BTemplates.com

Selamat Datang Di Website Majelis Al-Badar, Komunitas Online Para Pecinta Rasulullah...

Selasa, 10 Oktober 2017

Sebesar-besar Dosa Hamba Allah

:قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَكْبَرُ الْكَبَائِرِ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَوْلُ الزُّورِ أَوْ قَالَ وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ- صحيح البخارى

Sabda Rasulullah: “Sebesar besar dosa adalah menyekutukan Allah, dan membunuh manusia, dan durhaka pada orang tua, dan sumpah palsu”. [Shahih Bukhari]

Limpahan puji kehadirat Allah yang mengundang ruh dan jiwa kita untuk mendekat kehadirat-Nya yang menerangi jiwa kita dengan cahaya yang melebihi terang benderangnya cahaya matahari, cahaya matahari yang tiada akan pernah bisa menembus jiwa dan perasaan, cahaya matahari terbit dan terbenam, cahaya matahari akan berakhir di akhir zaman.

Tabir Rabbul 'Alamin menerangi jiwa kita dengan cahaya iman, dengan cahaya tauhid, dengan cahaya Laa illaha illallah Muhammad Rasulullah cahaya terbesar dan teragung yang melebihi cahaya alam semesta melebihi cahaya bintang dan matahari karena cahaya itu menerangi jiwa menuju Allah.

Mengundang sanubari mendekat ke hadhiratullah mengundang jiwa untuk meninggalkan kemungkaran dan menuju keluhuran, menuju kesucian, menuju taubat, menuju maghfiroh, menuju akhlak, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, menuju kesuksesan dunia dan akhirat itulah cahaya iman yang terbuka darinya seluruh rahasia rahmat ilahi, rahmat yang kekal, rahmat yang abadi, kasih sayang yang kekal, kasih sayang Allah yang abadi.

Terbuka dengan kalimat Tauhid, ketika jiwa tidak menyekutukan Allah, tidak menyembah selain Allah, tidak mengakui Tuhan selain Allah, maka terbuka baginya kebahagiaan yang kekal dan baginya datang pengampunan.

Jika ia tidak mendapati pengampunan dengan didalam hidupnya, maka akan datang di alam barzakhnya, jika tidak di barzahnya maka di yaumal qiyamah. Sebesar apapun dosanya selama ia tidak menyembah selain Allah, pasti ia akan mencium wanginya surga. Apakah ia melewati musibah di dunia atau melewati siksa kubur atau melewati siksa neraka, pasti ia akan berakhir di surga, selama ia tidak menyembah selain Allah.

Bersabda Nabiyyuna Muhammad sebesar-besarnya dosa adalah menyembah selain Allah. Inilah dosa yang tidak dimaafkan, apa maksud dosa yang tidak dimaafkan disini?, semua dosa diterima oleh Allah taubatnya, termasuk menduakan Allah, tapi harus taubat dulu. Yang dimaksud dosa yang tidak diampuni itu maksudnya jika ia tidak bertaubat, mati dalam keadaan itu, kalau dia orang yang tidak menduakan Allah, ia akan menemui pengampunan Allah pada akhirnya. Ia kena siksa kubur, zina, mencuri, mabuk kena dahsyatnya dan pedihnya siksa kubur, menggelepar, menjerit di alam barzakh, jika ia wafat belum bertaubat, barangkali kena api neraka tapi akan mencium baunya surga dan akan mendapatkan pengampunan.

Tapi mereka yang menyekutukan Allah tidak mendapatkan pengampunan, kalau ia tidak bertaubat, kalau ia kembali kepada islam maka tentunya ia mendapatkan pengampunan. Sebagian orang mengatakan kalau sudah menyekutukan Allah tiada pengampunan lagi, betul tiada pengampunan jika tidak bertaubat, jika ia kembali kepada Allah, pengampunan Allah tidak pernah tertutup bagi para pendosa.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,

Demikian Agung-Nya Allah memuliakan hamba-hamba Nya yang berada didalam shaf dan kelompok tauhid, kelompok muslimin muslimat jauh berbeda dengan yang diluar islam walau mereka mendapatkan kebahagiaan di muka bumi, tapi kebahagiaan yang semu dan fana.

