiap terbit dan terbenamnya matahari, kau digulung dengan cinta Allah, dalam ruku’ dan sujud, itulah ucapan-ucapan manusia yang paling agung, tidak pernah kita ucapkan kepada sesama makhluk “Subhaana Robbiyal a’la wa bihamdih” tidak pernah kita ucapkan kepada sesama makhluk “Subhaana Robbiyal ‘azhimi wa bihamdih” ini ucapan-ucapan cinta dan rindu hamba, yang diajarkan Allah untuk hamba-Nya,

Allah yang mengajarkan, ini yang mesti kalian ucapkan, wahai yang Ku cintai, untuk berjumpa dengan cintaKu Allah , hadapilah cintaNya didalam sholat fardhu, itulah lambang keridhoan Ilahi Jalla wa ‘ala, yang merupakan imaduddin, yang merupakan tiangnya agama, karena dari dasar perbuatan inilah maka muncul sifat-sifat luhur dalam perbuatan kita, bila kita temukan perbuatan munkar dalam perbuatan kita, Allah memberikan obatnya, yaitu sempurnakan lagi sholat kita, muncul pertanyaan dalam jiwa banyak dari kita, aku punya maksiat ini, tapi kau tidak bisa kulawan, aku punya dosa ini, tapi aku tidak bisa menghindarinya, obati dengan sholat “Innas sholaata tanha ‘anil fahsyaai wal munkar” sebagian orang berkata; untuk apa sholat kalau masih terus bermaksiat? justru terbalik, dengan banyaknya maksiat itu, obati dengan menyempurnakan sholat, obati dengan khusyu’ obati dengan ucapan ruku’ dan sujud yang didalami makna, obati dengan kedalaman jiwa, saat menghadapi cinta dan rindunya Allah.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah...
Pada perjumpaan kita yang lalu, saya menukil salah satu pesan dari Nabi Muhammad, berupa tujuh pesan wasiat Nabi Muhammad yang belum diselesaikan, kita lanjutkan lagi tujuh pesan itu, adalah ’iyaadatul mariidh” mengunjungi orang yang sakit, dan ini telah saya jelaskan malam selasa yang lalu, dan yang kedua adalah “Ittiba’il janazah” mengikuti jenazah dan mengantarnya, ini telah dijelaskan, dan yang ketiga “Tasymitul ‘aathis” mendoakan orang yang bersin, orang yang sakitnya paling ringan itu ya bersin, sakit yang paling ringan, kita doakan, ini warisan dari indahnya akhlak sang Nabi, dan yang keempat adalah “ibrooril qosim”, yaitu “menjalankan sumpah”, mereka yang bersumpah dengan nama Allah wajib untuk melakukannya dan bila mereka tidak mampu melakukan apa yang telah ia sumpahkan maka kafaratnya berpuasa empat hari, yang selanjutnya yang kelima adalah “Nasrul madhlum” menolong orang yang dizholimi / teraniaya, ini adalah salah satu sifat agung, yang sangat dicintai Allah, karena Allah Maha menolong hamba-hamba yang dizholimi, sehingga dalam beberapa majlis yang lalu, kita telah mendengar hadits Nabi Muhammad riwayat Shohih Bukhori “Ittaquu da’watal madzlum fainnahu laisa bainahu wa bainallahi hijaab“ berhati-hatilah dengan doa orang yang dizholimi sungguh tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah. Allah menjawab doa orang yang didholimi.

