BTemplates.com

Selamat Datang Di Website Majelis Al-Badar, Komunitas Online Para Pecinta Rasulullah...

Sabtu, 07 Oktober 2017

Pendapat Para Imam dan Muhaddits Tentang Perayaan Maulid

1. Berkata Imam Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah:
Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul bertanya maka mereka berkata: “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw: “Kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dengan pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yang melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG-ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” [QS Al Imran 164]

2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah:
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul ber aqiqah untuk dirinya setelah beliau menjadi Nabi [Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300], dan telah diriwayatkan bahwa telah ber aqiqah untuknya kakeknya Abdul mutthalib saat usia beliau 7 tahun, dan aqiqah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau kepada Allah yang telah membangkitkan beliau sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah untuk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau dengan mengumpulkan teman-teman dan saudara-saudara, menjamu dengan makanan-makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. Bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama: “Husnulmaqshad fii ‘amalil maulid”.

3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi):
Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul dan membangkitkan rasa cinta pada beliau, dan bersyukur kepada Allah dengan kelahiran Nabi.

4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif:
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab: “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi dan karena Tsuwaibah menyusuinya” [shahih Bukhari hadits no.4813]. maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad yang gembira atas kelahiran Nabi?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh-sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.

5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqi dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy:
Serupa dengan ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab.

6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawi dalam kitab Sirah Al Halabiyah
berkata “tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada malamnya dengan berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yang sangat besar”.

7. Imam Al hafidh Ibnu Abidin rahimahullah
dalam syarahnya maulid ibnu hajar berkata : “ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi”

8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
dengan karangan maulidnya yang terkenal “al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, “Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakannya”.

9. Imam Al Hafidh Al Qasthalani rahimahullah
dalam kitabnya Al Mawahibul ladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: “Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kepada orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai hari besar”.

10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yang terkenal dengan Ibnu Dihyah alkalbi, dengan karangan maulidnya yg bernama “Attanwir fi maulid basyir an nadzir”.

11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri, dengan maulidnya “urfu at ta’rif bi maulid assyarif”

12. Imam al Hafidh Ibnu Katsir, yang karangan kitab maulidnya dikenal dengan nama: “maulid ibnu katsir”

13. Imam Al Hafidh Al ‘Iraqy, dengan maulidnya “maurid al hana fi maulid assana”

14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimisyqi, telah mengarang beberapa maulid: Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.

15. Imam assyakhawidengan maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi

16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi, dengan maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah

17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibani yang terkenal dengan ibnu diba’, dengan maulidnya addiba’i

18. Imam ibnu hajar al haitsamidengan maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid sayid waladi adam

19. Imam Ibrahim Bajurimengarang hasyitah atas maulid ibnu hajar dengan nama tuhfah al basyar ala maulid ibnu hajar

20. Al Allamah Ali Al Qari’dengan maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi

21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji, dengan maulidnya yang terkenal maulid barzanji

23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Ja'far al Kattanidengan maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad

Namun memang setiap kebaikan dan kebangkitan semangat muslimin mestilah ada yg menentangnya, dan hal yg lebih menyakitkan adalah justru penentangan itu bukan dari kalangan kuffar, tapi dari kalangan muslimin sendiri, mereka tak suka Nabi dicintai dan dimuliakan, padahal para sahabat radhiyallahu’anhum sangat memuliakan Nabi, Setelah Rasul wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq menjadikan baju beliau sebagai pengobatan, bila ada yg sakit maka ia mencelupkan baju Rasul itu di air lalu air itu diminumkan pada yg sakit [shahih Muslim hadits no.2069].

seorang sahabat meminta Rasul shalat dirumahnya agar kemudian ia akan menjadikan bekas tempat shalat beliau itu musholla dirumahnya, maka Rasul datang kerumah orang itu dan bertanya: “dimana tempat yg kau inginkan aku shalat?”. Demikian para sahabat bertabarruk dengan bekas tempat shalatnya Rasul hingga dijadikan musholla [Shahih Bukhari hadits no.1130]. Sayyidina Umar bin Khattab ketika ia telah dihadapan sakratul maut, Yaitu sebuah serangan pedang yg merobek perutnya dengan luka yg sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai tersengal sengal beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar), “Pergilah pada ummul mukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul dan Abubakar”, maka ketika Ummul mukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar: “Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu” (dimakamkan disamping makam Rasul” [Shahih Bukhari hadits no.1328]. Dihadapan Umar bin Khattab Kuburan Nabi mempunyai arti yg sangat Agung, hingga kuburannya pun ingin disebelah kuburan Nabi, bahkan ia berkata: “Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu”.

Dan masih banyak riwayat shahih lainnya tentang takdhim dan pengagungan sahabat pada Rasulullah, namun justru hal itu ditentang oleh kelompok baru di akhir zaman ini, mereka menganggap hal hal semacam itu adalah kultus, ini hanya sebab kedangkalan pemahaman syariah mereka, dan kebutaan atas ilmu kemurnian tauhid. Maka marilah kita sambut kedatangan Bulan Kebangkitan Cinta Muslimin pada Nabi ini dengan semangat juang untuk turut berperan serta dalam Panji Dakwah, jadikan medan ini benar benar sebagai ajang perjuangan kita untuk menerangi wilayah kita, masyarakat kita, masjid kita, musholla kita, rumah rumah kita, dengan cahaya Kebangkitan Sunnah, Cahaya Semangat Hijrah, kemuliaan kelahiran Nabi yg mengawali seluruh kemuliaan islam, dan wafatnya Nabi yg mengawali semangat pertama setelah wafatnya beliau.

Saudara saudarku, kelompok anti maulid semakin gencar berusaha menghalangi tegaknya panji dakwah, maka kalian jangan mundur dan berdiam diri, bela Nabimu, bela idolamu, tunjukkan aqidah sucimu dan semangat juangmu, bukan hanya mereka yg memiliki semangat juang dan mengotori masjid masjid ahlussunnah dengan pencacian dg memfitnah kita adalah kaum musyrik karena mengkultuskan Nabi.

Saudaraku bangkitlah, karena bila kau berdiam diri maka kau turut bertanggung jawab pula atas kesesatan mereka, padahal mereka saudara saudara kita, mereka teman kita, mereka keluarga kita, maka bangkitlah untuk memperbaiki keadaan mereka, bukan dengan pedang dan pertikaian, sungguh kekerasan hanya akan membuka fitnah lebih besar, namun dg semangat dan gigih untuk menegakkan kebenaran, mengobati fitnah yg merasuki muslimin muslimat..

Nah saudara saudaraku, para pembela Rasulullah.. jadikan 12 Rabiul awwal adalah sumpah setiamu pada Nabimu Muhammad, Sumpah Cintamu pada Rasulullah, dan Sumpah Pembelaanmu pada Habibullah Muhammad.

[Oleh: Guru Mulia Kita Al Marhum Habib Mundzir Al Musawa, Pada 28 Maret 2008]