Mereka tidak mendapatkan kebahagiaan yang kekal, bermilyar dan berjuta tahun, kebahagiaan yang sepuluh dua puluh tahun yang tiada artinya, menanti kebahagiaan yang abadi dan mereka tidak mendapatkannya kecuali mereka yang muslimin muslimat yang tiada menyembah selain Allah dan mengakui Nabi Muhammad utusan Allah. Ketika mereka sudah mengakui Laa ilaha illallah Muhammadur rasulullah, maka mereka dimuliakan oleh Allah dimuliakan oleh Nabi Muhammad, dihargai walaupun ia pendosa.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari ketika Usamah bin Zaid didalam salah satu peperangan, salah seorang pemimpin kuffar jatuh senjatanya dan orang-orang anshar yang sedang mengerubutinya meninggalkannya karena melihat senjatanya sudah jatuh, Usamah bin zaid melihat ini pimpinan orang kafir, musuh islam, suka menyiksa orang muslim juga, maka ia mengangkat pedangnya dan orang itu mengucap “Laaillaha illallah Muhammadur rasulullah” dan Usamah bin Zaid tetap memukulkan pedangnya dan membunuhnya.

Sampai kabar kepada Nabi Muhammad, Rasul memanggil Usamah bin Zaid, “wahai Usamah kau bunuh orang itu setelah ia mengucap Laa illaha illallah Muhammadur rasulullah?”, Usamah berkata “dia itu cuma melindungi dirinya, dia itu tidak mau bersyahadat dengan sungguh sungguh, cuma ngucap saja pura-pura syahadat”.

Tentunya kita memahami iman para sahabat, jika orang itu betul-betul syahadat, tidak akan dibunuh akan tetapi karena ia mengucapkan syahadat dengan mencemooh setelah jatuh pedangnya “Asyhadu an laa illaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah” dibunuh oleh Usamah bin Zaid “dia cuma melindungi dirinya saja dan berpura-pura”. Maka Rasul seakan-akan tidak mendengar ucapan Usamah bin Zaid seraya berkata “Usamah kau bunuh dia setelah dia mengucapkan syahadat?” maka Usamah menjawab lagi “dia cuma pura-pura ya rasulullah, cuma melindungi dirinya”. Rasul seakan-akan tidak mendengar dan sekali lagi mengulang dengan ucapan yang sama.

Jadi kesimpulannya, kau bunuh dia setelah mengucapkan syahadat ya Usamah? maka Usamah berkata dalam hatinya “seandainya aku belum masuk islam baru masuk islam hari ini”, maksudnya apa? malu sekali punya dosa yang demikian besar hingga Rasul berkali-kali mengulangnya.

Bahkan riwayat Shahih Muslim tadi riwayat Shahih Bukhari, kalau dalam Shahih Muslim dijelaskan “bagaimana nanti pertanggung jawabanmu atas ucapan Laa ilaha illallahh di hari kiamat?, bagaimana kalau Laa ilaha illallah Muhammadur rasulullah menuntutmu wahai Usamah di hari kiamat?”. Rasul diminta syafaat oleh Usamah seraya berkata “ya Rasulullah beri aku syafaat, mohonkan pengampunan kepada Allah agar aku bisa mendapat pengampunan atas dosaku ini”. Rasul menjawab seakan Rasul tidak mendengar “apa yang akan engkau pertanggung jawabkan dihari kiamat”.

Ini hebatnya ketika seseorang telah mengucap syahadat, demikian ihtirom kita terhadap sesama muslimin-muslimat yang telah mengucap syahadat. Mengenai mereka-mereka yang keluar dari syahadat tentunya ihtirom kita sesama makhluk saling menghargai tetapi tentunya lebih terhadap mereka yang mengucapkan syahadat.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah.

