BTemplates.com

Selamat Datang Di Website Majelis Al-Badar, Komunitas Online Para Pecinta Rasulullah...

Senin, 27 November 2017

Guru Mulia Kita Rela Dipancung Demi Maulid Nabi


Ketika Abuya Sayyid Ahmad mengadakan Maulid besar-besaran, para jamaah berdatangan untuk hadir saat itu. Bukan hanya dari Makkah saja, kaum muslimin dari Madinah dan Tha'if juga banyak yang hadir. Dari luar negeri juga banyak yang hadir sehingga ruang aula tidak mampu menampung jamaah hadirin.


Namun sekitar seminggu setelah acara tersebut, Abuya Sayyid Ahmad Al-Maliki dipanggil pemerintah. Persis seperti yang dialami Abahnya (yakni Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki) ketika dipanggil raja (karena mengadakan Maulid Nabi).

Saat pemanggilan, Abuya Sayyid Ahmad memerintahkan untuk menghentikan pelajaran. Siang dan malam hanya disuruh membaca dzikir-dzikir serta bermunajat.

Seluruh santri kelihatan tegang, khawatir terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan oleh gurunya tercinta. Maklum, pemerintahan di sana masih sangat anti dengan namanya perayaan Maulid Nabi.

Ketika waktu beranjak siang, Abuya kembali dari tempat raja. Saat itu Abuya berkata kepada para santri-santrinya: ‘ALA ROQOBATII MA UWAQQI’. Abuya Sayyid Ahmad menceritakan kejadian saat beliau diinterograsi. Kata Abuya, “Anak-anakku… tadi aku dipaksa untuk menandatangani surat pernyataan untuk tidak mengadakan Maulid lagi. Aku jawab mereka dengan jawaban demikian, ‘ALA ROQOBATII MA UWAQQI’ (taruhan leherku, aku tidak akan menandatangani)!”.

Beliau kemudian melanjutkan ceritanya, sedang raut wajah para santripun begitu tegang, “Ya aulaadii, kata yang menginterograsi aku tadi, aku masih akan dipanggil lagi. Jika aku tidak lagi bersama kalian, maka tolong teruskan perjuangan ini. Jangan kalian putus perjuangan ini hanya karena tidak ada aku,” begitu dawuh Abuya, yang membuat mata para santri saat itu berkaca-berkaca. Bahkan banyak dari para santri saat itu sampai sesenggukan. Mereka tidak tega dengan apa yang dialami oleh gurunya (Abuya Sayyid Ahmad), sekaligus dipenuhi perasaan mencekam.

Sampai sekarang Abuya Ahmad tetap tidak berkenan untuk menandatangani pernyataan yang diminta raja. Semenjak peristiwa itu, orang-orang sepuh Makkah sering menggelari beliau dengan sebuah istilah, “hadzas-syibl min dzakal asad” (anak singa ini dari singa yang itu).

Sungguh keberanian yang menggetarkan semesta. Sungguh kejantanan yang terwarisi dari kakek beliau Sayyiduna wa Habibuna Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maaf, jika anda berkomentar tolong sertakan nama dan alamat apabila anda pakai "anonymous" (tanpa identitas), terima kasih...