Hadirin hadirot, demikian jumhur (kesepakatan/ kebanyakan pendapat) para ulama, bahwa orang yang dizholimi itu dikabul doanya oleh Allah, walaupun ia diluar Islam, karena apa? Bukan karena ia diterima imannya oleh Allah, tapi keadilan Allah kepada hambaNya, sebagaimana sang Nabi pun, ketika orang-orang non muslim dizholimi oleh orang muslim, sang Nabi menghukumnya, sang Nabi membela orang tersebut, ia mengadu sebagaimana riwayat Shohih Bukhori “salah seorang Yahudi datang kepada sang Nabi, ya Rasulullah, ada dari shahabatmu menamparku, kenapa kau ditampar? Karena aku berkata; Nabi Musa lebih mulia dari engkau, tentunya menurut agamakan kepercayaannya, maka Rasul memanggil Shahabat itu kehadapan sang Nabi, sekarang wahai Yahudi, tampar balik shahabatku ini, demikian qishosh (hukum timbal balik) sang Nabi, membela orang non muslim yang dizholimi".

Demikian pula Allah, ketika Nabiyyullah Musa menghadapi Qorun yang sangat kaya raya, dan ia itu kufur kepada Nabi Musa, dan Nabi Musa memerintahkannya bertaubat, dan Qorun pun menolak, maka Musa berdoa kepada Allah “wahai bumi telanlah Qorun ini sampai kelututnya” maka bumi menelannya sampai kelutut, dan Qorun tetap tidak mau bertaubat maka Nabi Musa berkata “wahai bumi pendam ia sampai keperutnya” maka bumi memendamnya sampai keperutnya, dan Qorun tetap belum bertaubat, lantas Musa berkata “wahai bumi pendam ia sampai kelehernya” dan setelah itu Qorun berkata “yaa Musa (wahai Musa)…”, Nabi Musa berkata “wahai bumi pendam ia dengan seluruh tumpukkan hartanya”, maka disaat itu Allah menurunkan malaikat kepada Nabi Musa dan menegur Musa “ya Musa Lau da’aanii fa ajabtu” wahai Musa kalau Qorun ini memanggil namaKu akan kujawab taubatnya.

Demikian hadirin hadirot, Maha Indahnya Allah, Maha Lembutnya Allah kepada orang-orang yang telah kufur kepada Allah. Allah sangat lembut kepada hamba-hambanya, diriwayatkan dalam Shohih Bukhori ketika salah seorang Nabi, yang ia itu digigit oleh seekor semut yang berbisa, dibawah sebuah pohon, maka sang Nabi memerintahkan umatnya untuk membakar pohon tersebut, maka turunlah malaikat mengatakan: Allah menyampaikan salam kepadamu; “fahalla namlatun waahidah” kau membakar seluruh Negara semut padahal hanya satu yang berbuat kesalahan, perbuatan sang Nabi itu, (bukan sang Nabi Muhammad), sebelum beliau, perbuatan Nabi itu adalah benar, karena ia mengetahui bahwa seekor semut yang berbisa ini membahayakan umatnya kelak, semua yang duduk ditempat itu akan terbahayakan.

Al-hafizh al-Imam ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya Fathul barii bi syarah Shohihul Bukhori, menjelaskan kejadian ini, bahwa yang dimaksud oleh Allah menurunkan malaikat dan mengatakan “fahalla namlatun waahidah” bukankah yang bersalah cuma seekor semut saja? Adalah tahdid, untuk mengangkat akhlak dan budi pekerti sang Nabi itu kepada yang lebih lembut dan kasih sayang kepada Allah, tapi perbuatannya tidak salah, karena perbuatan para Nabi itu ma’sum (tidak pernah melakukan kesalahan dan dosa), perbuatannya adalah demi keamanan bagi manusia, akan tetapi Allah menegurnya, menunjukkan Maha lembutnya Allah, bukankah hanya seekor semut saja kata Allah dan kau membunuh sedemikian banyak semut lainnya.

Demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, “Nasrul mazhlum” menolong orang-orang yang dizholimi adalah perbuatan yang sangat dicintai oleh Allah, sehingga diriwayatkan didalam Shohih Bukhori “ketika ada orang yang ketika dihari kiamat ia kehabisan amal, maka ia berkata kepada Allah; ya Robb aku dahulu, si fulan didalam kesulitan aku membantunya, fulan dalam kesulitan aku membantunya, fulan dalam kesedihan aku menghiburnya, maka Allah berkata kepada para malaikat; “Tajaawaz ‘anhu” maka tolonglah dia, kata Allah; tolonglah dia", demikian hadirin hadirot Allah memuliakan orang-orang yang menolong orang-orang yang zholim dan Rasul tidak menyisakan satu kemuliaan pun dalam kehidupan ini terkecuali telah diajarkan oleh Nabi kita Muhammad.

Kunci-kunci keridhoan Ilahi dan yang keenam adalah “wa roddus salam” menjawab salam, menjawab salam ini kecil, sebenarnya remeh saja, tapi kalau kita renungkan, ini menyambung silaturrahmi pada orang-orang yang tidak kita kenal, karena salam bukan hanya untuk orang yang kita kenal, untuk semua orang yang tidak kenal, yang kenal dan tidak kenal maka ia menjawab salam, kita bertemu dengan seseorang yang tidak kita kenal, kita ucapkan salam hormat padanya, ia menjawab, selesai, satu dua tahun lagi misalnya berjumpa lagi, ia akan kenali orang yang mengucap salam padaku padahal aku tidak kenal padanya , ketika ia terjebak dalam kesulitan orang itu akan menolongnya, ini orang berakhlak baik, ia tidak kenal padaku, ia berikan salam hormat padaku, hubungan kasih sayang, antara umat Nabi Muhammad satu sama lain, tanpa mengenalnya, tanpa perlu pengakraban, tapi ucapan salam itu yang menyambung mereka satu sama lain, demikian Allah menginginkan ucapan salam sejahtera yang berasal dari nama-Nya yang Maha Agung, Maha Penyejahtera, disebarkan antara muslimin muslmat satu sama lain, bahkan kapada sholihin yang telah wafat, didalam sholat kita selalu mengucapkan “assalamu’alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillahis shoolihin“ Rasul bersabda diriwayatkan didalam Shohih Bukhori “barang siapa yang mengucap ‘assalamu’alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillahishoolihin’ didalam sholatnya, maka Allah menyampaikan salamnya kepada seluruh hamba Allah yang sholeh dilangit dan bumi”.

Demikian hadirin hadirot, satu ucapan itu, menyambung silaturrahmi kita kepada seluruh hamba Allah yang sholeh, yang masih hidup dan yang telah wafat, untuk nanti dihari kiamat, orang-orang sholeh semua mengenal umat Nabi Muhammad, ia bersalam kepada kami, disampaikan salamnya oleh Allah kepada kami tanpa kita mengenalnya, muncul nanti umat akhiruz zaman (akhir zaman) sudah satu kelompok dengan orang-orang yang sholeh, sudah dikenal dan berkenalan dengan orang yang sholeh karena selalu menyampaikan salam kepada mereka, demikian hebatnya Allah menyambung kemulian umat ini satu sama lain, bertemu seluruh hamba Allah yang sholeh dilangit dan bumi.

Dan yang ke tujuh adalah “wa ijaabatud daa’i"dan mendatangi undangan, yaitu undangan walimah, undangan akad nikah, ini adalah hal yang sangat disarankan oleh sang Nabi untuk dihadiri, sebagian ulama mengatakan haram orang yang tidak mendatangi undangan walimah tanpa udzur, ini tujuh wasiat dari Nabi kita Muhammad.

Mengenai hadits yang kita baca ini, telah dijelaskan dengan gamblang dimalam selasa yang lalu, dibawa kertas ini pada yang telah menikah, maka ia membawanya, dan yang belum menikah simpan sampai waktunya menikah, akan muncul keturunan-keturunanmu yang terjaga dari kekuatan syaithon, akan dijaga oleh Allah. sebagai mana sabda sang Nabi “Lam yadhurrahus syaithoonu abadaa”syaithon tidak akan bisa membawa mudhorot kepadanya, banyak muslimin muslimat sekarang yang sudah dihancur leburkan oleh syaithon, dengan hartakah, kedudukan kah, dengan apapun, dengan hawa nafsu, sehingga mereka hancur lebur, akan muncul insya Allah keturunan-keturunan kita kelak yang tidak bisa diganggu oleh syaithon selama-lamanya, ya Robb ya Rahman ya Rahim.