Yang kedua Rasulullah berkata sebesar-besar dosa tadi adalah menduakan Allah, yang kedua “membunuh”. Ini dosa membunuh dosa nomor dua paling besar dari semua dosa.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, ketika seseorang membunuh maka ia telah melakukan satu dosa, karena telah menghabisi nyawa orang-orang yang diberi nyawa oleh Allah akan tetapi kita lihat disini riwayat Shahih Bukhari bagaimana Allah terus mengejar hamba-hambaNya yang berdosa dengan pengampunan.

Ketika salah seorang di zaman sebelum sang Nabi dan Rasul menceritakan diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari seorang yang telah membunuh 99 jiwa. 99 orang telah ia bunuh dan ia ingin bertaubat, bagaimana taubatnya? Itu orang yang membunuh tentunya kalau dituntut oleh ahli warisnya maka ia harus dibunuh, kalau tidak minta darahnya maka boleh minta sebanyak 100 ekor unta yang hamil atau harganya berupa uang harga 100 ekor unta yang hamil itu harganya 1 jiwa ganti ruginya, maksimal boleh kurang, boleh dimaafkan, kalau seandainya dimaafkan oleh keluarganya ya selesai tidak ada tuntutan, kalau seandainya menuntut ya boleh ia menuntut nyawa, kalau mau minta harta berarti maksimalnya 100 ekor unta yang hamil atau harganya berupa uang.

Ini 99 kali membunuh mau taubat orang ini, mau ditaruh dimana dosaku?. Dia datang kepada seorang ulama dan ulama itu berkata “tidak ada pengampunan untukmu 99 kali membunuh, dosa paling besar nomor dua membunuh, ini 99 kali membunuh”. Maka orang ini marah dan membunuh ulama itu, sudah 99 kali membunuh dan yang keseratus ulama yang dibunuh. Ia berfikir ingin taubat lagi sudah seratus kali berbuat dosa yang nomor dua paling besar dari semua dosa. Ada yang pernah mengatakan, “mau kau pengampunan?, pergi kesana, "ardhus shalihin", ke kampung orang shalih, sana istighfar, doa kepada Allah ibadah barangkali Allah terima taubatmu”.

Maka ia pun berangkat kesana, ditengah perjalanan wafat, wafat ditengah perjalanan belum sampai kesana belum melakukan ibadah apapun. Maka Rasul saw meneruskan ceritanya, ketika kejadian itu maka diukurlah mana yang lebih dekat jarak, jarak antara dia dengan tempat terakhir terdekat, dekat ke arah terakhir membunuh ulama atau lebih dekat ketempat perkampungan shalihin yang akan dia tuju, kalau lebih dekat kesana ketujuannya, maka ia diampuni oleh Allah dilimpahi rahmat Allah karena niat, tapi kalau lebih dekat kesini, maka ia dilimpahi azab karena memang belum pernah berbuat ibadah.

Ini orang bertaubat tapi belum beramal shalih amal buruknya 100 kali membunuh, amal shalihnya sedikit maka Allah melihat jarak antara dia ke arah tujuannya dengan arah terakhir ia membunuh, sama-sama tidak lebih kesana, tidak lebih kesini. Lalu bagaimana dengan orang ini, Allah memerintahkan bumi agar merapat ke arah ardhus shalihin dan memulai ke arah bumi terakhir kali ia membunuh.

Ini perintah Allah, maka bumi patuh memang bumi milik Allah, setiap debu yang diatas bumi memang milik Allah, memang bumi tidak ada kalau bukan Allah yang mencipta, hewan dan tumbuhan tidak pernah ada kalau bukan Allah yang menciptakan, Allah yang menciptakan seluruh sifat, seluruh warna seluruh bentuk makhluknya, seluruh kehidupan bumi pun taat dengan perintah Allah. Kita lihat maka hamba itu lebih dekat ke tempat ardhus shalihin, maka ia di dalam pengampunan Allah, siapa? Orang yang sudah 100 kali membunuh dengan berbuat dosa nomor dua dari dosa yang paling besar.

Demikian luasnya pengampunan Rabbul 'Alamin, betapa meruginya mereka yang masih meragukan maafnya Allah, betapa meruginya mereka yang menolak lamaran Allah untuk mendekat. Demikian luasnya rahmat ilahi, maka bagaimana dengan kita yang masih duduk santai dan menunda-nunda taubat di bulan taubat ini.

Hadirin hadirat yang dmuliakan Allah, Yang ketiga adalah “durhaka pada ayah dan bunda”. Hadits ini riwayat Shahih bukhari dan juga dijelaskan di dalam Shahih Muslim, Al Imam Nawawi hujjatul islam wabarakatul anam dalam Syarah Nawawi ala Shahih Muslim memberi kejelasan makna kalimat ini adalah seseorang itu wajib taat kepada seluruh perintah ayah bundanya dan seandainya ia tidak mampu taat, maka yang dilarang adalah menyakiti hati ayah bundanya, itu yang dilarang dalam kalimat 'uququl walidain.

Jadi yang dilarang itu menyakiti ayah bundanya, kalau seandainya ia tidak mampu taat perintah ayah bundanya ya tidak apa-apa, akan tetapi yang dikatakan dosa durhaka kepada kedua orang tua yaitu menyakiti hati mereka, jadi kalau seandainya kita tidak mau diperintah oleh orangtua maka menolaknya dengan indah menolaknya itu dengan lembut dengan kasih sayang dan ramah. Inilah cara penolakan, walaupun kita tidak mampu melaksanakan perintah ayah bunda, kita menolaknya dengan kasih sayang.

Demikian hadirin hadirat, karena apa? karena berbakti kepada orang tua pahalanya melebihi jihad, sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, Rasul ditanya “amal apa yang paling afdhal?”, Rasul menjawab “sholat pada waktunya”, yang kedua adalah “bakti kepada orangtua”, dan yang ketiga baru “jihad fisabilillah”.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa ketika salah seorang pemuda datang kepada Rasul “ya Rasulullah aku ingin ikut hijrah bersamamu” , maka Rasul menjawab “apakah kau memiliki ayah bunda?” maka ia menjawab “punya yaa Rasulullah”, “bagaimana kau tinggalkan ayah bundamu mereka ridho?” Maka ia menjawab “aku tinggalkan mereka berdua itu dan menangis”, maksudnya tidak ridho berat meninggalkan anaknya. Rasul menjawab “sekarang kembali kau”.

Rasul tahu, ini ayah bundanya cinta pada anaknya, tidak mau lepas dan tidak mau berpisah dengan anaknya, anaknya ini pahlawan jihad, maka Rasul menjadikan dua masalah ini bersatu, anaknya diperintahkan kembali, “kembali kau pada ibumu, bakti kau pada ayah ibumu, sebagaimana kau buat mereka menangis, sekarang kau harus buat mereka tersenyum dan dalam perbuatanmu itu pahala jihad”. Kau ingin pahala jihad? kembali bakti pada ayah bundamu, buat mereka tersenyum itu pahala jihad, jadi membuat ayahbunda tersenyum itu mendapat pahala jihad.

Hadirin hadirat, diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, ketika Abu Hurairah akan datang pada Rasul “ya Rasulullah”, beliau menangis, Rasul bertanya “kau ini kenapa ya abu hurairah?” Abu hurairah berkata “ibuku ya Rasulullah tidak mau masuk islam”, musyrik, musyrikan kaffiran. Malu aku sujud siang malam aku ini, ibuku ini tidak mau masuk islam, bahkan ia memaksaku untuk keluar dari islam. Ini anak yang berbakti kepada ibunya, Abu Hurairah cinta kepada ibunya. Ibunya memaksa ia keluar dari islam, ia tidak mau keluar dari islam, karena apa? “jangan mau taat kepada makhluk untuk bermaksiat kepada Allah”. Keluar dari islam tentu perintah ibunya, Abu Hurairah tidak mau, tapi dia tidak berbuat buruk kepada ibunya, tidak mencacinya, tidak memarahinya.