Nabi kita Muhammad adalah semulia-mulia manusia, sangat mengajarkan kesederhanaan, diriwayatkan didalam Shohih Bukhori: ketika Rasul menikah, bagaimana sang Nabi menikah? Bagaimana jamuan makanan, jamuan makan saat pernikahan sang Nabi? Diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, ketika Rasul menikah, jamuan makannya adalah dua genggam sya’iir "muddayn minasya’iir” dua genggam terigu.

Dua genggam terigu itu, yang ada untuk masakan menyambut hari pernikahan sang Nabi, dua genggam tergu itu kalau dibikin roti kira-kira jadi sepuluh potong saja, roti tanpa ada lauknya sama sekali, kalau kita bertanya, bagaimana jamuan pernikahan sang Nabi? itulah jamuan pernikahan Rasulullah, hari pernikahan Rasulullah seperti itu, ini sunnah yang sangat-sangat hampir punah dimasa kita, muslimin muslimat sekarang malu mengamalkan sunnah Nabi Muhammad, para aslafunas sholihin sebagian dari ulama-ulama kita salafus sholeh masih mengamalkan ini, mereka masih membawakan jamuan lain karena memang ada keluasan harta, jamuan lain mereka munculkan, tapi tetap mereka memasak dua genggam terigu, sehingga menjadi beberapa potong roti, untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad, karena inilah sunnahnya Rasulullah, sebagian besar muslimin merasa hina jika mengamalkan sunnah Nabinya, jika kita belum mampu mengamalkannya, paling tidak kita tahu ini sunnah Nabi Muhammad. Sunnah Rasul bukanlah dengan jamuan yang mewah disaat pernikahan, bukan itu sunah sang Nabi, demikian sederhananya Nabi kita dan idola kita Muhammad Rasulullah.

Dan beliau bersabda diriwayatkan didalam Shohih Bukhori: ”Syarrut tho’aam tho’aamul waliimah di’aa fiihal’afaani wa yutrokul fuqoro”seburuk-buruk hidangan adalah hidangan pernikahan yang didalamnya hanya diundang orang-orang kaya saja tanpa mengundang orang-orang fuqoro, ini seburuk-buruk hidangan kata Nabi Muhammad, bukan berarti haram tentunya, tetap halal, akan tetapi sang Nabi bicara seperti ini, menuntun umatnya agar muncul keseimbangan antara fuqoro (miskin) dan aghniya (kaya orang mampu), bisa saja Rasul mengatakan wajib, bisa saja orang berkata; aku mengundang tamu-tamuku saja ini orang-orang mampu, orang-orang fuqoro nanti bisa sedekah sebanyak-banyaknya, tidak demikian, karena apa? Karena Rasul memahami keseimbangan hidup dan keberkahan pernikahan.

Orang-orang fuqoro ketika diundang jamuan pernikahan orang-orang kaya, barang kali ada yang lima enam tahun tidak pernah menyentuh makanan ini, seumur hidupnya belum pernah kenal dengan makanan model seperti itu, jika menyantapnya, maka ia akan berkata, masya Allah Alhamdulillah berkah ini berkah, demikian hebatnya sang Nabi menyatukan doa-doa para fuqoro, agar membawa keberkahan bagi kedua mempelai, demikian hebatnya sang Nabi, tidak perlu berkata minta doa pada fuqoro karena doa mereka qobul, tidak demikian, Rasul menyeimbangkannya agar mereka tetap makan makanan para aghniya dalam undangan itu, membawa keberkahan bagi kedua mempelai, demikian indahnya Nabi kita Muhammad, dalam setiap sunnah beliau tersimpan sedemikian banyak hikmah Ilahiyyah.

Diriwayatkan didalam Shohihul Bukhori Rasul menyampaikan (yang sampai) kepada kita betapa indahnya budi pekerti beliau, ketika orang-orang dalam keramaian Urs, ‘urs itu pesta pernikahan Anshor, di Madinatul Munawarah dari zaman dahulu sudah ada pesta pernikahan, zaman dahulu sudah ada kegembiraan dalam pernikahan, nah didalam kegembiraan itu tentunya para shahabat ingin tahu, kegembiraan seperti ini disetujui tidak oleh sang Nabi, padahal itu, pesta seperti itu tentunya merujuk kepada ghoflah (lupa dari Allah), tertawa terbahak-bahak dan lain sebagainya dalam pesta, barangkali ada lawaknya barangkali ada pentasnya dan lainnya, itu membuat seseorang lupa dari Allah, tapi bagaimana sang Nabi berbuat, apa beliau berkata ini munkar munkar bubarkan, tidak demikian, sang Nabi duduk ditempat yang jauh, melihat mereka yang berada dalam pernikahan itu dan mereka keluar, kau meninggalkan anak-anakmu pulang dari pada jamuan pesta pernikahan itu, Nabi berbuat memalingkan konsentrasi mereka kepada khusyu’ seraya berdiri dan berkata “Allahumma innak wa muhabbinnaas ilayya” demi Allah sungguh kalian ini orang yang paling kucintai, coba kita bertanya, hubungannya apa antara pesta pernikahan dengan ucapan sang Nabi, wahai Allah sungguh mereka inilah orang yang paling kucintai, bagaimana nyambungnya kejadian ini, ini sang Nabi ingin membalilkkan jiwa mereka dari ghoflah kepada cinta kepada Nabi Muhammad, dari mereka yang sedang tenggelam dalam hal-hal yang barangkali melupakan mereka dari khusyu’nya sholat dari dzikirnya dipalingkan kembali dengan mendengar ucapan itu tentunya jiwa mereka berbalik, lebih mencintai sang Nabi.

Masya Allah kita yang keluar dari acara, kalau bahasa kita seakan-akan mau dimahari oleh sang Nabi atau diomeli oleh sang Nabi karena sudah berbuat acara besar-besaran perayaan pernikahan, ternyata tidak demikian, Nabi kita malah berkata; wahai Allah sungguh kalian adalah orang yang paling kucintai, rahasia kedalaman tarbiyah dan pendidikan qolbiyah yang mengajak jiwa mereka kembali pada kecintaan pada Nabi kita Muhammad, demikian hebatnya tarbiyah sang Nabi dan bimbingan beliau untuk menghalau umatnya ini dari kemunkaran. Bagaimana orang kalau tenggelam dalam kemunkaran zaman sekarang misalnya ada orang yang tenggelam dalam mabuk-mabukan di diskotik atau dikafe-kafe, apa yang kita ucapkan? Barangkali kita menyindirnya, ini orang ahli munkar, pendosa, penjahat, ini ahli maksiat, tapi tidak demikian akhlak sang Nabi, bagaimana cara mereka kembali pada kemuliaan?

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, diriwayatkan ketika al-Imam Hasan al-Bashri, dilapori tentang suatu kelompok ditepi pantai yang dipenuhi dengan maksiat dan kejahatan, ini menganggu masyarakat sekitar, kerjanya cuma mabuk-mabukan dan berbuat dosa, Imam Hasan al-Bashri berkata “bangkit sekarang, kita datangi, maka semua murid-muridnya dan masyarakat bangkit, tentunya dikira akan dihancurkan, zaman sekarangkan berlakunya demikian sebagian saudara kita, akan tetapi Iman Hasan al-Bashri sampai disana seraya mengangkat kedua telapak tangannya ”Allahumma kamaa farrohtahum fiddunia farrih hum fil akhiroh” Wahai Allah sebagaimana Kau buat mereka gembira di dunia kami ingin mereka gembira juga di akhirat, doa ini langsung kehadiratullah, dari jiwa yang ikhlas, akhlak pilihan. Kita sudah berbuat dosa dan maksiat, yang datang Imam Hasan al-Bashri, takut semuanya, tahu karena ini imam besar, akan tetapi bukan malah marah tetapi didoakan mereka ini, maka semuanya bertaubat kepada Allah, demikian hebatnya akhlak Nabiyyuna Muhammad.