Ia datang kepada Rasul, “lalu apa yang kau mau ya aba hurairah?”, Abu Hurairah menjawab “doakan agar ibuku ini dapat hidayah”. Disinilah baktinya Abu Hurairah kepada ibunya, ia tidak marah kepada ibunya, tidak membentaknya, beliau datang kepada Rasulullah, menangis minta didoakan supaya ibunya dapat hidayah. Inilah bakti, maka Rasul mengangkat tangannya tinggi dan berdoa untuk ibunya Abu Hurairah “wahai Allah beri hidayah untuk ibunya abu hurairah”, Abu Hurairah pulang ke rumahnya.

Beberapa menit balik lagi, wajahnya cerah, Rasul bertanya “ya Abu Hurairah, kau datang sekarang dengan wajah yang berbeda, tadi dengan sedih sekarang dengan cerah kenapa?”, Abu Hurairah menjawab “Ibuku masuk islam ditanganku, ya rasulullah”. Doa Sayyidina Muhammad dan juga diikuti dengan anak yang shalih, bakti kepada ibunya. Beda seandainya Abu Hurairah berkata dari awal, “ibu kalau kau seandainya memaksaku keluar dari islam silahkan, mau mati, mau kelaparan, mau marah silahkan, aku tidak akan keluar dari islam”. Perbuatan ini benar tapi bukan bakti.

Bakti kepada orang tua adalah mencari cara supaya ibunya dapat hidayah, maka Rasul cerah wajahnya, maka Rasulullah berdoa “wahai Allah ampunilah Abu Hurairah dan ibunya Abu Hurairah dan orang yang mendoakan Abu Hurairah dan ibunya Abu Hurairah” sejak itu Anas Bin Malik yang meriwayatkan hadist ini berkata “sejak itu kami selalu mendoakan Abu Hurairah dan ibunya, karena orang yang mendoakan Abu Hurairah Ra dan ibunya didoakan oleh Rasul” karena apa? karena baktinya Abu Hurairah kepada ibunya.

Diriwayatkan dalam Adabul Mufrad oleh Imam Bukhari bahwa Abu Hurairah itu kalau mau pergi, dan ia bangunkan rumah khusus untuk ibunya disebelah rumahnya. Kalau ia mau keluar rumah pasti salam dulu di pintu rumah ibunya “Assalamu’alaikum wahai ibunda”, kalau belum dijawab Abu Hurairah tidak akan bergerak dari pintu rumah ibunya, berdiri tegak sampai ibunya menjawab diijinkan pergi, kalau tidak beliau tetap berdiri di depan pintu ibunya. Jika pulang tidak masuk rumahnya sebelum ia berdiri dipintu rumah ibunya, mengucap salam kepada ibunya. Demikian hebatnya para sahabat mewarisi kemuliaan ini.

Hadirin hadirat, yang terakhir adalah “sumpah palsu”. Malam selasa yang lalu, sudah saya perjelas bahwa ketika kita menyebut nama Allah, demi Allah tapi ternyata ada yang lebih baik daripada itu, maka sebaiknya ia membayar kafaratnya lantas ia meninggalkan sumpahnya. Misalnya berkata “Demi Allah, kalau sampai temanku itu kujumpai akan kutampar”, misalnya begitu. Temannya berbuat salah lantas ia berfikir bahwa itu dosa, aku ini sumpah atas nama Allah untuk dosa, boleh ia tinggalkan sumpahnya bayar kafaratnya lalu aku tidak menjalankan sumpahku, boleh, karena apa? karena hal yang membawa manfaat meninggalkan sumpahnya lebih maslahat, tapi sebaliknya kau boleh zuhr adalah sumpah palsu.