Hadirn hadirot, Nabi kita diriwayatkan didalam Shohih Bukhori; beliau ingin membantu pekerjaan isterinya dirumah, bila tidak ada kesibukan beliau pun bersama isterinya bahkan mencuci pakaian, atau pun menambal sandal atau pun berbuat apapun dirumah, turut membantu isterinya dirumah, bila adzan beliau tinggalkan seluruh aktifitas untuk menuju sholat, demikian indahnya idola kita sayyidina wa maulana Muhammad, dan beliau ini sangat-sangat dermawan, dan jangan dikira Nabi ini miskin, Nabi itu setelah fatah Makkah kaya raya, tapi beliau tidak mau menggunakan hartanya, sangat kaya raya, beliau membagi-bagikan banyak kepada para fuqoro, bahkan seraya berani berkata setelah fatah Makkah, diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, beliau bersabda: “Seandainya diantara kalian wafat, masih meninggalkan harta, silahkan bagikan hartanya, kalau meninggalkan hutang (falya'tinii wa ana maulaahu)” demikian diriwayatkan didalam shohih bukhori, masih ada muslimin punya hutang, datang padaku, aku yang akan menyelesaikannya, demikian jiwa besar Nabiyyuna Muhammad, akan tetapi dalam kesederhanaannya, dalam cara pernikahannya, hanya sekelumit (sedikit) orang-orang ini saja, itulah yang tidak pernah kita temukan ditimur dan barat sepanjang zaman, mereka yang mengikutinya pasti dicintainya, mereka yang mengikutinya dicintai fiddunia wal akhiroh dan masih dicintai oleh Allah, karena Allah telah menjamin “Inkuntum tuhibbuunallah fattabi’uunii yuhbib kumullah” , jika kalian mencintai Allah, ikutilah Nabi Muhammad, kalian akan dicintai oleh Allah, semakin kita mengikuti budi pekerti beliau ini, tidak mampu 100 persen sunnahnya, tidak mampu setengahnya, atau sedikit saja yang kita ikuti dari perbuatan sang Nabi, ada bentuk cintanya Allah yang menjanjikan untukmu, makin besar perbuatan kita mengamalkan sunnah makin besar cintanya Allah, alangkah indahnya orang yang memahami, ingin dicintai Allah adalah dengan mengikuti Muhammad Rasulullah.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, diriwayatkan didalam Shohih Bukhori; dimana Rasul sangat menjaga umat, jangan sampai berlebihan ibadah, jangan sampai berlebihan didalam maksiat, diriwayatkan ketika salah seorang sahabat berpuasa disiang hari setiap hari dan ia melakukan sholat malam setiap malam sepanjang malam, Rasul memanggilnya “engkau yang kudengar setiap hari berpuasa dan setiap malam beribadah sepanjang malam?”“Betul wahai Rasulullah,” Rasul berkata “fala taf’al (jangan kau perbuat), shum wa afthir wa qum wa nam” bangun malam tapi juga ada tidurnya, tidurlah juga diantara bangun malammu dimalam hari, puasa boleh tapi jangan setiap hari mesti ada bukanya, demikian indahnya, sang Nabi seraya bersabda: “inna li jasadika ‘alaika haqqo wa inna li ‘ainika ‘alaika haqqo wa inna li zaujika ‘alaika haqqo” Dan sungguh tubuhmu itu mempunyai hak pada dirimu, matamu mempunyai hak, isterimu (keluargamu) mempunyai hak.

Demikian indahnya, Nabi kita Muhammad mengajari kita, sehingga kita terpacu untuk selalu beribadah tapi jangan lupa, mata kita mempunyai hak, tubuh kita mempunyai hak untuk ibadah juga, jangan dipakai terus untuk maksiat siang dan malam, mata ini butuh air mata khusyu’, demikian tubuh membutuhkan ruku’ dan sujud, makin besar dosa-dosa kita maka perbanyak ibadah kita, dan kita mempunyai keluarga yang keluarga kita mempunyai hak atas diri kita, jangan sampai kita jadikan keluarga kita itu, adalah hanya tuntunan dosa dan keduniawian, ajarkan mereka kemuliaan, ajarkan mereka keluhuran. Indah sekali tuntunan Nabi kita Muhammad, inilah semulia-mulia idola, inilah semulia-mulia kekasih yang dengan mengikutinya akan terbit cahaya kecintaan Allah kepada kita. Hadirin hadirot... bangkitkan jiwa kita dengan lantunan nama Allah, terangilah jiwamu dengan nama-nama Allah, yang Allah telah berfirman “Wa lillaahil asmaail husna fad’uhu biha” Sungguh Allah itu mempunyai nama-nama yang agung maka serulah Dia, Yang meminta kita memanggil nama-Nya.

Bangkitlah (wahai) hadirin hadirot, bangkitlah dengan keagungan nama Allah, bangkitkan kekhusyu’an dengan keagungan nama Allah, bangkitkan kebahagiaan dalam hidupmu dengan keagungan nama Allah, bangkitkan pengampunan-Nya dengan memanggil nama Alah, bangkitkan kekuatan dunia dan akhirat, kesejukan jiwa, kebahagiaan dunia, tercapainya hajat, kebahagiaan kekal dan abadi diakhirat, lepas dari siksa kubur, bangkitkan itu semua beserta kemuliaannya dengan memanggil nama Allah.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, kita telah dengar firman-Nya: ”Walillahil amsail husna fad’uhu biha” Allah memberi nama-nama yang indah yaitu asmaul husna maka serulah Dia, perintah dari Robbul’alamin, mengundang yang terpanggil dalam kemuliaan untuk memanggil nama-Nya. Kita mengenal 99 nama Alah, diriwayatkan didalam riwayat yang shohih “Barang siapa yang menghapalnya, tidak akan pernah menyentuh api neraka selama-lamanya” dan satu dari 99 nama Allah itu adalah Allah, ini adalah “sulthoonud dzikir” (raja dari semua dzikir) kepada al-ma’rifatillah, karena berkumpul seluruh keagungan nama Allah pada kalimat Allah, maka hadirin hadirot kita bermunajat memanggil nama-Nya, menenangkan jiwa kita, menenangkan keadaan kita, menenangkan kerisauan kita, menenangkan permasalahan kita, menenangkan kehidupan kita, maka jadilah terbit dan terbenamnya matahari kesejukan dan kebahagian bagi kita, ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allahu ya Allah ya Allahu ya Allah ya Allahu ya Allah ya Allahu ya Allah ya Allah ya Allah ya Rahman ya Rahim ya Dzaljalaali wal ikroom. Hadirin hadirot seluruh kenikmatan dunia dan akhirat berawal dari Allah, seluruh kebahagiaan dunia dan akhirat dari Allah, yang menerbitkan matahari dan membuat alam semesta ini ada, yang menciptakan milyaran planet terhampar dialam semesta bertasbih mengagungkan nama-Nya, sehingga jiwa kita didalam pelita-Nya yang terang benderang dengan nama Allah.

[Oleh: Guru Mulia Kita Al Marhum Habib Mundzir Al Musawa, Senin 03 Maret 2008]