Al Imam Nawawi dalam Syarah Nawawi ala Shahih Muslim dijelaskan yang dimaksud sumpah palsu disini, ia bersumpah untuk menutupi sebuah aib/cacat, ia tutupi dengan nama Allah. Ia bersumpah dengan nama Allah untuk menutupi suatu cacat, misal ia seorang pedagang dagangannya ada aib atau cacatnya orang yang membeli tanya “ini ada cacatnya tidak?”, “Demi Allah tidak ada cacatnya ini sempurna padahal ada cacatnya”, ucapan ini adalah derajat keempat dari dosa yang paling besar.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, Demikianlah Allah mengatur kesempurnaan hidup kita ini dan Allah tiada henti-hentinya melimpahkan rahmat dan kebahagiaan kepada kita, pengampunanNya tiada pernah terhenti. Kita bermunajat kepada Allah semoga Allah memuliakan jiwa kita dan jasad kita selalu dalam rahmat dan keberkahan. Dan kita berdoa untuk diri kita semua semoga Allah menghapus seluruh dosa-dosa kita sehingga Allah terus mendekatkan kita kehadirat-Nya Yaa Rahman Yaa Rahiim terus tambahkan hidayah pada jiwa kami yaa Rabb.

Yaa Rahman Yaa Rahiim tambahkan kemuliaan dalam hari-hari kami, kemuliaan dunia dan akhirat, Wahai Yang Menguasai setiap nafas Wahai Yang Menguasai setiap sel tubuh kami, Wahai Yang Maha Melihat, Wahai Yang Maha Mendengar, Wahai Yang Maha Menguasai keadaan, Wahai Yang Maha Mengetahui apa yang akan terjadi esok pada seluruh diri kami yang hadir, Wahai Yang Maha Melihat semua yang akan terjadi esok pada semua kami yang hadir, Wahai Yang Maha Melihat seluruh jiwa kami dan seluruh dosa-dosa kami, Yaa Rahman Yaa Rahiim kami mengadukan dosa kami, kami mengadukan buruknya amal kami, kami mengadukan lemahnya ketaatan kami, kepada siapa kami mengadukan dosa kalau bukan kepada samudera pengampunan, kepada siapa kami mengadukan buruknya amal kalau bukan kepada Yang Maha Merubah Keadaan, kepada siapa kami mengadukan keadaan kami dan kelemahan kami dalam taat kalau bukan kepada Yang Maha Memberi Kekuatan.

Yaa Rahman Yaa Rahiim terangi jiwa kami dengan NamaMu terangi hari-hari kami dengan cahaya NamaMu terangi bibir kami dan hari-hari kami dengan keberkahan Nama-Mu .

Faquuluu jami’an: yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah.

Hadirin hadirat, mintalah kepada Allah agar menerangi detik-detik dan hari-harimu dengan NamaNya Yang Maha Luhur hingga kebahagiaan tercurah dan rahmat pada setiap detik dalam setiap nafasmu berdoalah kepada Allah agar Allah jadikan setiap nafas kita adalah adalah keagungan Nama-Nya Allah jadikan hari-hari kita hari-hari taubat lalu Allah jadikan hari-hari kita hari-hari keberkahan.

Hadirin hadirat, jangan bosan memanggil nama Allah adakah dalam jiwamu terlintas sudah cukup aku memanggil nama Allah segitukah rindu kita kepada Allah sebatas itukah keinginan kita untuk rindu dan cinta kepada Allah serulah Nama-Nya lampiaskan kerinduan kita kehadirat-Nya.

Faquuluu jami’an: yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah ya Allah yaa Allah yaa Allah ya Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah ya Allah yaa Allah yaa Allah yaa Allah.

Yaa Allah undang jiwa kami untuk khusyu', Rabbiy undang jiwa kami untuk mau bersujud, yaa Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah ya Allah, Yaa Dzal jalali wal ikram Yaa dzatthauli wal in’am.

[Oleh: Guru Mulia Kita Al Marhum Habib Mundzir Al Musawa, Pada Senin 21 Juli 2008]